7 Contoh Kebutuhan Sekunder, Pengertian, Faktor dan Cirinya

7 Contoh Kebutuhan Sekunder, Pengertian, Faktor dan Cirinya

Tidak cukup hanya rumah dan pakaian, manusia masih memerlukan kebutuhan lain sebagai pelengkap yang biasa disebut dengan kebutuhan sekunder seperti TV, AC dan handphone.

Berdasarkan intensitasnya, kebutuhan jenis ini baru akan dipenuhi setelah kebutuhan primer.

Adanya kebutuhan penunjang atau sekunder menunjukkan bahwa manusia menginginkan hal lain untuk membuat hidup semakin nyaman dan mudah.

Pada dasarnya, kebutuhan penunjang atau pendamping tidak akan mengganggu kelangsungan hidup manusia walaupun tidak terpenuhi.

Namun, manusia akan merasa hidupnya kurang lengkap dan mulus tanpa tercukupinya hal-hal penunjang tersebut.

Banyak faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan pendamping yang kemungkinan berbeda setiap orang.

Berikut penjelasan selengkapnya tentang kebutuhan pelengkap.

Pengertian Kebutuhan Sekunder

Pengertian Kebutuhan Sekunder

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sekunder diartikan sebagai tingkatan kedua atau hal yang berhubungan dengan yang kedua.

Dapat dikatakan bahwa kebutuhan sekunder adalah jenis kebutuhan dalam hidup manusia yang berada di tingkat kedua setelah kebutuhan primer atau pokok.

Jenis kebutuhan ini disebut juga dengan kebutuhan pelengkap, penunjang atau tambahan.

Sebab, kebutuhan dalam kategori sekunder merupakan segala sesuatu yang diperlukan manusia untuk mencapai kebahagiaan dan kepuasan hidup, bukan menjamin keberlangsungan hidup.

Apabila seseorang tidak mampu memenuhi kebutuhan tambahan namun kebutuhan pokoknya tercukupi, maka sebenarnya keberlangsungan hidupnya sudah terjamin.

Hanya saja, tidak terpenuhinya kebutuhan penunjang akan mempersulit jalannya kehidupan seseorang.

Sebagai contoh, orang yang sudah berhasil membangun rumah, kehidupan sehari-harinya akan lebih nyaman jika memiliki AC untuk mendinginkan ruangan dan semakin seru dengan adanya TV.

Kebutuhan pelengkap tersebut sudah seperti keinginan yang sifatnya penting bagi setiap orang.

Sehingga bisa dipahami juga bahwa kebutuhan pelengkap atau sekunder merupakan segala sesuatu yang diperlukan oleh manusia yang berhubungan dengan keinginan dan aksi nyata untuk meningkatkan kesejahteraan serta kebahagiaan selama hidup.

Mengingat keinginan setiap orang berbeda, maka kebutuhan penunjang mereka pun tidak selalu sama.

Berbeda halnya dengan kebutuhan primer yang jenisnya tidak berbeda antar manusia karena sandang, papan dan pangan merupakan keperluan wajib demi keberlangsungan hidup.

3 Faktor Penentu Kebutuhan Sekunder

Berbedanya jenis kebutuhan antar individu disebabkan oleh adanya faktor tertentu.

Faktor tersebut memiliki peran yang penting untuk mempengaruhi pola konsumsi masyarakat terhadap kebutuhan penunjang atau sekunder.

Terdapat 3 faktor yang menentukan jenis kebutuhan tambahan setiap individu yaitu faktor lingkungan, agama dan perkembangan zaman.

Berikut penjelasan lebih detail mengenai tiap faktor tersebut:

1. Faktor Lingkungan

Lingkungan merupakan faktor yang mempengaruhi jenis kebutuhan sekunder yang dikonsumsi oleh seseorang.

Dalam hal ini, istilah lingkungan yang digunakan merujuk pada daerah tempat tinggal atau kalangan.

Bagaimana cara lingkungan mempengaruhi setiap individu?

Tidak hanya perkembangan, lingkungan yang melingkupi mereka juga berperan dalam penentuan jenis kebutuhan pelengkap.

Individu yang tinggal di perkotaan, kebutuhannya akan berbeda dengan individu yang tinggal di pedesaan.

Contoh sederhananya, seseorang yang tinggal di daerah perkotaan yang panas dan berpolusi, membutuhkan AC untuk menyejukkan ruangan.

