Apa Itu Saham? Bagaimana Cara untuk Membeli Saham?

Apa Itu Saham Bagaimana Cara untuk Membeli Saham

Apa itu saham? Apakah saham sama dengan reksadana? Dari mana keuntungan investasi saham diperoleh?

Saham menjadi salah satu instrumen investasi yang mulai banyak diminati oleh para kawula muda.

Banyak anak-anak muda yang belajar bagaimana cara menghasilkan keuntungan dari investasi saham. Apakah Anda salah satunya?

Jika iya, sudah tahu belum apa itu saham dan contohnya?

Kalau belum maka Anda telah membaca artikel yang tepat.

Karena pada pembahasan artikel kali ini akan menjelaskan secara detail dan mendalam mengenai apa itu saham dan bagaimana cara kerjanya.

Sebelum memulai pembahasan mengenai apa itu saham dan contohnya, mungkin ada diantara pembaca semua yang masih bingung, apa itu saham serta bedanya saham dengan reksadana?

Saham VS Reksadana

Apa itu saham?

Apa beda saham dengan reksadana?

Saham dan reksadana keduanya merupakan instrumen investasi yang sama-sama memberikan keuntungan.

Namun, perlu diketahui bahwa kedua instrumen ini memiliki perbedaan, lho.

Untuk Anda yang masih pemula dan ingin mencoba untuk berinvestasi, disarankan sebaiknya membeli produk reksadana saja.

Karena resiko kerugian pada reksadana lebih kecil dibandingkan saham.

Selain itu, dana Anda pada produk reksadana yang telah dibeli akan dikelola oleh manajer investasi oleh pihak perusahaan penyedia reksadana tersebut.

Sehingga keputusan-keputusan dalam mengelola reksadana tersebut berada di tangan sang manajer investasi.

Pergerakan nilai reksadana juga dinilai lebih stabil dibandingkan produk investasi harga saham yang lebih fluktuatif.

Jadi, dana Anda lebih aman dan peluang cuannya juga aman.

Tapi, apakah ini berarti saham sangat sulit dilakukan untuk para pemula?

Apakah saham serumit dan sesusah itu dalam mengelolanya?

Eits, nggak juga lho ya!

Apa Itu Saham?

Apa Itu Saham

Saham adalah lembaran kepemilikan atas suatu perusahaan, yang jika dibeli oleh pihak eksternal perusahaan, lembaran saham tersebut menjadi tanda seseorang menyertakan dana pribadinya menjadi modal untuk perusahaan tersebut dan disebut sebagai emiten.

Apa itu emiten saham?

Nah, orang yang membeli saham itu disebut dengan emiten (investor).

Emiten saham berarti pemegang lembar saham atas suatu perusahaan.

Perusahaan apa saja yang bisa dibeli lembaran sahamnya?

Di Indonesia sudah ada banyak sekali ya, daftar nama perusahaan yang bisa dibeli sahamnya.

Umumnya, contoh saham perusahaan yang bisa Anda beli adalah dengan jenis Perseroan Terbatas (Tbk.).

Jadi, kalau misal Anda pernah baca atau tahu suatu perusahaan yang berakhiran Tbk., Anda bisa beli saham perusahaan milik mereka.

Bagaimana Cara Beli Saham?

Di zaman sekarang ini, cara kerja saham sangat mudah bahkan cukup membeli saham melalui handphone dan aplikasi, Anda sudah bisa punya saham dengan hanya duduk di rumah saja.

Dulu awalnya, kalau kita mau membeli saham harus melalui bank sekuritas dulu. Bank sekuritas ini berbeda ya dengan bank konvensional lainnya.

Bank sekuritas atau perusahaan sekuritas adalah perusahaan yang telah diberi izin usaha oleh pihak OJK (Otoritas Jasa Keuangan) Indonesia, untuk melakukan kegiatan yang berhubungan dengan bidang keuangan saham.

Kegiatan tersebut meliputi, jual beli saham, sebagai perantara perdagangan efek (saham), sebagai penjamin emisi efek, dan kegiatan lainnya yang sesuai dengan ketentuan dari lembaga Pengawas Pasar Modal.

