Salah satu kendala yang mungkin saja dihadapi para pelaku usaha yaitu kegagalan dalam bertransaksi, sehingga konsumen ingin melakukan retur. Adapun maksud dari istilah retur adalah pengajuan pengembalian barang yang dilakukan konsumen karena alasan tertentu.
Alasan yang sering ditemui yaitu karena kondisi barang yang didapatkan oleh konsumen dalam keadaan rusak atau tidak sesuai.
Retur memang hal biasa yang sering terjadi dalam dunia jual beli produk, namun bukan berarti hal ini tidak berdampak terhadap berjalannya bisnis.
Apabila terdapat konsumen yang melakukan retur, tentu bisa menyebabkan kerugian.dalam bisnis.
Maka penting sekali bagi pelaku usaha untuk mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan retur, untuk itu Anda bisa menyimak ulasan berikut ini.
Apa itu Retur?
Dalam kegiatan transaksi, setidaknya ada dua pihak yang terlibat di dalamnya yaitu penjual dan pembeli. Kewajiban penjual disini yaitu menyerahkan objek yang dijual kepada pembeli, sedangkan pembeli yaitu melakukan pembayaran atas barang yang dijual.
Namun disamping menyerahkan produk yang dijual, penjual juga harus bisa memberikan dua jaminan lainnya yaitu jaminan keamanan objek yang sudah diklaim oleh pihak ketiga, serta jaminan bahwa objek atau barang tersebut tidak mempunyai cacat tersembunyi.
Dalam hal ini retur sangat erat kaitannya dengan permasalahan kerusakan barang atau kekeliruan barang yang diterima oleh pembeli. Maka dari itu pembeli akan mengajukan pengembalian kepada penjual.
Jadi singkatnya, retur adalah suatu pengembalian barang kepada penjual. Retur terbagi menjadi dua jika dilihat dari dua sudut pandang yang berbeda, yaitu ada retur penjualan dan retur pembelian.
Maksud dari retur penjualan di sini adalah retur yang dilihat dari sudut pandang penerima retur atau penjual. Sedangkan retur pembelian adalah retur yang dilihat dari sisi pihak yang melakukan pengembalian barang atau pembeli.
Pengembalian barang ini bisa dilakukan karena alasan apapun, seperti adanya ketidakcocokan barang dengan pesanan, kerusakan, kekeliruan, perbedaan kualitas dan lain sebagainya.
Maka dari itu,dengan adanya retur bisa memastikan barang yang diterima sudah sesuai dengan kesepakatan.
Baca Juga : Procurement Adalah: Tugas, Jenis dan Tips Penerapannya
Alasan-Alasan Melakukan Retur Barang
Sebelumnya sudah dibahas sedikit mengenai beberapa alasan yang bisa melatarbelakangi terjadinya retur barang.
Untuk lebih jelasnya mengenai berbagai alasan yang membuat pembeli melakukan retur adalah sebagai berikut:
1. Ukuran dan warna barang berbeda dari pesanan
Sekarang ini membeli barang sudah bisa dilakukan secara online, maka dari itu pembeli hanya bisa melihat gambar saja tanpa melihatnya secara langsung. Hal ini yang membuat beberapa penjual sering mengalami kekeliruan pada saat pengemasan.
Barang yang dipesan oleh pembeli memiliki ukuran atau warna yang berbeda dengan yang dikirim. Karena kesalahan inilah yang menjadikan pembeli melakukan retur atau pengembalian barang.
2. Item yang dipesan salah
Alasan selanjutnya yang sering terjadi ketika membeli barang terutama yaitu salah memesan item, terutama jika pembelian ini dilakukan secara online melalui marketplace.
3. Produk yang diterima dalam keadaan rusak atau cacat
Permasalahan mengenai produk yang rusak atau cacat ini memang kerap terjadi, terutama jika barang dibeli secara online. Rusaknya barang ini bisa terjadi akibat kesalahan dalam proses pengepakan maupun pengiriman.
Dengan ini, pembeli bisa melakukan pengembalian barang kepada penjual untuk dilakukan penukaran dengan barang yang baru.
4. Keterlambatan dalam proses pengiriman
Alasan selanjutnya yang sering terjadi hingga pembeli melakukan retur adalah keterlambatan dalam proses pengiriman barang.
Contohnya yaitu pembeli membutuhkan sebuah produk pada tanggal tertentu, namun karena datang terlambat maka pembeli sudah tidak membutuhkannya lagi.
