Apa Itu Konsumtif? Ini Penjelasan dan Contohnya!

Mengenal Apa Itu Konsumtif Secara Lebih Detail

Dalam kehidupan ekonomi, seringkali dikenal istilah konsumtif. Gaya hidup konsumtif saat ini memang sedang trend karena meningkatnya minat belanja masyarakat di berbagai lapisan.

Gaya hidup ini memiliki dampak yang lebih dominan kepada negatif. Lantas sebenarnya apa itu konsumtif?

Gaya hidup ini memiliki ciri-ciri dan dampak tertentu. Sebelum mempelajari hal-hal yang terkait dengan sikap konsumtif, terlebih dulu pahami pengertiannya sehingga nantinya sikap konsumtif ini bisa diminimalisir dan disikapi dengan lebih bijak.

Sikap ini tidak melulu berkaitan dengan menghabiskan uang untuk membekukan suatu produk.

Namun penggunaan jasa orang lain juga termasuk sikap konsumtif. Keinginan memenuhi memuaskan keinginan bisa dibilang merupakan sikap konsumtif tingkat tinggi.

Pengertian Konsumtif

Pengertian Apa Itu Konsumtif

Jika ditelaah secara istilah, konsumtif artinya kegiatan menghamburkan uang dengan tujuan yang tidak pasti atau tidak membawa manfaat.

Kegiatan konsumtif biasanya tidak memiliki rencana yang matang, hanya sekedar memenuhi nafsu untuk belanja yang bukan bagian dari kebutuhan.

Gaya hidup konsumtif identik dengan gaya hidup yang serba mewah tanpa memikirkan pengelolaan uang yang baik. Orang-orang kota cenderung menjadi pelaku gaya hidup konsumtif.

Salah satu contoh faktor yang mendorong adanya perilaku konsumtif ini adalah fenomena belanja online.

Zaman yang semakin maju saat ini memunculkan semakin banyak marketplace online di berbagai situs atau aplikasi mobile.

Orang tidak lagi perlu datang ke pasar untuk mencari atau membeli suatu barang. Orang hanya perlu mengetik apa yang dicari dan dalam satu klik saja sudah bisa membeli barang itu.

Kegiatan belanja online yang sangat mudah dilakukan ini lantas membuat siapa saja jadi tergoda untuk belanja apa saja yang menjadi keinginan di luar kebutuhan pokoknya.

Baca Juga : Pengertian Embargo, Jenis-jenis, Contoh dan Cara Mengatasinya

Ciri-ciri Gaya Hidup Konsumtif

Ciri-ciri Gaya Hidup Konsumtif

Setelah memahami apa itu konsumtif, Anda juga perlu tahu bagaimana ciri-ciri dari perilaku ini. Seseorang yang gaya hidupnya konsumtif umumnya memiliki ciri-ciri yang sudah pasti berbeda dengan gaya hidup produktif.

Lantas bagaimana ciri-cirinya? Berikut ini beberapa ciri umum perilaku atau gaya hidup tersebut:

1. Berlebihan Dalam Mengikuti Tuntutan Sosial

Orang yang gaya hidupnya konsumtif memang cenderung mewah dalam banyak hal. Membeli berbagai hal yang dianggap bukan kebutuhan sudah menunjukkan bahwa hal tersebut semata-mata karena adanya tuntutan sosial.

Orang seperti ini biasanya punya rasa gengsi yang besar. Ia selalu memikirkan penilaian orang lain terhadap tampilannya.

Itulah mengapa ia hidup secara hedon dan membiasakan membeli berbagai barang hanya untuk memenuhi tuntutan sosial tersebut.

Hidup secara konsumtif membuat seseorang menjaga simbol sosial secara berlebihan. Ia menganggap bahwa semakin mewah hidupnya, semakin tinggi tingkat kelas sosialnya.

Seseorang boleh saja memperhatikan penampilan, namun kerap kali orang terlalu berlebihan dalam memenuhi tampilannya sehingga menjadi kebiasaan konsumtif yang tidak baik.

2. Membeli Segala Hal Secara Impulsif

Apa itu konsumtif secara impulsif? Impulsif sendiri dapat diartikan sebagai tindakan membeli barang atau apapun itu secara tiba-tiba tanpa memikirkan resiko atau konsekuensi kedepannya.

Hal ini setara dengan arti konsumtif yang menyatakan bahwa gaya hidup konsumtif identik menghambur-hamburkan uang. Biasanya sikap impulsif ini kerap terjadi saat ada diskon atau promo harga yang lebih murah dari harga normalnya.

Orang dengan perilaku ini akan secara cuma-cuma tergiur untuk membelinya tanpa memikirkan apakah memang butuh dengan barang tersebut atau tidak.