Di bank sekuritas ini Anda juga bisa membuat dan membuka akun RDN khusus untuk kebutuhan jual, beli, dan investasi saham.

Akun RDN (Rekening Dana Nasabah) digunakan untuk menyimpan dana yang akan Anda gunakan untuk membeli saham.

Selain itu, juga sebagai akun rekening yang digunakan untuk menerima hasil keuntungan dari investasi saham.

Setelah itu, Anda bisa cairkan dana keuntungan sahamnya dengan mentransfer ke akun rekening bank konvensional terlebih dahulu baru diuangkan.

Jadi, tidak bisa sembarang akun rekening bank ya untuk memulai kegiatan investasi saham. Di Indonesia sudah ada banyak bank sekuritas yang tersedia dan tentunya terpercaya.

Berikut daftar nama bank sekuritas di Indonesia yang bisa Anda gunakan untuk investasi saham adalah sebagai berikut:

  • BNI Sekuritas
  • BCA Sekuritas
  • MayBank Sekuritas
  • Mirae Asset Sekuritas Indonesia
  • Indo Premier Sekuritas (IPOT)
  • Mandiri Sekuritas
  • Phillip Sekuritas Indonesia
  • PT Ajaib Sekuritas
  • Sinarmas Sekuritas
  • MNC Sekuritas

Cara Membeli Saham di Zaman Modern

Dengan kemajuan teknologi saat ini, kegiatan perdagangan saham menjadi sangat mudah.

Kalau dulu harus pergi ke bank sekuritas dahulu untuk mendapatkan informasi mengenai apa itu saham, lalu mulai membuat akun RDN, memilih produk investasi yang ingin dibeli, lalu mendapatkan konfirmasi selesainya transaksi.

Zaman sekarang ini, beli saham cukup melalui aplikasi saja.

Tinggal log in dengan email, siapkan KTP, dan data diri lainnya.

Akun Anda sudah siap digunakan sekaligus dengan akun RDN-nya.

Tetapi, perlu diingat dengan adanya semua kemudahan ini tentu ada resiko yang mengancam. Pilih aplikasi investasi saham yang terpercaya, dan direkomendasikan oleh masyarakat.

Hal ini dilakukan untuk menghindari berinvestasi di aplikasi investasi saham palsu alias bodong.

Jangan sampai maunya untung dengan berinvestasi, malah jadi buntung ya!

Berikut ini beberapa aplikasi investasi yang bisa Anda gunakan untuk mulai belajar investasi saham adalah:

  • Stockbit
  • IPOT – Indo Premier Online Technology
  • Bibit
  • Ajaib
  • POEMS ID by Phillips Sekuritas Indonesia
  • BIONS Mobile by BNI Sekuritas
  • MOST Mobile by Mandiri Sekuritas
  • BCAS Best Mobile by BCA Sekuritas
  • RTI Business
  • MotionTrade by MNC
  • SimInvest by Sinarmas Sekuritas

Semua aplikasi investasi tersebut digunakan secara online dan tersedia pada playstore dan appstore.

Anda cukup unduh salah satu aplikasi investasi yang telah direkomendasikan tadi, kemudian sign up dan isi data diri dengan benar.

Setelah akun Anda jadi dan telah diverifikasi, Anda bisa langsung top up dana investasi Anda ke akun RDN yang telah disediakan.

Tapi, bagaimana cara memilih produk investasi yang tepat untuk pemula?

Baca Juga : Apa itu Investasi?

Mengenal Jenis-Jenis Saham

Mengenal Jenis-Jenis Saham

Apa itu saham berdasarkan jenisnya?

Instrumen investasi saham hanya memiliki 2 jenis saham berdasarkan kepemilikannya.

Yakni saham biasa (common stock) dan saham preferen (preferred stock). Apa perbedaan dari 2 jenis saham ini? Berikut penjelasannya.

1. Saham Biasa (Common Stock)

Cirinya adalah pemilik perusahaannya (owner) akan lebih mendahulukan pembagian keuntungan untuk para emitennya.

Jadi, pemiliknya menempati posisi paling akhir dalam pembagian dividen dan hak atas kekayaan perusahaan tersebut.