Maka dari itu, pembeli mengajukan pengembalian barang tersebut kepada penjual.
5. Pembeli menerima produk atau barang lebih banyak dari pesanan
Kemungkinan terakhir yang menyebabkan retur terjadi adalah adanya kelebihan barang yang diterima oleh pembeli.
Hal ini bisa terjadi karena penjual salah memasukkan barang tersebut pada saat proses pengepakan.
Baca Juga: Tips Manajemen Persediaan Bahan Baku dan Teknologinya
Jenis-Jenis Retur
Sebelumnya sudah disebutkan bahwa terdapat dua jenis retur yaitu ada retur penjualan dan retur pembelian. Jenis retur ini dibagi berdasarkan sudut pandang orang melihat retur ini, apakah dari pihak pembeli atau penjual.
Untuk mengetahui lebih jelasnya mengenai masing-masing dari jenis retur ini, maka bisa simak penjelasan mengenai jenis-jenis retur di bawah ini:
1. Retur penjualan
Pengertian dari retur penjualan adalah upaya yang dilakukan pembeli untuk melakukan pengembalian barang kepada penjual. Dengan adanya retur penjualan ini menandakan bahwa terdapat penambahan pada jumlah barang.
Namun hal tersebut justru akan berdampak pada meruginya sebuah usaha. Hal ini terjadi karena barang yang dikembalikan oleh pembeli, membuat penjual harus menanggung biaya produksi atas barang tersebut.
Barang yang dikembalikan bisa diganti menggunakan barang yang baru maupun menggantinya dengan uang. Pergantian ini tentunya dilakukan atas kesepakatan yang telah disetujui bersama antara kedua belah pihak, yaitu pembeli dan penjual.
Dampak dari adanya retur adalah bisa membuat tagihan yang diperoleh dari pihak pembeli menjadi berkurang.
Dalam kegiatan transaksi jual beli, pihak penjual biasanya akan membaginya menjadi tiga kategori:
- Retur penjualan yang berakibat pada pengurangan piutang dari pihak pembeli.
- Retur penjualan yang berakibat pada pengembalian kas ke pihak pembeli.
- Retur penjualan yang berakibat pada penggantian barang yang cacat atau rusak dari pihak pembeli dan menggantinya dengan yang baru.
Ketika melakukan transaksi pengembalian barang ini, maka penjual membutuhkan bukti mengenai barang yang akan diretur atau nota kredit.
Dengan adanya dokumen berupa nota kredit ini, maka penjual mempunyai bukti yang membuat piutang usaha menjadi berkurang kepada pembeli.
2. Retur pembelian
Jenis retur selanjutnya adalah retur pembelian, yaitu pengembalian barang yang dilakukan dari penjual ke pemasok barang dagangan yang dijual. Untuk retur jenis ini biasanya jumlah barang yang terlibat tidak sedikit.
Terdapat dua macam transaksi yang ada di dalam retur pembelian yaitu ada retur pembelian kredit dan tunai. Maksud dari retur pembelian tunai yaitu proses pembelian barang ini dilakukan dengan transaksi secara tunai.
Jadi apabila barang-barang yang didapatkan dari pemasok dalam keadaan cacat dan rusak, maka penjual bisa melakukan pengembalian barang tersebut tanpa harus memiliki tanggungan biaya dalam kredit.
Karena proses transaksi sebelumnya dilakukan secara tunai, pengembalian barang juga bisa dilakukan langsung menggunakan uang tunai.
Sedangkan untuk retur pembelian kredit ini merupakan pembelian barang yang dilakukan dengan cara kredit. Artinya penjual belum membayar atau melunasi barang yang dibeli.
Apabila terdapat kerusakan pada barang yang dibeli, penjual bisa melakukan pengembalian sesuai dengan harga dari barang tersebut.
Secara otomatis nantinya pemasok akan melakukan pemotongan biaya yang harus dibayar oleh penjual dengan biaya barang yang akan dikembalikan atau diretur.
Tidak jauh berbeda dengan retur penjualan, dalam retur pembelian juga membutuhkan nota debit sebagai bukti transaksi.
Disebut sebagai nota debit karena terjadi pengurangan dari utang usaha akibat adanya pengurangan jumlah dari barang yang dimiliki.
Pentingnya Mencatat Retur Penjualan
Mencatat retur adalah hal yang penting untuk dilakukan oleh seorang akuntan keuangan agar data-data yang dimiliki bisa terpelihara dengan baik.
Karena datar dari retur penjualan ini juga bisa menjadi informasi yang sangat berguna dalam mengambil sebuah keputusan dalam bisnis.