Alat rumah tangga seperti penyaring udara juga kemungkinan dibutuhkan untuk menjaga kebersihan dan kesegaran udara di sekitar rumah.

Sedangkan AC dan penyaring udara bagi orang yang tinggal di pedesaan yang masih asri dan dikelilingi pepohonan hijau bukan termasuk barang yang terlalu dibutuhkan.

Sebab, kualitas udara di daerah tersebut masih bersih dan suhunya pun sejuk.

Selain itu, kalangan juga memiliki pengaruh yang kuat. Misalnya, kalangan nelayan mempunyai kebutuhan tambahan yang berbeda dengan kalangan pedagang.

Jenis barang-barang sekunder yang diperlukan nelayan seperti pancing dan jaring untuk menangkap banyak ikan di laut.

Berbeda halnya dengan barang-barang sekunder yang dibutuhkan pedagang, yaitu gerobak dorong, rak display dagangan atau warung.

Jenis barang sekunder yang dibutuhkan individu memang tidak dapat disamakan karena didasari oleh faktor penentu masing-masing.

2. Faktor Agama

Jenis kebutuhan juga ditentukan oleh agama yang dianut oleh seseorang.

Setiap agama pasti memiliki cara beribadah masing-masing yang menjadikan adanya perbedaan pada kebutuhan tambahan yang digunakan untuk keperluan ibadah tersebut.

Misalnya, pemeluk agama Islam membutuhkan barang-barang sekunder seperti mukena, sarung, sajadah, baju koko dan peci untuk melaksanakan ibadah.

Sedangkan pemeluk agama Hindu perlu membangun pura sebagai tempat ibadah dan sesajen yang isiannya beragam.

Pada perayaan hari-hari besar agama, seperti Idul Fitri, umat Islam akan membeli berbagai bahan makanan khas lebaran beserta kue-kue lebaran untuk disajikan kepada para tamu.

Begitu juga umat Kristiani yang membeli pohon natal, dekorasi natal dan kado untuk merayakan hari Natal.

Jadi, agama maupun kepercayaan yang dipeluk oleh seseorang akan berpengaruh juga pada pola konsumsi kebutuhan tambahan masing-masing.

Tentu hal tersebut tidak mereka anggap sebagai beban, melainkan kewajiban sebagai umat beragama untuk beribadah kepada Tuhan YME.

3. Faktor Perkembangan Zaman

Selanjutnya, kebutuhan sekunder dipengaruhi oleh zaman yang terus berkembang dari dulu hingga saat ini dan terus berlanjut sampai masa depan.

Sejak zaman nenek moyang, manusia memang selalu hidup mengikuti perubahan zaman yang berdampak pada jenis kebutuhan mereka.

Berpindah zaman, jenis kebutuhan penunjang yang perlu dipenuhi pun cenderung berbeda. Contoh yang pertama yaitu permainan anak-anak.

Pada era atau zaman 90-an, permainan tradisional seperti congklak, engklek dan bola bekel masih populer sebagai hiburan anak-anak.

Sedangkan pada zaman sekarang yang merupakan era kemajuan teknologi dan informasi, kebutuhan hiburan anak-anak dipenuhi dengan cara bermain game online dan media sosial.

Bahkan, balita pun sudah mahir menjalankan gadget untuk bermain game atau menonton video.

Contoh lain yaitu penggunaan smartphone sebagai alat komunikasi.

Pada zaman dahulu yang belum semaju sekarang, smartphone masih masuk dalam kategori kebutuhan tersier.

Sebab, internet masih belum dikenal banyak orang dan telepon umum masih sering digunakan.

Seiring dengan perkembangan zaman, saat ini setiap orang sudah memiliki smartphone sebagai sarana komunikasi sekaligus hiburan.

Keberadaan smartphone yang tadinya menjadi kebutuhan tersier, sekarang berubah menjadi sekunder.

Pola konsumsi kebutuhan penunjang yang dipengaruhi oleh zaman memang tidak dapat dihindari.

Apabila tidak menyesuaikan dengan cepat, maka kehidupan individu justru akan terhambat.

Ciri-Ciri Kebutuhan Sekunder

Dilihat dari intensitasnya, kebutuhan yang menduduki tingkatan paling atas yaitu kebutuhan primer, sedangkan kebutuhan setelahnya disebut sekunder, lalu disusul dengan tersier.