Dividen merupakan salah satu jenis keuntungan saham yang diterima oleh pemegang saham (emiten).

Dividen akan dibayarkan kepada seluruh emiten ketika perusahaan telah memperoleh keuntungan (laba).

Ciri lainnya adalah para emitennya memiliki hak suara atas perusahaan yang sahamnya dimiliki.

Namun, terdapat persentase besaran kepemilikan saham tertentu ya, untuk bisa ikut berpendapat pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

Keren ‘kan bisa ikut RUPS sama petinggi perusahaan besar?

Contoh Common Stock, yakni saham waran seperti PT. Smartfren Telecom Tbk. (FREN).

2. Saham Preferen (Preferred Stock)

Preferen memiliki karakteristik instrumen investasi yang mirip dengan saham biasa dan produk investasi obligasi.

Sumber pendapatan untuk emiten dari preferen ini berasal dari dividen, juga pendapatan tetap dalam bentuk obligasi.

Sama seperti pada saham biasa, keuntungan atau laba akan diprioritaskan untuk para emiten pemegang saham.

Namun bedanya, para emiten preferen tidak memiliki hak suara seperti para emiten pemegang saham biasa.

Beberapa hal yang perlu diketahui dari produk investasi preferen:

  • Adanya klaim atas keuntungan aktiva sebelumnya.
  • Dividen akan tetap berlaku sesuai dengan masa berlaku.
  • Preferen dapat ditukar menjadi saham biasa.

3. Saham Atas Tunjuk (Bearer Stock)

Apa itu saham atas tunjuk? Jenis yang satu ini pada lembaran sahamnya tidak dicantumkan nama pemiliknya (atau pembelinya).

Hal ini dikarenakan agar bearer stock mudah untuk dipindahtangankan ke emiten lainnya, jika saham tersebut dijual.

Karena untuk mengganti nama pada lembar saham, memerlukan proses melalui badan hukum dan membutuhkan waktu yang lama.

Bukti kepemilikan bearer stock ini ditunjukan berdasarkan siapa yang memegang saham tersebut.

4. Saham Atas Nama (Registered Stock)

Registered stock merupakan jenis yang cara kerjanya kebalikan dari bearer stock.

Pada jenis ini, setiap lembar saham (surat berharga) terdapat nama pemiliknya.

Sebagai bukti bahwa saham tersebut telah dibeli oleh seorang investor, dan inilah maksud dari atas nama atau registered stock.

Untuk memindahtangankan lebar registered stock harus melalui badan hukum, karena menyangkut penggantian nama pada lembar surat berharga.

5. Saham Blue Chip (Blue Chip Stock)

Mungkin Anda sering mendengar istilah saham gorengan.

Apa itu saham gorengan?

Saham gorengan merupakan istilah yang disematkan pada jenis blue chip.

Mengapa demikian?

Karena nilai blue chip yang mudah untuk naik dan turun sehingga sangat fluktuatif.

blue chip biasanya menjadi produk yang digunakan untuk investasi jangka pendek.

Blue chip dikeluarkan oleh perusahaan besar yang memiliki pendapatan stabil dan liabilitas dalam jumlah yang tidak terlalu banyak.

Sedikit info, bahwa saham jenis ini tidak cocok untuk para pemula.

Karena harga sahamnya yang mudah naik dan turun. Untuk para pemula cukup mengawali kegiatan investasi pada saham untuk tujuan investasi jangka panjang terlebih dahulu.

6. Saham Pendapatan (Income Stock)

Seperti namanya, jenis ini akan selalu mengalami kenaikan pendapatan.

Jadi, setiap periode pembagian dividen, emiten akan menerima keuntungan dividen lebih besar dari periode sebelumnya.

Maka dari itu, jenis  income stock akan selalu mengalami peningkatan penghasilan setiap tahunnya.

Ini merupakan salah satu keunggulan dari income stock yang disukai oleh para investor saham.

7. Saham Pertumbuhan (Growth Stock)

Apa itu saham pertumbuhan?

Growth stock merupakan jenis saham yang keuntungannya selalu mengalami pertumbuhan, walaupun perusahaan tersebut bukan berasal dari perusahaan yang ternama.

