Pengertian Reorder Point, Fungsi, dan Contoh Studi Kasusnya

Reorder Point

Analisis yang baik terhadap kondisi stok, mampu membantu dalam membuat ketersediaan stok dari usaha yang Anda jalankan, agar selalu terjaga dengan baik. Salah satu analisis stok yang dapat membantu Anda untuk menjaga ketersediaan stok adalah reorder point. Apa pengertian reorder point?

Apa saja manfaat yang bisa pemilik usaha dapat dari melakukan analisa terhadap reorder point?

Lalu, bagaimana caranya untuk mengetahui reorder point dari sebuah barang?

Ada beberapa hal yang harus Anda ketahui untuk menguasai salah satu analisis dari inventaris ini.

Simak informasi mengenai pengertian reorder point dan informasi penting lainnya dari analisis ini di penjelasan berikut:

Pengertian Reorder Point

Pengertian Reorder Point

Jika diterjemahkan menjadi Bahasa Indonesia, istiah dalam bisnis ini berarti titik pemesanan ulang. Dari terjemahan tersebut, Anda pastinya sudah sedikit menerka-nerka mengenai apa itu reorder point yang tengah kita bahas di artikel ini.

Reorder point (ROP) merupakan tingkat inventaris di mana bisnis harus melakukan pemesanan ulang.

Apabila bisnis tidak melakukan pemesanan ulang pada titik ini, maka bisnis rentan menghadapi risiko penurunan stok di bawah tingkat kuantitas yang aman.

Bahkan, hal tersebut juga bisa membuat bisnis tidak memiliki stok sama sekali, sehingga membuat pesanan tidak terpenuhi dan pelanggan merasa tidak senang. Biasanya, reorder point mengacu pada pembelian inventaris untuk mengisi kembali stock.

Namun konsepnya tidak sekedar terbatas pada bisnis yang membeli barang untuk dijual kembali, seperti membeli dengan harga grosir dan menjual barang tersebut dengan harga eceran.

Konsep tersebut juga dapat diterapkan di sebuah bisnis besar di mana supplier adalah gudang yang dimiliki oleh perusahaan yang sama.

Konsep ini juga bisa digunakan ketika membeli barang dari supplier untuk membuat produk yang akan dijual oleh bisnis Anda.

Baca Juga: Dead stock adalah: Definisi, Dampak, Dan Cara Mengatasinya

Fungsi Reorder Point

Fungsi Reorder Point

Berdasarkan pengertian di atas, melakukan analisa terhadap titik ini memiliki dua fungsi utama, yaitu:

1. Memungkinkan untuk Membuat Keputusan Cepat

Reorder point memungkinkan pemilik usaha untuk dapat membuat keputusan dengan cepat. Keputusan ini dibuat tanpa tekanan, berdasarkan data tentang pemesanan inventaris, dan tanpa harus me-review dari awal setiap saat.

Pendekatan berbasis rumus yang sederhana ini dapat menghemat waktu dan mengurangi kemungkinan kesalahan fatal dalam manajemen inventaris.

2. Membantu Bisnis Bekerja Lebih Efisien

Fungsi utama kedua, yaitu mengidentifikasi dan menggunakannya dapat membantu bisnis beroperasi lebih efisien dengan menyeimbangkan dua kebutuhan yang saling bersebrangan.

Jika sebuah bisnis memesan ulang terlalu banyak dan terlalu cepat, uang akan habis sebelum dibutuhkan.

Hal tersebut juga dapat menimbulkan biaya tambahan untuk menyimpan persediaan ekstra, di mana beberapa di antaranya mungkin tidak akan pernah dijual.

Contoh produk yang mungkin tidak akan pernah dijual adalah produk yang mendekati masa kadaluarsa.

Di sisi lain, jika bisnis menunggu terlalu lama untuk memesan ulang atau tidak memesan sampai inventaris sudah dibutuhkan, jeda waktu antara pembuatan pesanan dan penerimaan barang akan menyebabkan kehabisan stok.

Kondisi kehabisan stok ini adalah kondisi di mana bisnis harus menolak pelanggan atau pesanan tidak dapat terpenuhi dan pelanggan menjadi kecewa.

Baca Juga : 9 Strategi Inventory Control yang Ampuh (+Penjelasan Tekniknya)

Mengenal Apa Itu Safety Stock

Mengenal Apa Itu Safety Stock

Safety stock adalah jumlah buffer, atau yang biasa disebut dengan inventaris darurat, yang perlu untuk Anda miliki.