Ketiga jenis kebutuhan tersebut memiliki ciri masing-masing yang membedakan satu sama lain.

Disebut sebagai kebutuhan pelengkap karena kategori sekunder meliputi segala sesuatu yang digunakan untuk melengkapi apa yang kurang dalam hidup seseorang.

Jika tidak terpenuhi, individu sebenarnya masih bertahan hidup asalkan kebutuhan primernya tercukupi.

Agar dapat membedakan kebutuhan pelengkap alias sekunder dengan kebutuhan primer dan tersier, berikut 5 ciri khas yang dimiliki:

1. Sifatnya Tidak Mendesak

Kebutuhan sekunder bersifat tidak mendesak. Artinya, segala sesuatu yang masuk dalam kategori sekunder, bukanlah kebutuhan yang darurat sehingga pemenuhannya dapat dilakukan sewaktu-waktu.

Berbeda halnya dengan kebutuhan primer yang memang harus dipenuhi saat itu juga demi kelanjutan hidup seseorang.

Misalnya, seseorang yang lapar harus segera makan agar tidak lemas atau bahkan pingsan yang mungkin dapat mengancam hidupnya.

Sedangkan seseorang yang membutuhkan handphone baru, tidak harus saat itu juga mengambil keputusan untuk membeli.

Sebab, handphone bukanlah kebutuhan pokok yang mengancam keberlangsungan hidup.

Bisa saja orang tersebut memperbaiki handphone lamanya, meminjam sebentar handphone milik saudara untuk menghubungi orang lain sesuai keperluan atau menggunakan laptop untuk berkomunikasi sementara dengan orang lain.

SIfatnya yang tidak mendesak ini memberikan kesempatan untuk berpikir dengan mempertimbangkan berbagai hal.

Adapun hal yang dipertimbangkan biasanya meliputi biaya, fungsi, prioritas kebutuhan, kualitas dan kuantitas.

2. Dipengaruhi oleh Kemampuan Finansial Perorangan

Selanjutnya, kebutuhan pelengkap dicirikan dengan adanya ketergantungan pada kondisi keuangan yang dimiliki setiap orang.

Seseorang dengan kemampuan finansial yang mumpuni, akan lebih mudah memenuhi kebutuhan yang masuk dalam kategori sekunder.

Dengan keuangan yang bagus dan stabil, tentu kebutuhan primer sudah terpenuhi sehingga cukup mudah untuk membeli barang-barang sekunder.

Berbeda halnya dengan seseorang yang penghasilannya pas-pasan sehingga tidak mampu mewujudkan kebutuhan tambahannya.

Pengaruh kemampuan finansial ini perlu menjadi bahan pertimbangan bagi setiap orang agar berlaku bijak saat membelanjakan uangnya. Pastikan untuk memenuhi kebutuhan primer terlebih dahulu.

Memprioritaskan kebutuhan tambahan ketika uang pas-pasan justru akan merugikan.

Kondisi keuangan perorangan memengaruhi kecepatan seseorang untuk memenuhi kebutuhan penunjang masing-masing.

Orang kaya tentu akan lebih cepat membeli handphone keluaran terbaru, mobil mewah atau tiket liburan ke luar negeri karena penghasilan mereka fantastis.

Sedangkan orang yang mengantongi uang seadanya, pasti akan lebih lama untuk membeli barang yang diinginkan, misalnya kipas angin, AC, TV dan mesin cuci.

3. Dipengaruhi oleh Kondisi

Ciri kebutuhan sekunder yang mudah diamati yaitu dipengaruhi oleh kondisi yang dialami.

Kondisi tertentu dapat mengubah sebuah kebutuhan tersier menjadi kategori sekunder.

Perubahan semacam ini memang lumrah karena kehidupan yang dijalani setiap orang tidaklah sama.

Contohnya, jet pribadi yang merupakan kebutuhan tersier berubah menjadi kebutuhan penunjang atau sekunder bagi pemilik perusahaan multinasional.

Sebab, kehadiran jet pribadi memudahkan mobilitas mereka yang sangat tinggi untuk melakukan kunjungan ke berbagai negara.

Bagi pebisnis yang skalanya masih kecil, tentu jet pribadi masuk dalam kebutuhan tersier.

Kalangan mereka cukup menggunakan kendaraan pribadi seperti mobil dan pesawat komersial untuk melakukan perjalanan bisnis.