Ada 2 jenis growth stock, yakni well-known (sangat diketahui) dan lesser-known (tidak banyak diketahui).

Well-known adalah jenis growth stock yang berasal dari perusahaan suatu industri yang diketahui dan cukup dikenal oleh khalayak umum.

Lesser-known adalah jenis growth stock yang berasal dari perusahaan suatu industri yang kurang diketahui atau kurang populer di kalangan khalayak umum.

8. Saham Spekulatif (Speculative Stock)

Jenis saham yang satu ini sangat cocok untuk para investor saham dengan profil risiko high risk.

Saham spekulatif memiliki pendapatan keuntungan yang tinggi, namun tidak disertai dengan pemberian laba yang secara konsisten.

Bisa jadi pada periode ini Anda menerima dividen, namun pada periode berikutnya tidak, atau sebaliknya. Itulah gambaran singkat mengenai apa itu saham spekulatif.

9. Saham Kontra-Siklus (Counter Cyclical Stock)

Jenis yang terakhir adalah kontra-siklus, yang memiliki kondisi tingkat nilai saham yang paling stabil bila terjadi fenomena gejolak ekonomi, seperti krisis ekonomi dan lain sebagainya.

Hal ini dikarenakan jenis kontra-siklus tidak akan dipengaruhi oleh kondisi ekonomi dan bisnis.

Keuntungan dari jenis ini diperoleh dari perusahaan yang mengeluarkan saham.

Keuntungan dan Resiko Investasi Saham

Segala sesuatu pasti memiliki sisi untung dan ruginya. Begitupun juga dengan berinvestasi produk saham.

Ada keuntungan yang dapat dinikmati oleh para pemegang saham.

Selain itu, ada juga resiko yang harus ditanggung atas suatu saham perusahaan yang dimiliki.

Apa manfaat dari saham yang telah diinvestasikan?

Lalu apa saja resikonya?

Berikut ini penjelasan mengenai keuntungan dan resiko dari berinvestasi saham yang perlu Anda ketahui:

1. Memperoleh Dividen

Dividen adalah istilah untuk keuntungan saham yang diterima oleh para emiten (pemegang saham) suatu perusahaan.

Dividen ini diperoleh dari keuntungan atau laba perusahaan.

Misal contoh investasi saham berikut, pada tahun 2005 laba perusahaan A sebesar 1 miliar rupiah.

Nah, laba tersebut dibagikan kepada para emiten sesuai dengan besaran persentase saham yang mereka miliki. Nilai pembagiannya per lembar yang dimiliki.

Misal, setiap 1 lembar saham perusahaan A mendapatkan dividen sebesar Rp. 30,15,-. Anda sebagai emiten saham perusahaan A memiliki 1 lot saham perusahaan tersebut. 1 lot saham perusahaan yang Anda beli sama dengan 100 lembar saham.

Jadi, dividen yang Anda akan terima adalah sebesar Rp. 3.015,-. Ini hanya untuk memudahkan contoh menghitungnya saja, ya.

Kalau Anda punya lebih banyak lembar saham lagi, keuntungan dividen yang akan Anda dapatkan juga akan lebih besar.

Besar dividen ditetapkan melalui hasil RUPS yang dilakukan tiap periode tertentu, sesuai dengan ketentuan tiap perusahaan tersebut.

2. Mendapatkan Capital Gain

Selain dividen, keuntungan dari berinvestasi saham dapat Anda peroleh dari capital gain.

Apa itu saham capital gain?

Capital gain adalah keuntungan saham yang diperoleh ketika Anda telah menjual saham yang Anda punya.

Saham dijual pada harga yang lebih tinggi dari pada harga saat membeli saham tersebut. Jual saham dapat untung?

Bagaimana caranya?

Begini ya, misal Anda membeli saham perusahaan A pada tahun 2005 sebanyak 1 lot dengan harga saham per lembarnya Rp. 200,-. Setelah itu, pada tahun 2010 nilai saham tersebut mengalami peningkatan harga menjadi Rp. 550,- per lembarnya.

