Apa itu amortisasi? Bagi Anda yang tidak terlalu akrab dengan akuntansi, mungkin masih merasa asing dengan istilah ini. Berbeda lagi dengan Anda yang berkecimpung dengan bisnis, istilah ini tentu saja sudah akrab di telinga Anda.
Amortisasi berhubungan dengan proses pembayaran tagihan bulanan atau tahunan. Anda pasti mengenal beberapa kredit yang mengharuskan Anda membayar iuran setiap bulannya. Besar iuran yang harus Anda keluarkan setiap bulannya inilah yang disebut dengan istilah amortisasi.
Apa Itu Amortisasi dan Contohnya
Menurut KBBI, amortisasi memiliki arti sebagai penyusutan dari hutang yang dilakukan berangsur-angsur. Amortisasi juga berarti sebagai penyerapan dari nilai kekayaan atau aset tidak berwujud, misalnya kontrak atau royalti dalam periode waktu tertentu.
Hal ini dilakukan pada aset atau kekayaan yang masih digunakan. Dalam sebuah perusahaan, hal ini sangat penting sebagai salah satu proses pelaporan keuangan dalam sebuah manajemen keuangan. Perhitungan yang dilakukan untuk mengetahui nilai amortisasi dilakukan dengan metode-metode tertentu.
Besar iuran yang harus dikeluarkan bagi peminjam harus memiliki angka yang lebih besar daripada pokok pinjaman dan bunga yang ditanggung peminjam. Secara perlahan, peminjam akan melunasi nilai amortisasi pada setiap periode pembayaran iuran.
Adanya hal ini bisa menjadi salah satu faktor sebuah perusahaan bisa memperoleh keuntungan. Maka dari itu, hal ini sangat penting dan harus ada dalam sebuah laporan keuangan.
Contoh dari istilah ini adalah kredit kendaraan, rumah, tanah, dan hal yang berkaitan dengan kartu kredit.
Jadi, sampai sini sudah terbayang apa itu amortisasi? Anda bisa menyebutkannya sebagai proses penyusutan hutang secara bertahap yang dilakukan pada periode tertentu hingga hutang tersebut lunas. Istilah ini penting dalam bisnis dan menjadi bagian dari akuntansi.
Fungsi dan Manfaat Mengetahui Nilai Amortisasi
Seperti yang sudah dijelaskan bahwa, nilai akan membantu perusahaan dalam proses pelaporan keuangan. Perusahaan akan lebih mudah mengetahui jumlah saldo pinjaman yang harus dilunasi. Selain itu, amortisasi juga bisa menjadi media untuk mengontrol keuangan perusahaan.
Pelajari juga Apa itu Perusahaan?
Untuk mengetahui apa itu amortisasi, Anda juga perlu mengetahui manfaat dari perhitungan nilainya. Adapun beberapa manfaat tersebut diantaranya:
- Untuk sumber informasi yang valid tentang jumlah pembayaran utang.
- Untuk mengatur pembayaran utang dengan lebih baik dan terstruktur.
- Untuk mengetahui jumlah angsuran, jumlah pinjaman pokok, serta bunga pinjaman dengan lebih jelas dan valid.
- Untuk melindungi perusahaan dari kebangkrutan akibat penumpukkan utang.
Kapan Mulai Berlakunya Amortisasi
Proses berlakunya amortisasi tidak bisa dilakukan sembarangan. Ada beberapa syarat yang harus diketahui kapan amortisasi berlaku.
Berlakunya amortisasi untuk aset tidak berwujud adalah ketika memasuki bulan pengeluaran. Sebagian bidang usaha melakukan amortisasi sesuai dengan syarat ini, tetapi terdapat sebagian lagi dari bidang usaha yang proses berlakunya diatur dalam peraturan pemerintah.
Seperti Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK 248/PMK, 03/2008 tentang amortisasi untuk memperoleh aset tidak berwujud dilakukan pada bulan produksi. Sebagai contohnya, bidang usaha yang berhubungan dengan hasil hutan, perkebunan dan peternakan.
Pada beberapa bidang usaha tersebut, terdapat periode tertentu dimana hasil produksi bisa dijual. Misalnya pada bidang usaha ternak, proses penjualan hasil produksi baru bisa dilakukan setelah satu tahun pemeliharaan. Ketika bulan produksi itulah, amortisasi mulai berlaku.
Dua Metode dalam Menentukan Nilai Amortisasi
Untuk memahami tentang apa itu amortisasi, Anda juga harus mengetahui metode yang digunakan untuk menentukan nilai amortisasi. Terdapat dua metode yang digunakan, yakni metode garis lurus dan metode saldo menurun.