Tujuan dan manfaat barang yang dibeli bukan lagi jadi pertimbangan oleh perilaku impulsif ini.

3. Terikat Pada Unsur Konformitas

Unsur konformitas ini definisinya hampir mirip dengan kebiasaan mengikuti tuntutan sosial.

Secara istilah unsur konformitas ini dapat diartikan sebagai pengaruh sosial yang mengubah sikap seseorang sehingga sesuai dengan norma yang berlaku di kehidupan sosialnya.

Biasanya pengaruh sosial ini dibawa oleh publik figur yang disukai oleh orang dengan perilaku konsumtif tersebut.

Dalam contoh kasusnya adalah saat seorang publik figur memakai pakaian dengan merek A, maka orang dengan perilaku konsumtif ini akan meniru pakaian tersebut.

Contoh Gaya Hidup Konsumtif

Contoh Gaya Hidup Konsumtif

Secara umum ada 5 pembagian contoh sikap atau perilaku konsumtif. Diantara lima contoh tersebut adalah sebagai berikut:

1. Korban Iklan

Pada dasarnya sebuah iklan memang punya tujuan utama untuk memasarkan suatu produk.

Iklan bisa dikatakan berhasil apabila ada konsumen yang akhirnya membeli produk tersebut. Namun tentu saja iklan produk ini juga tujuan memenuhi kebutuhan konsumen.

Lantas konsumen yang bersikap boros tidak merasa membutuhkannya namun tetap membelinya.

Mereka biasanya menganggap bahwa saat menggunakan produk dari iklan tersebut maka ia berhasil mencapai salah satu tingkat trend sosial saat ini.

Tentu ini lama kelamaan tidak baik jika dibiarkan saja karena perilaku konsumtif ini bisa membuat seseorang candu dan akhirnya terbiasa membeli hal-hal yang diiklankan tanpa memperhatikan nilai butuhnya.

2. FOMO

Apa itu konsumtif FOMO? FOMO ini punya kepanjangan Fear Of Missing Out. Jika ditelaah secara artinya, FOMO ini dapat diartikan sebagai perasaan khawatir berlebihan yang membuat pelakunya merasa takut ketinggalan zaman akan suatu trend.

FOMO ini bisa terjadi kepada siapa saja, namun kebanyakan gejala ini dialami oleh kaum remaja hingga dewasa awal.

Orang yang mengalami FOMO ini akan merasa ia harus membeli Segala sesuatu yang sedang trend agar tidak dianggap kuno atau ketinggalan jaman.

Gejala ini lama kelamaan akan menjadi kebiasaan yang buruk karena setiap kali ada hal yang baru saja dirilis, ia akan membeli secara cuma-cuma meskipun ia tidak menyukai model atau sifat dari trend tersebut.

3. Gaya Hidup Mewah yang Dipaksakan

Gaya hidup apapun sebenarnya merupakan hak setiap orang. Entah itu ingin bergaya hidup mewah, sederhana, atau tengah-tengah semua itu sah sah saja dijalani oleh setiap orang.

Hanya saja harus ada penyesuaian kondisi ekonomi dengan gaya hidup yang dipilih.

Sering kali orang dengan ekonomi pas-pas an memaksakan untuk hidup mewah. Hidup mewah boleh saja dilakukan jika kondisi ekonominya bagus alias kaya raya.

Namun jika memaksakan gaya hidup padahal kondisi tidak memungkinkan, inilah yang bisa disebut dengan perilaku konsumtif.

Kemampuan seseorang berbeda-beda, maka sebaiknya seseorang bisa lebih bijak untuk menyesuaikan gaya hidup dengan kemampuannya masing-masing.

4. Tertekan dengan Rasa Gengsi

Semakin hari, semakin banyak ditemukan orang dengan rasa gengsi yang tinggi. Salah satu faktornya juga bisa berasal dari maraknya penggunaan media sosial.

Sebagian besar isi media sosial adalah ajang pamer gaya hidup satu orang kepada orang lainnya.

Entah itu dari segi makanan, tempat liburan, pakaian, make up, dan lain sebagainya. Lantas unggahan-unggahan tersebut kerap menimbulkan rasa iri hingga gengsi jika orang yang melihatnya tidak dapat meniru apa yang dipamerkan tersebut.

Memang pada dasarnya tidak ada salahnya untuk menyenangkan diri dengan membeli makanan kekinian atau pergi ke tempat yang menyenangkan. Justru hal tersebut bisa memenuhi kesehatan mental agar tidak terlalu stress dengan kehidupan kerja.

Namun jika hal-hal tersebut hanya dilakukan karena rasa gengsi dan ingin pamer di media sosial, maka sudah jelas bahwa hal tersebut merupakan sikap yang diawali dengan tekanan rasa gengsi.