Nah, jika Anda jual saham perusahaan A Anda pada tahun 2010 maka Anda akan memperoleh keuntungan sebagai berikut:

Tahun 2005 (beli saham) = 100 x Rp. 200,- = Rp. 20.000,-

Tahun 2010 (jual saham) = 100 x Rp. 550,- = Rp. 55.000,-

Jadi, keuntungan yang diperoleh = Rp. 55.000,- – Rp. 20.000,- = Rp. 35.000,-

Contoh investasi saham berikut menggunakan nilai yang kecil agar Anda mudah untuk memahaminya, ya. Keuntungan yang diterima sebesar Rp. 35.000,- dari hasil menjual saham. Nah, inilah yang disebut dengan capital gain.

Bagaimana jika setiap bulannya dari 2005 sampai 2010 Anda terus membeli 1 lot saham perusahaan A secara rutin? Mari kita coba hitung keuntungan capital gainnya, ya.

Dari 2005-2010 = 5 tahun x 12 bulan = 60 bulan

Setiap bulannya beli saham rutin 1 lot = 60 x 100 lembar = 6.000 lembar saham

Pada akhir tahun 2010 saham dijual, dengan harga saham per lembarnya Rp. 550,-. Maka perhitungannya adalah:

6.000 lembar saham x Rp. 550,- / lembar sahamnya = Rp. 3.300.000,-

Bisa dilihatkan keuntungan yang diperoleh bahkan lebih dari 200%, ya. Itulah uniknya berinvestasi pada instrumen saham.

3. Tidak Memperoleh Dividen

Pada poin ini, kita sudah memasuki pembahasan risiko berinvestasi pada instrumen saham.

Ada kalanya suatu perusahaan mengalami penurunan performa ekonomi bisnis, sehingga laba yang diperoleh juga menurun.

Hal ini dapat menyebabkan para emiten pemegang saham perusahaannya tidak memperoleh dividen pada periode tersebut.

4. Menghindari Kerugian dengan Capital Loss

Jenis resiko investasi selanjutnya adalah dengan menghindari kerugian dengan melakukan capital loss.

Apa itu capital loss?

Capital loss merupakan kebalikan dari capital gain. Jika capital gain emiten mendapatkan keuntungan dari menjual saham, pada capital loss emiten menjual saham untuk menghindari kerugian yang lebih besar.

Capital loss adalah saat dimana emiten menjual sahamnya dengan harga yang lebih rendah dibandingkan pada saat membeli saham.

Capital loss dilakukan ketika performa perusahaan yang kita beli sahamnya dirasa tidak mengalami peningkatan.

Chart harga cenderung terus menurun yang biasanya pada tabel ditandai dengan warna merah.

Agar lebih mudah untuk memahaminya, mari simak contoh pembahasan capital loss berikut ini.

Misal contoh investasi saham capital loss berikut, pada tahun 2005 Anda membeli saham perusahaan A sebesar 1 lot dengan harga Rp. 200,-.

Awalnya pertumbuhan pendapatan perusahaan A terus meningkat, namun karena krisis ekonomi menjadi menurun setiap bulannya.

Kemudian Anda akhirnya memutuskan untuk menjual saham perusahaan A yang Anda punya pada tahun 2010 dengan harga saham Rp. 110,- per lembarnya. Jadi, perhitungannya sebagai berikut:

Tahun 2005 (beli saham) = 100 lembar x Rp. 200,- = Rp. 20.000,-

Tahun 2010 (jual saham) = 100 lembar x Rp. 110,- = Rp. 11.000,-

Rp. 20.000,- – Rp. 11.000,- = Rp. 9.000,-

Karena pada contoh investasi saham ini Anda mengalami kerugian dari menjual saham perusahaan A, maka inilah yang disebut dengan capital loss. Dan Anda mengalami kerugian sebesar Rp. 9.000,-.

Apakah kerugian ini bisa dimintai pertanggungjawaban kepada pihak perusahaan? Tentu tidak, ya. Karena inilah resiko dari melakukan investasi saham, harganya fluktuatif dan perusahaan belum tentu stabil selamanya.

Tetapi hal ini bisa dikatakan langkah tepat untuk menyelamatkan dana investasi Anda.

Karena jika Anda biarkan saja dan mengharap harga naik kembali padahal kondisi ekonomi negara tidak memungkinkan, maka bisa jadi Anda malah rugi lebih besar lagi.