Lalu, apa yang membedakan kedua metode tersebut? Perbedaannya terletak pada jumlah alokasi biaya setiap tahunnya. Untuk memahami lebih jauh, simak penjelasan tentang dua metode amortisasi berikut ini.
1. Metode Garis Lurus (Straight line method)
Metode ini adalah metode yang digunakan untuk mengalokasikan beban biaya. Menurut metode ini, besaran jumlah alokasi biaya setiap tahunnya selalu sama. Itu artinya, selama aset tidak berwujud memiliki masa manfaat, biaya penyusutan aset tersebut bernilai sama setiap tahun.
2. Metode Saldo Menurun (Declining balance method)
Sesuai namanya, jumlah alokasi biaya menurut metode ini akan terus menurun setiap tahunnya. Penurunan nilai alokasi pembebanan biaya ini juga diiringi dengan tambahan masa manfaat dari sebuah aset tidak berwujud.
Penyusutan nilai aset dilakukan bersamaan dengan nilai sisa buku. Hal tersebut dilakukan saat masa manfaat aset sudah berada di tahun terakhir. Selain itu, nilai penyusutan aset lebih besar di tahun perolehannya, lalu semakin mengecil di tahun berikutnya.
Pengelompokkan Amortisasi
Nilai amortisasi diatur dalam peraturan perundang-undangan yakni dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 yang mengatur tentang pajak penghasilan. Dalam Undang-Undang tersebut, nilai amortisasi dibedakan atas masa manfaatnya.
Ada empat kelompok aset tidak berwujud yang memiliki tarif atau nilai amortisasi. Dimana setiap kelompok tersebut memiliki masa manfaat dan besar nilai yang berbeda. Simak pengelompokannya berikut ini.
1. Aset Tidak Berwujud Kelompok 1
Masa manfaat adalah waktu yang diharapkan dari sebuah aset dapat terus digunakan. Kelompok pertama ini memiliki masa manfaat selama 4 tahun. Itu artinya aset tak berwujud yang dimiliki harus aktif digunakan selama 4 tahun.
Selama masa manfaat itu, besar nilai amortisasinya adalah 25% dan 50%. Besar nilai 25% untuk metode garis lurus, sedangkan 50% untuk metode saldo menurun.
2. Aset Tidak Berwujud Kelompok 2
Kelompok yang kedua ini memiliki masa manfaat selama 8 tahun. Nilai amortisasi untuk kelompok ini yakni 12,5% untuk metode garis lurus dan 25% untuk metode saldo menurun.
3. Aset Tidak Berwujud Kelompok 3
Masa manfaat dari kelompok ini selama 16 tahun. Besar nilai amortisasi untuk 16 tahun tersebut yakni 6,25% untuk metode garis lurus dan 12,5% untuk metode saldo menurun.
4. Aset Tidak Berwujud Kelompok 4
Aset tidak berwujud yang dimasukkan dalam kelompok ini adalah aset yang memiliki masa manfaat selama 20 tahun. Persentase nilai amortisasinya lebih kecil dibandingkan kelompok lain, yakni sebesar 5% untuk metode garis lurus dan 10% untuk metode saldo menurun.
Cara Menghitung Amortisasi
Jika sudah mengetahui tentang metode dan pengelompokkan nilai, Anda juga harus mengetahui cara menghitung nilai tersrbut. Mengetahui cara perhitungannya akan membuat Anda semakin paham tentang apa itu amortisasi.
Berikut ini terdapat beberapa cara yang dilakukan untuk melakukan perhitungan amortisasi. Simak dengan teliti agar proses perhitungan yang Anda lakukan tidak keliru.
1. Proses Pengumpulan Data Pinjaman
Cara pertama yang dilakukan adalah mengumpulkan data. Hal ini perlu dan penting dilakukan karena perhitungannya adalah bagian dari akuntansi yang memerlukan bukti yang valid. Beberapa data yang diperlukan diantaranya tenor pinjaman, besar pinjaman pokok dan besar bunga pinjaman.
2. Mengisi Data dalam Media Tertulis
Amortisasi adalah bagian dari proses pelaporan keuangan perusahaan. Selain memerlukan bukti yang valid, perhitungan nilainya juga harus dilakukan pada media tertulis. Salah satu media yang bisa Anda gunakan adalah Microsoft Excel.
Data-data yang sudah berhasil Anda kumpulkan, selanjutnya harus Anda tulis dalam media tersebut. Biasanya data ditulis dalam bentuk tabel. Adapun tabel tersebut berisi informasi seputar saldo pinjaman, angsuran bunga, serta angsuran pokok.