Dengan melakukan pelacakan pada retur penjualan maka bisa membantu sebuah bisnis agar bisa terhindar dari kerugian, adapun manfaat penting lainnya dari kegiatan mencatat retur penjualan yaitu sebagai berikut:
1. Membuat perubahan
Pencatatan retur penjualan bisa menjadi data yang berguna untuk melakukan perubahan menuju perbaikan bisnis.
Contohnya yaitu apabila pemilik usaha mengetahui bahwa banyak pembeli yang melakukan retur barang pada pembelian online, karena ukuran dari barang tersebut tidak sesuai atau lebih besar dari yang diharapkan oleh pembeli.
Dari kasus tersebut maka pemilik usaha bisa melakukan perubahan dengan mengubah spesifikasi dari barang tersebut dengan ukuran yang lebih akurat.
Dengan adanya perbaikan ini maka pembeli selannya di periode mendatang bisa lebih puas dan jumlah orang yang melakukan retur menjadi berkurang.
Berkurangnya jumlah orang yang melakukan retur tentu bisa membuat bisnis terhindar dari kerugian.
2. Menganalisis tren
Data dari retur penjualan juga bisa menjadi bahan untuk menilai apakah kinerja dari bisnis pada sebuah lokasi atau kategori tertentu sudah baik dari waktu ke waktu.
Contohnya yaitu apabila terdapat pengecer yang mempunyai jumlah retur barang lebih banyak daripada yang lain.
Dari masalah tersebut tentu harus diselidiki mengenai apa yang menjadi penyebab dari banyaknya jumlah retur barang.
Selain itu juga bisa menjadi bahan dalam melakukan analisis untuk memprediksi atau melakukan penyesuaian bisnis agar semakin maju.
3. Pahami manfaatnya
Retur penjualan adalah hal yang bisa mempengaruhi penjualan dan pendapatan yang diperoleh oleh penjual.
Jika ada pembeli yang melakukan pengembalian barang, maka penjual harus menggantinya dengan yang baru atau mengembalikan uang seharga barang yang dikembalikan.
Maka dari itu, pengembalian barang bisa membuat pendapatan yang diperoleh penjual menjadi berkurang.
Untuk itu, penjual harus melakukan evaluasi terhadap usaha tersebut agar bisa mengurangi atau mencegah kerugian yang timbul akibat adanya retur penjualan dari pembeli.
Cara Mencatat Retur Penjualan
Pencatatan retur penjualan bisa dilakukan dengan menggunakan beberapa prosedur berikut ini:
1. Membuat daftar retur dan catat jenisnya
Langkah pertama untuk mencatat retur adalah dengan melakukan identifikasi terlebih dahulu mengenai proses dari awal pelanggan melakukan pembayaran, dan proses proses penjual dalam mengembalikan uang tersebut.
Dari hal ini maka bisa diperhatikan mengenai metode pembayaran yang digunakan apakan menggunakan cara tunai atau kredit.
Jika pembayaran dilakukan secara kredit maka pelanggan masih mempunyai waktu tertentu sebelum melakukan pembayaran atas barang yang dibeli.
Dengan mengetahui metode pembayaran yang dilakukan oleh pelanggan maka bisa mempermudah dalam melakukan pelacakan dan menyelesaikan proses transaksi tersebut.
2. Mengkonfirmasi pengembalian
Selanjutnya yaitu bisa dengan melakukan peninjauan proses retur atau pengembalian terhadap kebijakan yang sudah disetujui perusahaan.
Biasanya perusahaan mempunyai periode tertentu untuk melakukan proses retur hingga barang diterima.
3. Mencatat adanya transaksi retur penjualan
Retur penjualan ini juga bisa menjadi informasi adanya transaksi retur yang akan dicatat dalam akun perusahaan. Selain itu, Anda juga bisa melakukan pencatatan mengenai asal uang yang didapatkan agar proses pembukuan bisa seimbang.
Maka dari itu, pencatatan transaksi retur adalah hal penting yang harus dilakukan perusahaan. Untuk penjualan yang dilakukan secara tunai dan kredit, bisa diposting jumlahnya ke dalam akun retur.
4. Melakukan pembaharuan inventaris
Untuk barang-barang yang dikembalikan lagi oleh pelanggan atau konsumen, maka bisa dimasukkan ke dalam inventaris perusahaan.
Contohnya yaitu apabila terdapat pelanggan yang melakukan retur pada celana yang masih bisa dipakai dan tidak mengalami kerusakan atau cacat.