Contoh lain, perangkat elektronik seperti laptop berubah menjadi kebutuhan pokok bagi orang yang bekerja, baik di dunia digital maupun non-digital.

Tanpa adanya kehadiran laptop atau PC, maka pekerjaan mereka tidak akan selesai sehingga mengganggu keberlangsungan hidup.

Namun, bagi para penjual di pasar, warung kelontong rumahan maupun orang yang belum bekerja, laptop masih dalam kategori sekunder.

Sebab, mereka tidak terlalu membutuhkan barang elektronik tersebut untuk menunjang hidup, terutama pekerjaan yang dilakukan sehari-hari.

4. Menimbulkan Kebahagiaan dan Kepuasan

Apa yang Anda rasakan ketika akhirnya bisa membeli kendaraan impian?

Tentu sangat senang, bukan?

Barang yang masuk dalam kategori sekunder memang mampu menambah kebahagiaan dan kepuasan bagi orang yang bersangkutan.

Tidak seperti kebutuhan pokok yang sudah lumrah dipenuhi dalam keseharian, kebutuhan penunjang lebih spesial karena waktu terwujudnya bervariasi.

Misalnya, setelah sekian lama menabung, akhirnya dapat membeli TV ukuran jumbo atau AC dengan teknologi paling canggih.

Terdapat kebahagiaan yang tingkatannya lebih tinggi yang ditimbulkan dari terpenuhinya kebutuhan tambahan atau sekunder.

Kepuasan yang dirasakan muncul karena telah berhasil mendapatkan apa yang diinginkan untuk melengkapi kebutuhan pokok dalam hidup.

Perasaan senang inilah yang menjadi motivasi seseorang untuk mewujudkan kebutuhan penunjangnya.

Tidak sebatas barang-barang, jenis kebutuhannya dapat berupa rekreasi ke destinasi impian baik di dalam negeri maupun luar negeri atau membeli game dari situs resmi.

5. Memudahkan Hidup dan Meningkatkan Kenyamanan

Selain menambah kegembiraan, kebutuhan sekunder cirinya adalah membuat hidup lebih mudah dan nyaman.

Kebutuhan penunjang memang bertujuan untuk melengkapi hal yang kurang dalam hidup seseorang setelah berhasil memenuhi kebutuhan primer.

Dengan terpenuhinya kebutuhan tersebut, maka akan memudahkan hidup dan menambah kenyamanan.

Sebagai contoh, seseorang membeli kendaraan pribadi sehingga lebih mudah untuk bepergian jauh tanpa harus menunggu atau berganti angkutan umum.

Seseorang yang membeli kipas angin atau AC menjadikan hidupnya lebih nyaman karena ruangan di dalam ruangan tidak lagi bersuhu panas dan lembab.

Terwujudnya keinginan tersebut memang tidak selalu instan karena kecepatannya tergantung dari kondisi keuangan perorangan.

Maka, sangat wajar apabila melihat individu yang bekerja keras demi mewujudkan keinginan yang masuk dalam kebutuhan tambahan/sekunder.

Sebab, nilai dari kebutuhan tersebut berguna untuk menunjang kehidupannya, baik untuk mobilitas, kenyamanan maupun hal lain.

Apa Saja Contoh Kebutuhan Sekunder?

Apa Saja Contoh Kebutuhan Sekunder

Membayangkan contoh kebutuhan penunjang tidak semudah kebutuhan primer yang seputar papan, sandang dan pangan.

Sebab, contoh kebutuhan dalam tingkat sekunder sangat beragam dan berbeda antar individu. Apa yang Anda inginkan kemungkinan berbeda dengan keinginan orang lain.

Walaupun contohnya banyak, namun secara garis besar dapat dibagi menjadi 7 kategori yakni kendaraan pribadi, furniture, hiburan, olahraga, rekreasi, alat elektronik dan alat komunikasi.

Tujuh kategori tersebut merupakan kebutuhan pelengkap yang kerap masuk dalam wishlist banyak orang.

1. Kendaraan Pribadi

Produktivitas seseorang yang tinggi menjadikan kendaraan pribadi masuk dalam kebutuhan sekunder yang penting untuk dipenuhi.

Dengan memiliki kendaraan sendiri, seperti sepeda, motor atau mobil, maka menunjang mobilitas pemilik yang tinggi.