Inventaris ini merupakan simpanan persediaan ekstra yang dapat menutupi lonjakan permintaan yang tiba-tiba atau keterlambatan pengiriman yang tidak terduga.

Jumlah pasti safety stock yang bisnis Anda perlukan dapat dihitung dengan persamaan yang akan dibahas di sub bab selanjutnya.

Hasil dari perhitungan tersebut dapat digunakan ke dalam perhitungan reorder point untuk mengurangi ketidakpastian.

Jika kita memikirkan baik-baik mengenai pengertian reorder point, kita pastinya akan memikirkan adanya stok untuk mengatasi situasi bisnis yang tidak pasti ini.

Apa perbedaan dari reorder point dengan dan tanpa safety stock? Simak selengkapnya di bawah ini:

1. Reorder Point Dengan Safety Stock

Reorder point biasanya terdiri dari safety stock di dalamnya, seperti yang akan ditunjukkan pada rumus dasar di sub bab selanjutnya.

Stok ini digunakan untuk menambah jumlah stok yang ada untuk berjaga-jaga dari situasi bisnis yang tidak pasti atau datangnya kejadian yang tidak terduga.

Jika suatu perusahaan tidak menggunakan persamaan safety stock ini di kegiatan sehari-hari, perusahaan tersebut bisa jadi sudah menerka-nerka berapa jumlah nilai dari inventaris tambahan untuk berjaga-jaga di situasi darurat.

Apabila tidak menggunakan analisis yang lebih rumit dari kebiasaan bisnis ini, bisa jadi perusahaan tersebut sudah mencoba melakukan hal yang lebih sederhana.

Sebuah perusahaan bisa jadi sudah mencoba untuk memikirkan tentang berapa lama perusahaan tersebut harus menunggu pengiriman yang terlambat. Lalu, berapa banyak produk yang bisa perusahaan jual selama periode itu?

Jumlah produk yang perusahaan pikirkan tersebut dapat berfungsi sebagai pengganti dari safety stock.

Ketika mempelajari tentang reorder point, Anda dapat mengetahui bahwa safety stock sangat dibutuhkan untuk menghadapi risiko penurunan stok di bawah tingkat kuantitas yang aman.

Namun, ada beberapa kasus di mana sebuah perusahaan tidak menghitung safety stock di dalam pengertian reorder point versi mereka.

2. Reorder Point Tanpa Safety Stock

Sangat jarang terjadi ketika sebuah perusahaan yang menghitung reorder point, namun tidak menghitung angka safety stock atau menghitung hal sejenis yang lebih sederhana seperti yang disebutkan sebelumnya.

Hal tersebut jarang sekali terjadi dan hal tersebut bukanlah sesuatu yang bijaksana untuk dilakukan oleh sebuah perusahaan. Ada beberapa kemungkinan sebuah usaha menghitung reorder point tanpa menghitung safety stock.

Jika sebuah usaha menghitung reorder point untuk mencari tahu kapan harus memasok dari gudang milik mereka sendiri, usaha tersebut mungkin tidak memerlukan safety stock untuk memperhitungkan penundaan tak terduga dalam rantai pasokan.

Hal tersebut dikarenakan bisnis yang dijalankan menggunakan logistik yang sebagian besar berada di bawah kendali usaha tersebut. Kemungkinan lainnya yaitu suatu usaha menjual produk yang sudah dipesan jauh-jauh hari.

Mungkin mereka menjual produk ke sebuah acara besar yang direncanakan bertahun-tahun sebelum acara dimulai, atau kepada orang yang merencanakan acara pernikahan setahun sebelumnya.

Pada bisnis seperti itu, adanya pesanan mendadak bisa jadi sangat jarang terjadi.

Acara yang mendadak juga mahal untuk direncanakan, sehingga jarang untuk diadakan. Sebagian besar bisnis tidak ingin mengabaikan kebutuhan akan safety stock.

Setidaknya sudah memikirkan sesuatu yang mirip dengan safety stock. Namun, seperti yang baru saja dijelaskan, ada kasus di mana reorder point dihitung tanpa menghitung safety stock.

Mengenal Apa Itu Lead Time

Mengenal Apa Itu Lead Time

Untuk mengetahui nilai dari reorder point, Anda harus mengetahui apa itu lead time terlebih dahulu. Agar lebih mudah mempelajari pengertian Lead time, perhatikan contoh berikut ini!