5. Dipengaruhi Oleh Status Sosial

Gaya hidup mewah bukan suatu kewajiban meskipun seseorang punya status sosial level tinggi atau kaya raya. Setiap orang juga bisa hidup sederhana jika ia memang nyaman hidup secara sederhana.

Lantas apa itu konsumtif yang dipengaruhi status sosial?

Namun di jaman sekarang banyak sekali orang dengan tingkat sosial tinggi justru merasa status sosialnya menjadi ukuran untuk hidup secara bermewah-mewahan.

Artinya ia membeli berbagai barang branded bukan karena suka atau butuh, melainkan karena tuntutan kelas sosial yang dimilikinya. Tentu ini bisa dikategorikan sebagai contoh gaya hidup yang konsumtif dalam artian umum.

Faktor Penyebab Adanya Sikap Konsumtif

Faktor Penyebab Adanya Sikap Konsumtif

Munculnya sikap ini sudah pasti dipicu oleh beberapa hal. Secara garis besar ada dua jenis faktornya, yaitu internal dan eksternal. Berikut beberapa ulasan dari tiap jenis faktor apa itu konsumtif:

1. Internal

Faktor internal berasal dari diri pelaku konsumtif itu sendiri. Ada beberapa poin faktor internal, diantaranya adalah:

  • Harga Diri

Tinggi rendahnya harga diri seseorang akan berpengaruh terhadap sikap konsumtifnya.

Seseorang dengan harga diri tinggi cenderung lebih susah dipengaruhi. Jadi jika ada trend atau iklan menarik sekalipun, ia lebih suka berfikir lebih dulu untuk membelinya.

Sebaliknya, harga diri yang rendah akan lebih mudah dipengaruhi. Saat ada trend apapun ia tidak akan berpikir dua kali dan langsung mengikuti trend tersebut tanpa memikirkan fungsionalitas barang yang dibeli.

  • Motivasi

Motivasi adalah suatu dorongan yang membuat perilaku ini melakukan aksinya untuk menghambur-hamburkan uangnya. Biasanya ada standar tertentu yang membuat pelaku yang konsumtif ini terdorong untuk memenuhi standar tersebut.

Sebagai contohnya, orang yang bekerja di dinas A hampir semua memiliki harta tertentu. Maka dari standar inilah muncul motivasi untuk ikut membeli harta tersebut.

  • Konsep Diri

Faktor yang satu ini berkaitan dengan kehidupan sosial yang melibatkan persepsi atau penilaian orang lain terhadap dirinya sendiri. Pelaku konsumtif akan berpikir bahwa semakin mewah hidupnya, maka persepsi orang akan semakin bagus padanya.

  • Kepribadian

Setiap orang pasti punya kepribadian masing-masing yang berbeda. Pada dasarnya kepribadian ini bisa diubah seiring kondisi lingkungan sekitar. Namun mengubah kepribadian terbilang sangat susah karena sudah terbawa sejak lahir.

Orang yang berkepribadian ini cenderung mudah tertarik pada hal-hal baru. Saat sedang ada trend pun ia akan lebih mudah terpancing untuk membelinya karena sudah terbawa kepribadiannya juga.

2. Eksternal

Berbeda dengan faktor internal, faktor eksternal ini berhubungan dengan lingkungan sekitar seperti status sosial, budaya, keluarga, tradisi, dan lain-lain. Diantara poin faktor eksternal terkait apa itu konsumtif adalah sebagai berikut:

  • Budaya

Budaya selalu ada di kehidupan manusia bahkan sejak ia terlahir. Lantas budaya yang sudah ada sejak lahir ini akhirnya memengaruhi kepribadian orang tersebut. Salah satu contohnya adalah kepribadian konsumtif.

  • Tradisi

Selain budaya, tradisi juga bisa membentuk seseorang menjadi pribadi yang konsumtif. Tradisi sendiri merupakan warisan lingkungan sosial sejak dulu hingga sekarang.

Contoh kasusnya adalah tradisi membeli baju baru saat lebaran padahal masih ada baju yang masih bagus dan layak dipakai.

  • Keluarga

Dibandingkan budaya dan tradisi, pengaruh keluarga jauh lebih besar untuk membentuk perilaku ini.

Hal ini karena keluarga menjadi lingkungan yang paling dekat dengan pelaku konsumtif tersebut. Contoh kasusnya pada sistem pengaturan keuangan rumah.

Jika dalam keluarga tersebut lebih condong dipenuhi orang-orang yang bersikap konsumtif, maka akan sangat besar pengaruh untuk meniru perilaku tersebut..