5. Adanya Risiko Likuiditas

Resiko paling buruk dari berinvestasi saham adalah adanya resiko terjadinya kebangkrutan atau istilahnya disebut dengan likuiditas.

Likuiditas bisa dialami oleh perusahaan manapun, yang sehat sekalipun.

Karena kita sebagai manusia tidak bisa memprediksi 100% apa yang akan terjadi dikemudian hari. Jika suatu perusahaan mengalami likuiditas, maka para emiten pemegang sahamnya dapat melakukan klaim terakhir.

Klaim terakhir ini dilakukan atas aktiva (aset aktif) milik perusahaan tersebut yang akan dibayarkan sebagai bentuk ganti rugi dan kewajiban kepada para emiten.

Jika perusahaan tidak memiliki aktiva satu pun alias rugi total, maka emiten tidak akan memperoleh apa-apa.

Terjadinya likuiditas tentu saja adalah hal yang akan selalu dihindari kemungkinannya oleh semua perusahaan.

Pilihlah saham perusahaan yang menjamin ganti rugi kepada emiten jika suatu saat mengalami likuiditas.

Tips Berinvestasi Untuk Pemula

Tips Berinvestasi Untuk Pemula

Tips untuk Anda para pemula yang belum tahu secara mendalam mengenai apa itu saham namun tetap ingin memulai berinvestasi dengan instrumen saham.

1. Menentukan Tujuan Investasi Saham

Hal yang pertama yang perlu Anda pikirkan dan tanamkan dalam mindset Anda sebelum memulai investasi saham adalah menentukan tujuan berinvestasi.

Mengapa tujuan ini penting?

Agar nantinya Anda tahu hasil keuntungan saham ini akan dipergunakan untuk apa.

Walaupun tujuan awalnya Anda iseng untuk belajar dan untuk cari tahu bagaimana cara kerja saham, Anda harus tetap menentukan tujuan konkret dari berinvestasi saham ini, ya.

Tujuan investasi saham bisa bermacam-macam, ada jangka panjang dan jangka pendek. Bisa untuk biaya nikah, dana pensiun, beli rumah, dan lain sebagainya.

Tips cara menentukannya seperti, misal Anda berencana akan menikah dengan pacar Anda 5 tahun lagi.

Nah, Anda bisa memulai investasi dari tahun ini sampai 5 tahun ke depan.

Saat sudah 5 tahun baru Anda jual saham yang Anda punya.

Capital gain dari investasi saham tersebut bisa Anda gunakan untuk biaya pernikahan Anda dengan sang pacar.

Jadi, mulai sekarang tentukan dulu apa tujuan Anda berinvestasi. Walaupun sepele, misal ingin beli handphone baru 5 tahun lagi. Itu tetaplah suatu tujuan.

2. Perkirakan Alokasi Dana Untuk Investasi Saham

Tujuan sudah ada, selanjutnya adalah mempersiapkan dan memperkirakan dana yang dibutuhkan untuk investasi saham.

Secara umum, ada teori saham untuk alokasi dana yang mengatakan bahwa sekitar 10%-20% dari besar pendapatan sudah cukup untuk dialokasikan sebagai dana untuk investasi saham per bulannya.

Atau jika Anda malas untuk menghitung persentasenya dari gaji, Anda bisa tentukan langsung berapa nominal uang yang ingin Anda investasikan setiap bulannya. Misal, 100 ribu per bulan, atau 500 ribu per bulan.

Tentukan dan alokasikan dana investasi yang sesuai, ya. Jangan sampai bela-belain nabung untuk investasi tapi untuk kebutuhan sehari-hari malah utang sana-sini. Waduh, jangan ya!

Tips juga untuk Anda para pemula yang belum tahu banyak mengenai apa itu saham, sebelum memulai investasi pastikan Anda sudah tidak memiliki hutang apapun.

Kalau tidak memiliki hutang berarti finansial Anda dalam keadaan sehat dan bisa melakukan investasi dengan lancar tanpa hambatan hutang.

Jangan berinvestasi dengan dana darurat ya, karena dana yang telah diinvestasikan jangka waktu pencairannya tidak instan seperti kita mengambil uang di ATM.