Bagi sebagian orang, memakai kendaraan pribadi akan menghemat waktu, tenaga dan bahkan biaya dibandingkan harus menaiki transportasi umum.

Sebab, tidak semua orang tinggal di daerah yang akses transportasi umumnya mudah dan jarak menuju tempat kerja atau sekolah dekat.

Kehadiran kendaraan pribadi menjadikan aktivitas seseorang lebih efisien dan cepat.

Maka, wajar apabila orang-orang rela untuk menyisihkan sebagian penghasilannya untuk membeli kendaraan yang dibutuhkan demi mendukung produktivitas.

Adapun jenis kendaraan pribadi tidak sebatas hanya mobil, motor dan sepeda, tetapi juga jenis kendaraan lain yang memang dipakai untuk keperluan pribadi.

Misalnya, pickup truck yang dipakai oleh seorang pedagang untuk memudahkan penjualan barang dagangannya secara keliling.

Walaupun begitu, kemungkinan terdapat kalangan tertentu yang menganggap kendaraan pribadi sebagai barang mewah yang masuk dalam kebutuhan tersier.

Sebab, mereka tidak terlalu membutuhkan kendaraan sendiri untuk menunjang kegiatan sehari-hari.

2. Furniture Tempat Tinggal

Rumah termasuk dalam kebutuhan primer karena berperan penting untuk menjamin keberlangsungan hidup seseorang.

Berbeda halnya dengan furniture yang termasuk dalam kebutuhan penunjang.

Ibaratnya, seseorang bisa tetap hidup walaupun rumahnya tanpa furniture.

Namun, kehadiran furniture dibutuhkan untuk memudahkan aktivitas di rumah, menciptakan rasa nyaman dan membuat rumah lebih indah.

Jenisnya beragam, seperti kursi, meja, tempat tidur, rak dinding, lemari pakaian, lemari, kitchen set, tangga, sofa santai, wastafel dan kabinet dapur.

Pemilihan furniture disesuaikan dengan kebutuhan pemakaian dan selera sehingga antar rumah pasti memiliki perbedaan.

Umumnya, tips yang perlu dipertimbangkan pada saat memilih furniture antara lain:

  • Sesuaikan ukuran furniture dengan ukuran ruangan sehingga masih ada space tersisa yang menjadikan ruangan terkesan lega;
  • Sesuaikan dengan budget yang dimiliki sehingga mencegah pengeluaran yang membengkak;
  • Prioritaskan furniture yang bahan bakunya berkualitas sehingga dapat digunakan dalam jangka panjang.

Mempertimbangkan hal-hal penting saat membeli furniture memang perlu dilakukan.

Selain bertujuan mengendalikan pengeluaran, pemilihan furniture yang tepat juga mendukung aktivitas di rumah dan meningkatkan kenyamanan serta kebahagiaan bersama keluarga.

3. Hiburan

Tidak hanya membeli barang, seseorang juga butuh untuk melakukan sesuatu yang menghibur sehingga dapat melepas lelah setelah bekerja atau kebosanan.

Hiburan merupakan sesuatu yang dapat memberikan kebahagiaan pada seseorang.

Manusia memang tetap bisa hidup walaupun tanpa mencari hiburan.

Namun, memenuhi kebutuhan akan hiburan dapat menjaga kesehatan jiwa sehingga kehidupan seseorang menjadi bahagia dan lepas dari rasa cemas maupun stress.

Kebutuhan sekunder berupa hiburan contohnya beragam seperti menonton film, mendengarkan lagu, menonton konser, mengobrol dengan teman-teman, menghadiri special event, memainkan game, membaca buku, menggambar dan memasak kudapan favorit.

Kegiatan apapun bisa dijadikan sebagai hiburan oleh seseorang, tergantung dari keinginan masing-masing.

Bagi seseorang, bahkan menyendiri di tempat yang tenang nan sejuk atau melakukan yoga di rumah juga termasuk hiburan yang mendatangkan kebahagiaan yang besar.

4. Olahraga

Selanjutnya, olahraga merupakan contoh kebutuhan tambahan yang menunjang hidup seseorang.

Kegiatan olahraga memang tidak wajib, tetapi jika dilakukan secara rutin, maka akan memberikan banyak manfaat bagi kehidupan seseorang, terutama pada kesehatan jiwa dan fisik.

Jenis olahraga cukup banyak sehingga dapat dipilih sesuai dengan kemampuan.