Maka pengecer bisa menjual item tersebut kembali, namun untuk saat ini barang tersebut masih masuk menjadi bagian dari inventaris perusahaan.
Tambahkan item tersebut dalam catatan akun inventaris, kemudian kurangi jumlah yang sama dengan harga pokok penjualan.
Tips Mengelola Retur pada Bisnis
Agar bisnis yang dijalan bisa berjalan dengan baik, maka penting sekali untuk mengelola retur agar tidak menyebabkan kerugian bagi perusahaan.
Adapun untuk tips dalam mengelola retur dalam bisnis diantaranya yaitu:
1. Jangan membebani konsumen dengan adanya biaya retur
Jarang menerima retur bukan berarti konsumen puas akan produk yang didapatkan. Namun beberapa dari konsumen enggan untuk membayar tambahan biaya yang dikeluarkan untuk mengirimkan barang tersebut.
Walaupun status retur yang dimiliki perusahaan tidak banyak, namun harus tetap waspada akan dampak yang mungkin terjadi. Konsumen yang kurang puas dengan dengan produk yang didapatkan bisa saja meninggalkan ulasan yang buruk.
Hal ini terjadi karena kebijakan retur yang ditetapkan oleh perusahaan cukup menyulitkan konsumen. Dengan adanya ulasan buruk tersebut, tentu bisa berakibat pada calon konsumen lainnya yang akan membeli.
Akibat melihat ulasan tersebut dari awalnya ingin membeli menjadi ragu bahkan mengurungkan niat tersebut.
Untuk itu buatkan kebijakan retur yang tidak memberatkan konsumen, karena dengan kebijakan yang tepat justru bisa membuat konsumen menjadi puas akan pelayanan yang diberikan.
2. Memastikan bahwa kebijakan retur toko jelas dan sederhana
Selanjutnya tips dalam mengelola retur adalah menetapkan kebijakan retur dengan jelas namun sederhana dan tidak berbelit-belit. Selain itu, pastikan bahwa kebijakan yang dibuat tegas sehingga konsumen tidak berlaku semena-mena.
Namun jangan sampai kebijakan tersebut terdengar seperti perusahaan tidak bertanggung jawab atas kerusakan atau cacatnya produk yang diterima oleh konsumen. Jika mempunyai toko online, maka buatlah peraturan yang mudah.
Contohnya yaitu bisa dengan melakukan video unboxing pada paket yang diterima, sebagai bahan bukti apakah produk yang didapatkan memang rusak dan cacat.
3. Melakukan pengembalian dana dengan cepat
Menunggu tentu menjadi hal yang tidak disukai oleh semua orang, maka dari itu jangan sampai konsumen terlalu lama menunggu dana dikembalikan lagi ke rekening konsumen.
Konsumen yang menunggu terlalu lama bisa membuatnya enggan untuk membeli lagi pada toko tersebut di kemudian hari.
Apabila terdapat konsumen yang ingin melakukan retur dan telah memenuhi syarat yang sudah ditetapkan, maka harus sesegera mungkin bagi perusahaan untuk melakukan pengembalian.
4. Menetapkan batas waktu retur yang realistis
Memberi waktu terlalu panjang kepada pembeli untuk melakukan retur terkadang menjadi ketakutan tersendiri bagi penjual, karena bisa membuat pembeli melakukan retur dengan seenaknya.
Namun bukan berarti hal ini menjadi hal yang menjadikan perusahaan menetapkan rentang waktu yang singkat.
Buatlah batasan waktu kepada konsumen yang realistis dan wajar, agar bisa melakukan pemeriksaan produk tersebut secara menyeluruh. Pemberian waktu ini tentu bisa menjadi jaminan kepuasan atas barang yang diberikan kepada pelanggan.
Retur adalah pengajuan pengembalian barang yang dilakukan oleh konsumen, karena alasan tertentu.
Kebanyakan alasan yang melatarbelakangi terjadinya retur yaitu barang yang diperoleh oleh konsumen atau pembeli tidak sesuai atau mengalami kerusakan.
Walaupun retur merupakan hal biasa dalam bisnis jual beli, namun pemilik usaha juga harus bisa mengelolanya dengan baik.
Untuk itu, informasi mengenai retur di atas, bisa menjadi informasi berguna bagi Anda yang memiliki usaha di bidang jual beli secara online.
Baca Juga: Reimburse Adalah: Pengertian, Jenis, dan Cara Mengajukannya