  • Kelas Sosial

Kelas sosial merupakan level tingkat kejayaan hidup seseorang. Semakin tinggi kelas sosialnya akan semakin memicu sikap konsumtifnya. Hal ini juga berkaitan dengan kehormatan, kuasa, dan hal-hal yang terkait dengan kelas sosial tersebut.

Dampak yang Terbentuk dari Konsumtif

Dampak yang Terbentuk dari Konsumtif

Apakah ada dampak yang timbul dari apa itu konsumtif yang sudah dijelaskan? Tentu saja asa dampak yang timbul, namun dampak ini lebih cenderung pada dampak negatif.

Lantas apa saja dampak yang muncul? Berikut ini beberapa dampaknya:

1. Inflasi

Ternyata semakin tinggi tingkat konsumerisme akan sangat berpengaruh terhadap nilai uang suatu negara.

Saat seseorang lebih banyak membeli, maka secara otomatis akan banyak uang yang beredar di kalangan masyarakat. Hal inilah yang akhirnya menyebabkan inflasi.

Jika dibiarkan secara terus menerus, maka inflasi akan membahayakan kondisi ekonomi negara. Untuk itu keberadaan masyarakat yang tidak punya kelas sosial tinggi, menjadi salah satu hal yang menyeimbangkan kondisi inflasi negara.

2. Kesenjangan Sosial

Kesenjangan sosial akan semakin tampak jelas saat ada sebagian besar masyarakat yang bisa bersikap konsumtif dan ada yang tidak punya kemampuan untuk itu.

Kebanyakan orang yang bisa bersikap konsumtif adalah orang yang kaya raya dan kelas sosialnya tinggi.

Juli dari faktor barang, jumlah aset, hingga gaya berpakaian seorang konsumtif punya perbedaan yang sangat menonjol dengan orang-orang yang tidak punya ekonomi bagus karena tidak punya modal untuk bersikap konsumtif.

Sedangkan hampir semua orang kaya di negeri ini, terdorong untuk bersikap konsumtif demi terlihat berkelas di depan masyarakat. Hal ini seolah-olah ingin menunjukkan bahwa ia berada di level kelas tinggi.

3. Kondisi Finansial Tidak Stabil

Sebagaimana yang sudah dijelaskan sebelumnya, sikap konsumtif selalu tidak didasarkan pada pemikiran rasional yang mengedepankan tujuan dan manfaat dalam membeli suatu barang.

Akibat tidak adanya pertimbangan yang jelas dalam membeli segala sesuatunya, maka lama kelamaan akan berpengaruh terhadap kekacauan dalam alokasi dana.

Alokasi dana yang terpakai justru mengarah pada hal-hal sepele yang pada dasarnya tidak punya manfaat penting.

Kondisi kekacauan alokasi dana ini yang memicu kondisi finansial jadi tidak stabil kedepannya.

Meskipun sumber dana terus menerus mengalir karena hasil kerja, namun tetap saja akan ada titik dimana kondisi finansial ini jadi tidak stabil karena perilaku konsumtif yang dibiarkan.

4. Peningkatan Kebiasaan Hutang

Memang tidak semua orang berperilaku konsumtif. Bahkan kebanyakan yang bersikap konsumtif ini adalah orang-orang berada.

Namun tidak menutup kemungkinan seseorang yang punya kondisi ekonomi pas-pas an lantas meniru kebiasaan konsumtif ini.

Biasanya orang-orang seperti ini dipengaruhi oleh penilaian orang sekitar sehingga mendorongnya untuk ikut bersikap konsumtif. Sikap yang tidak diimbangi dengan kondisi ekonomi stabil pun menjadikan munculnya kebiasaan berhutang.

Jaman sekarang banyak orang yang lebih mementingkan gengsi penampilan daripada gengsi berhutang. Alhasil kebiasaan berhitung demi mengikuti trend pun meningkat.

Sikap konsumtif cenderung akan merugikan pelakunya itu sendiri. Sikap konsumtif memerlukan sikap kontrol yang baik agar tidak terjadi peningkatan konsumtif secara berlebihan.

Maraknya kebiasaan pamer di sosial media menjadi faktor yang dianggap paling besar dan paling dominan terhadap sikap konsumtif.

Setelah mengetahui apa itu konsumtif beserta faktor, contoh, dan dampaknya, diharapkan masyarakat bisa semakin bijak dalam mengelola keuangannya. Dengan begitu dampak yang ditakutkan bisa diminimalisir dengan baik.

Baca Juga: Kebebasan Finansial Artinya Apa? Penjelasan dan Cara Meraihnya

Bagikan:

Tags

Joko Warino

Seorang praktisi SEO (Search Engine Optimization) dari tahun 2013 yang selalu berusaha meningkatkan kemampuan seiring dengan perubahan logaritma yang dilakukan oleh Google.

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.