Contohnya, sebuah perusahaan transportasi memesan 7 buah bus dengan spesifikasi tertentu dari karoseri Adi Putro.

Proses pengerjaan bus yang perusahaan tersebut pesan adalah selama 3 bulan. Setelah selesai memproduksi bus, perusahaan karoseri memerlukan waktu selama 1 hari untuk mempersiapkan pengiriman bus.

Perusahaan bus yang memiliki berlokasi di Flores, Nusa Tenggara Timur.

Waktu pengiriman bus dari lokasi produksi yang berlokasi di Malang, Jawa Timur, adalah 3 hari. Setelah tiba, perusahaan Anda masih membutuhkan waktu untuk mempersiapkan bus selama 7 hari sebelum digunakan.

Setelah Anda memesan bus, total terdapat jeda waktu selama 3 bulan 11 hari (3 bulan + 1 hari + 3 hari + 7 hari) hingga bus bisa beroperasi di Flores. Jeda waktu inilah yang disebut sebagai lead time.

Pengertian lead time yaitu jeda waktu antara waktu pemesanan inventaris dan waktu ketika barang tersebut datang.

Jeda waktu ini umumnya terjadi dalam beberapa hari, minggu, bulan, dan terkadang ada yang sampai tahunan. Hal tersebut tergantung pada jenis, jumlah, ketersediaan, dan lokasi barang.

Cara Menghitung Reorder Point

Cara Menghitung Reorder Point

Pada persamaan reorder point, titik ini dapat dicari dengan menjumlahkan nilai permintaan barang di lead time dengan nilai safety stock.

Anda bisa mencari nilai dari lead time demand, safety stock, dan reorder point menggunakan persamaan-persamaan berikut ini:

1. Menghitung Lead Time Demand

Pada contoh yang sebelumnya dibahas, perusahaan bus memiliki lead time selama 3 bulan 11 hari.

Sebelum bus baru datang dan bisa beroperasi, perusahaan memerlukan untuk menyewa beberapa armada bus dari perusahaan lain untuk digunakan sementara waktu.

Permintaan armada bus ini bisa dihitung dengan menggunakan persamaan lead time demand.

Cara untuk menghitung permintaan tersebut adalah dengan mengalikan jumlah lead time (hari) dengan jumlah penjualan harian. Ekuasi dari lead time demand yaitu:

Lead Time Demand = Lead Time (Hari) x Rata-Rata Penjualan Setiap Hari

Rumus tersebut dapat digunakan untuk mencari tahu permintaan barang oleh pelanggan ketika masa lead time berlangsung.

Jika permasalahannya adalah pemesanan ulang barang untuk kebutuhan jasa transportasi bus seperti contoh di atas, maka rumus berubah menjadi:

Lead Time Demand = Kebutuhan Armada Bus per Hari

Mengapa lead time tidak dikalikan ke dalam persamaan tersebut? Karena bisnis ini merupakan jasa transportasi yang menggunakan bus yang sama untuk melayani pelanggan setiap harinya.

Hal tersebut berbeda dengan bisnis toko roti di mana roti dibeli oleh pelanggan dan pemilik usaha harus membuat roti yang baru untuk melayani kebutuhan pelanggan yang lain.

Jika kebutuhan bus adalah 30 armada per hari, maka lead time demand dari bisnis ini adalah 30.

2. Menghitung Safety Stock

Sebelumnya sudah dijelaskan mengenai pengertian reorder point dan safety stock.

Dari kedua penjelasan tersebut dapat diketahui betapa pentingnya sebuah perusahaan mengetahui jumlah safety stock dari inventaris yang disimpan dan apa hubungannya dengan reorder point.

Lalu, berapa jumlah safety stock yang harus ada di sebuah perusahaan? Untuk menghitung nilai dari stok ini, Anda bisa menggunakan persamaan berikut:

Safety Stock = (Penjualan Harian Tertinggi x Lead Time Paling Lama) – (Rata-Rata Penjualan per Hari x Rata-Rata Lead Time)

Diketahui, sebuah toko roti mampu memproduksi roti umumnya dalam waktu 2 jam. Proses produksi roti pernah terlambat hingga memakan waktu 6 jam.

Jika penjualan per jam dan penjualan per jam tertinggi adalah 20 dan 50, berapa safety stock dari toko ini?