Perlu waktu setidaknya 7 hari sampai dana tersebut sampai ke rekening konvensional kita.

Jadi, itulah mengapa mengalokasikan dana untuk berinvestasi sangat penting.

Atur perencanaan keuangan Anda dengan sebaik mungkin agar semua kebutuhan terpenuhi dan tersedia dana yang cukup dan sesuai dengan keinginanmu untuk berinvestasi saham.

3. Sesuaikan Jenis Investasi Saham dengan Profil Risiko

Langka selanjutnya adalah Anda harus mengetahui profil risiko saham diri Anda, ya.

Untuk mengetahui profil risiko, ada fitur survey profil risiko yang tersedia hampir di seluruh aplikasi investasi saham.

Cukup isi beberapa data terkait diri Anda, seperti umur, pendapatan, tujuan investasi, dan pertanyaan singkat mengenai apa itu saham untuk mengukur tingkat wawasan berinvestasi Anda.

Setelah itu sistem akan menampilkan hasil survey dari profil risiko investasi Anda.

Untuk pemula tentunya pilihlah saham big cap yang pertumbuhannya baik dan dapat memberikan keuntungan saham yang stabil.

Walaupun saham big cap terkenal dengan saham blue chip alias gorengan, tapi bila tujuan investasi Anda untuk jangka panjang maka akan tetap memperoleh keuntungan yang besar.

4. Pilih Saham dari Perusahaan yang Anda Kenal

Cobalah perhatikan produk-produk di sekitarmu. Produk-produk tersebut pasti milik dari suatu perusahaan, bukan?

Nah, dari sini Anda bisa menilai dan memilih saham perusahaan mana yang bisa Anda tanamkan dana investasi.

Perusahaan dengan produk yang sering dibeli oleh konsumen menandakan laju pertumbuhan dan keuntungan perusahaan yang baik.

Tidak hanya produk sehari-hari, tetapi juga produk perbankan, dan properti bisa Anda jadikan target berinvestasi saham.

Contoh saham populer, seperti Unilever (ULVR), Mayora (MYOR), Sidomuncul (SIDO), Kimia Farma (KAEF), Kalbe (KLBF), Japfa (JPFA), BRI (BBRI), BCA (BBCA), BRI Syariah (BRIS), dan perusahaan lainnya yang dikenal dan populer di masyarakat.

Dengan menginvestasikan dana Anda pada perusahaan tersebut juga menghindari dari resiko kerugian bahkan terjadinya likuiditas pada perusahaan tersebut.

Karena produk-produknya selalu digunakan oleh masyarakat sehingga roda ekonomi perusahaan terus berputar.

5. Rutin Berinvestasi Tiap Bulan

Berinvestasi secara rutin akan menjadi kebiasaan yang baik. Dengan berinvestasi setiap bulan juga akan menambah lembar saham yang Anda punya.

Semakin banyak lembar saham yang Anda punya, maka dividen yang akan Anda terima juga akan semakin besar.

Tips agar kegiatan investasi saham tiap bulan Anda tidak terganggu adalah ketika Anda menerima gaji, langsung alokasikan 10%-20% gaji Anda untuk diinvestasikan.

Dengan begitu dana untuk investasi tidak akan terpotong dan digunakan untuk hal lain.

Dengan rutin berinvestasi juga akan menjadi jalan lancarnya tujuan Anda dalam berinvestasi untuk tercapai, sehingga Anda dapat merasakan apa manfaat dari saham yang telah Anda investasikan selama ini dengan rutin.

Ingat, konsistensi dalam berinvestasi tiap bulan adalah kunci!

6. Konsisten Investasi Sesuai Dengan Tujuan Anda

Terkadang ada kala tujuan investasi kita berubah-ubah. Terlebih bila melihat harga nilai saham yang kita investasikan melambung tinggi.

Jika Anda memang ingin memperoleh capital gain pada saat itu dan menjual saham tersebut, sebenarnya tidak apa-apa dan Anda juga telah memperoleh keuntungan saham berupa capital gain.

Namun, jika tujuan berinvestasi Anda untuk jangka panjang, seperti dana pensiun, tunggulah hingga waktu yang telah ditentukan untuk menjual saham tersebut.