3. Menghitung Jumlah Angsuran
Setelah menuliskan semua data dalam media, Anda mulai bisa menghitung amortisasi. Proses perhitungan dimulai dengan menghitung jumlah angsuran. Perhitungan ini dilakukan dengan menentukan jumlah pinjaman di bulan sebelumnya.
Terdapat rumus yang digunakan untuk melakukan perhitungan ini. Rumus jumlah angsuran tersebut sebagai berikut:
JA = P×(i/12)/1-(1+(i/12)-t
Adapun keterangan dari rumus tersebut yakni, JA adalah Jumlah Angsuran, P menunjukkan pokok pinjaman, i menunjukkan suku bunga, serta t menunjukkan tenor pinjaman.
4. Menghitung Angsuran Bunga Pinjaman
Selanjutnya, Anda harus menghitung jumlah angsuran bunga pinjaman. Sama seperti sebelumnya, perhitungan ini memerlukan rumus. Adapun rumus yang digunakan adalah:
Besar angsuran bunga = pokok pinjaman dibulan sebelumnya × suku bunga × (30/360)
5. Menghitung Angsuran Pokok yang Harus Dibayar
Jika sudah mendapat nilai jumlah angsuran dan nilai angsuran bunga, Anda bisa mencari nilai angsuran pokok yang harus dibayar. Anda tinggal mengurangi nilai jumlah angsuran dengan nilai angsuran bunga.
Secara sederhana, rumus untuk menghitung angsuran pokok yang harus dibayar adalah:
Jumlah angsuran pokok = jumlah angsuran – jumlah angsuran bunga
6. Menghitung Jumlah Pinjaman
Bila semua nilai sudah Anda ketahui, Anda tinggal melakukan langkah terakhir yakni menghitung jumlah pinjaman. Rumus yang digunakan untuk menghitungnya yakni:
Jumlah Pinjaman = pokok pinjaman pada bulan sebelumnya – jumlah angsuran pokok
Dengan mengikuti enam langkah tersebut, tandanya Anda sudah melakukan perhitungan amortisasi. Sekali lagi, pastikan untuk melakukan perhitungan dengan teliti agar hasil akhir dari jumlah pinjaman yang harus Anda bayarkan sesuai.
Contoh Studi Kasusnya
Proses amortisasi terjadi pada sebuah perusahaan. Secara sederhana, hal ini merupakan salah satu kegiatan dari pelaporan keuangan dengan mendata jumlah utang yang harus dibayar. Pembayaran tersebut mencakup besaran pokok pinjaman serta besaran nilai bunga yang ditanggung.
Untuk lebih memahami apa itu amortisasi, terdapat satu studi kasus yang bisa dijadikan contoh. Misalnya, sebuah perusahaan memiliki pinjaman sebesar Rp. 50 juta. Lalu, setiap tahunnya perusahaan tersebut membayar utang dengan angsuran Rp. 2 juta.
Berdasarkan jumlah utang tersebut, maka perusahaan itu telah melakukan amortisasi pinjaman dengan jumlah Rp. 2 juta setiap tahunnya. Hal ini semakin menegaskan bahwa, istilah ini digunakan dalam penyebutan jumlah penyusutan utang yang dilakukan pada periode tertentu.
Perbedaannya dengan Depresiasi
Dalam proses akuntansi, amortisasi sering dikaitkan dengan istilah lain yakni depresiasi. Tidak heran jika Anda mungkin kesulitan untuk membedakan dua istilah itu. Keduanya sama-sama berhubungan dengan aset perusahaan. Namun, baik amortisasi dan depresiasi memiliki pengertian yang berbeda.
Seperti yang telah dijelaskan, amortisasi adalah penyusutan nilai aset tidak berwujud. Istilah tersebut berhubungan dengan pembayaran utang oleh perusahaan.
Berbeda dengan amortisasi, istilah depresiasi berhubungan dengan penyusutan atau perubahan pada nilai aset berwujud yang dimiliki perusahaan. Dua istilah ini sama-sama berfungsi sebagai gambaran dari nilai jual aset perusahaan saat ingin dijual kembali.
Selain itu, proses amortisasi dan depresiasi juga sering dilakukan pada periode yang sama. Periode yang dimaksud adalah saat terjadinya bulan pengeluaran. Meskipun memiliki kaitan satu sama lain, tetapi dua istilah tersebut tetap memiliki arti dan fungsinya masing-masing.
Proses penyusutan nilai aset tidak berwujud sebuah perusahaan dan berhubungan dengan pembayaran utang, bisa menjadi dua istilah yang menggambarkan apa itu amortisasi. Kegiatan ini sangat penting dalam proses pelaporan keuangan, karena itu seorang akuntan harus mengerti tentang istilah ini.