Safety Stock = (Penjualan per Jam Tertinggi x Lead Time Paling Lama) – (Rata-Rata Penjualan per Jam x Rata-Rata Lead Time)

= (50 x 6) – (20 x 2) = 300 – 40 = 260 roti

Jika menggunakan kasus perusahaan bus yang sebelumnya dibahas, maka persamaan ini berubah menjadi seperti ini:

Safety Stock = Kebutuhan Armada Tertinggi – Rata-Rata Kebutuhan Armada

Jika diketahui kebutuhan armada per hari tertinggi adalah 35 bus, maka safety stock dari perusahaan bus ini adalah:

Safety stock = 35 – 30 = 5 bus

3. Menghitung Reorder Point

Setelah menghitung lead time demand dan safety stock dari perusahaan bus yang berlokasi di Flores ini, Anda dapat menentukan jumlah bus yang harus ada sebelum bus yang baru bisa digunakan.

Untuk menentukannya, Anda bisa menggunakan persamaan reorder point.

Seperti yang diketahui di pengertian reorder point, bahwa konsep reorder point harusnya digunakan untuk menghitung stok barang yang harus ada di gudang untuk mencegah kekurangan stok.

Namun persamaan ini juga bisa digunakan untuk menentukan jumlah bus yang harus siap sebelum bus baru tiba. Menurut pengertian reorder point, rumus reorder point adalah:

Reorder Point = Lead Time Demand + Safety Stock

Reorder point perusahaan bus = 30 + 5 = 35 bus

Jadi, jumlah armada bus yang siap untuk digunakan sebelum bus baru tiba dari Malang adalah sebanyak 35 bus.

Apabila saat ini di perusahaan bus terdapat 28 bus, maka perusahaan perlu untuk menyewa 7 armada bus dari perusahaan lain hingga bus baru bisa beroperasi.

Contoh di atas merupakan contoh ketika rumus reorder point digunakan pada usaha jasa. Studi kasus penggunaan reorder point di sebuah usaha yang memproduksi sebuah barang dapat disimak di sub bab selanjutnya.

Contoh Reorder Point Lainnya

Contoh Reorder Point Lainnya

Sebuah toko sepatu di Banda Neira memesan 100 pasang sepatu kulit dari pabrik di Kota Ambon.

Proses pengerjaan sepatu kulit memakan waktu selama 2 minggu dengan waktu pengemasan selama 1 hari, waktu pengiriman selama 5 hari, dan waktu untuk merapikan barang selama 1 hari.

Proses produksi sepatu kulit tersebut pernah terlambat hingga 1 minggu. Rata-rata penjualan per minggu dari toko ini adalah 10 pasang sepatu kulit.

Penjualan terbanyak dari toko ini adalah 50 pasang sepatu kulit ketika sebuah sekolah memesan sepatu kulit untuk seluruh siswa barunya.

Berapa reorder point dari produk sepatu kulit tersebut?

Diketahui:

Lead time : 2 minggu + 1 hari + 5 hari + 1 hari = 3 minggu

Lead time terlama : 3 minggu + 1 minggu = 4 minggu

Rata-rata penjualan : 10 per minggu

Penjualan terbanyak : 50 per minggu

Maka,

Lead Time Demand = 3 x 10

= 30 pasang sepatu

Safety Stock = (50 x 4) – (10 x 3)

= 200 – 30

= 170 pasang sepatu

Reorder point    = 30 + 170

= 200 pasang sepatu

Sehingga, supaya stok sepatu kulit tetap aman, toko sepatu tersebut perlu untuk melakukan pemesanan ulang sepatu kulit setiap stok dari sepatu ini tersisa 200 pasang sepatu.

Berdasarkan isi dari artikel ini, pengertian reorder point bisa diartikan sebagai nilai sisa stok di mana sebuah produk harus diisi ulang.

Agar lebih aman, pemilik bisnis dapat menambahkan safety stock pada nilai tersebut untuk menangani berbagai situasi bisnis yang tidak pasti.

Pengertian reorder point juga bisa diartikan sebagai nilai total dari penjumlahan antara lead time demand dan safety stock.

Namun, ada juga kasus di mana sebuah perusahaan tidak perlu menggunakan safety stock, sehingga hanya menggunakan lead time demand saja.

Baca Juga: Pengertian Lead

Bagikan:

Tags

Joko Warino

Seorang praktisi SEO (Search Engine Optimization) dari tahun 2013 yang selalu berusaha meningkatkan kemampuan seiring dengan perubahan logaritma yang dilakukan oleh Google.

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.