Karena kalau mudah termakan harga yang sedang naik, maka tujuan investasi Anda juga bisa kacau. Target-target Anda pun akan susah tercapai pula.

Jadi, ingatlah apa tujuan investasi Anda dan konsisten dalam berinvestasi sesuai dengan tujuan yang telah Anda tentukan.

7. Memperkaya Ilmu dan Wawasan Terkait Investasi Saham

Tips yang terakhir dan yang paling penting adalah untuk selalu belajar dan memperkaya diri dengan ilmu dan wawasan baru terkait saham.

Karena dengan terus belajar kemampuan Anda dalam berinvestasi saham akan meningkat pula.

Di era modern saat ini media pembelajaran sudah banyak. Bisa melalui website dan media sosial.

Anda bisa nonton video edukasi saham dari channel Youtube bang Raditya Dika, berikut ini :

Dari video dan konten media sosial tersebut Anda bisa jadi tahu apa itu saham serta bagaimana cara belajar saham yang tepat dan cara berinvestasi yang benar untuk para pemula.

Carilah dan pelajarilah ilmu mengenai apa itu saham dan cara investasi saham sebanyak-banyaknya.

FAQ Tentang Investasi Saham

Selain tips, ada juga beberapa frequently asked question atau beberapa pertanyaan yang sering ditanyakan oleh para investor saham pemula terkait tema artikel kali ini, Berikut daftarnya:

Apa Itu Saham IPO?

IPO (Initial Public Offering) adalah saham yang diperjualbelikan terlebih dahulu melalui pasar primer, yang mana pemilik perusahaan melakukan penjualan secara langsung kepada pihak investor.

Apa Itu Saham Syariah?

Saham syariah adalah saham yang diperjualbelikan di pasar modal dengan menggunakan prinsip hukum syariah agama Islam.

Apa Itu Saham Big Cap?

Saham big cap merupakan jenis saham pertama yang ditetapkan karena memiliki pendapatan kapitalisasi pasar perusahaan lebih dari 10 triliun.

Apa Itu Broker Saham?

Broker atau pialang saham adalah individu atau firma yang membantu melakukan transaksi di pasar saham atas nama klien.

Apa Itu Bursa Saham?

Bursa saham atau bursa efek merupakan pihak yang menyelenggarakan serta menyediakan sistem untuk mempertemukan antara penjual saham (perusahaan) dan pembeli saham (emiten).

Apa Itu Bid dan Ask dalam Saham?

Bid adalah istilah untuk permintaan pembelian saham tertentu. Sedangkan ask adalah istilah untuk menunjukan penawaran harga jual saham tertentu.

Apa itu Ekuitas Saham?

Ekuitas saham merupakan jumlah nilai aset yang diberikan kepada para emiten suatu saham perusahaan, setelah dikurangi dengan hutang dan kewajiban lainnya.

Apa Itu Saham Derivatif?

Saham derivatif adalah jenis saham yang keuntungannya berdasarkan kinerja aset yang terdapat pada spot market perusahaan.

Bagaimana? Sudah tahu apa itu saham dan telah menentukan tujuan Anda berinvestasi saham?

Semoga melalui artikel ini Anda dapat memahami apa itu saham dan bagaimana cara kerjanya.

Investasi saham adalah bentuk kegiatan di bidang keuangan dan finansial yang sangat bermanfaat untuk keperluan hidup mendatang. Dengan berinvestasi Anda dapat memiliki aset tambahan yang kedepannya dapat Anda manfaatkan untuk tujuan-tujuan impian Anda.

Dengan rutin berinvestasi maka tabungan aset yang Anda miliki juga akan semakin banyak. Anda pun merasa aman jikalau suatu hari membutuhkan dana yang cukup besar karena masih ada tabungan aset investasi saham yang dapat membantu.

Bagikan:

Tags

Rita Elfianis

Menyukai hal yang berkaitan dengan bisnis dan strategi marketing. Semoga artikel yang disajikan bermanfaat ya...

Satu pemikiran pada “Apa Itu Saham? Bagaimana Cara untuk Membeli Saham?”

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.