Bagi yang tidak memiliki banyak waktu karena sibuk bekerja, maka olahraga ringan seperti stretching atau jalan di tempat sangat dianjurkan, Kegiatan tersebut bisa dilakukan di dalam rumah.

Selain menjaga kesehatan, olahraga juga termasuk kegiatan yang membawa kebahagiaan.

Misalnya, bersepeda bersama keluarga atau teman, berpartisipasi dalam jalan sehat berhadiah, berenang bersama teman sekelas, bermain bulu tangkis dan senam sehat bersama warga.

Olahraga memang kegiatan yang lebih menyenangkan jika dilakukan bersama-sama dengan orang lain.

Hal tersebut memberikan motivasi untuk terus berolahraga sekaligus mendatangkan keceriaan karena dapat berinteraksi dengan yang lain.

5. Rekreasi

Dalam kategori kebutuhan pelengkap, rekreasi termasuk salah satunya.

Manusia membutuhkan rekreasi untuk memperoleh kebahagiaan dan membuang kepenatan akibat lelah beraktivitas sehari-hari.

Rekreasi dilakukan dengan mengunjungi destinasi wisata atau tempat lain sesuai keinginan.

Dengan travelling ke suatu tempat, maka pikiran dan perasaan seseorang seperti disegarkan sehingga kembali optimal saat beraktivitas harian.

Misalnya, berlibur ke pantai untuk menikmati hamparan laut yang luas dan menyantap kuliner seafood yang lezat.

Liburan ke tempat-tempat sejuk seperti hutan pinus, kebun teh, perbukitan atau tempat wisata alam lain juga memberikan energi yang positif.

Selain menikmati pemandangan di destinasi yang dituju, kegiatan lain seperti outbound, camping atau naik wahana juga menyenangkan untuk dilakukan.

Manusia memang masih bertahan hidup walaupun tanpa rekreasi ke luar rumah, tapi produktivitas mereka akan lebih meningkat dengan berlibur.

Terlebih, masyarakat zaman sekarang disibukkan dengan berbagai aktivitas yang menyita tenaga dan pikiran sehingga butuh refreshing.

6. Peralatan Elektronik

Sudah dapat dipahami bahwa kebutuhan dalam kategori sekunder dapat memudahkan hidup seseorang.

Maka, wajar apabila banyak orang yang rela menyisihkan uang demi memenuhi kebutuhan penunjang hidup tersebut, setelah terpenuhinya kebutuhan primer.

Barang elektronik termasuk dalam kebutuhan tambahan yang membuat aktivitas pemiliknya lebih efisien dan efektif dalam keseharian.

Selain itu, barang-barang tersebut juga bisa menyediakan hiburan yang membuat tertawa dan melepas kebosanan.

Adapun dalam kategori barang elektronik, macam-macam kebutuhan sekunder contohnya adalah televisi, radio, speaker, kipas angin, AC, microwave, mesin cuci, rice cooker, vacuum cleaner, water dispenser, lemari es, CD player, blender, toaster, hair dryer dan coffee maker.

Semua peralatan tersebut meringankan beban manusia karena tidak lagi melakukan hal-hal tertentu secara manual.

Selain hemat tenaga, keberadaan coffee maker, toaster dan rice cooker akan mempersingkat waktu untuk membuat makanan serta minuman.

Dengan adanya mesin cuci dan vacuum cleaner, kegiatan bersih-bersih menjadi lebih cepat serta ringan dilakukan.

Sedangkan barang elektronik seperti TV, radio, CD player dan speaker memberikan hiburan bagi pemilik rumah.

7. Perangkat Komunikasi

Masih ada lagi contoh kebutuhan pelengkap yaitu perangkat komunikasi seperti smartphone.

Pada zaman sekarang, smartphone bahkan seperti kebutuhan pokok karena kehadirannya dibutuhkan oleh hampir semua orang.

Setiap hari, mulai dari pelajar, pekerja kantoran, pedagang hingga ibu rumah tangga memegang handphone dalam keseharian.

Kegunaannya tidak sebatas untuk berkomunikasi dengan orang lain, tetapi juga untuk bisnis, belajar, hiburan dan aktivitas lain.

Walaupun begitu, smartphone kemungkinan masih menjadi kebutuhan tersier bagi sebagian orang.

Misalnya, warga pedesaan yang jaringan internetnya jelek atau berprofesi sebagai petani yang belum membutuhkan dukungan dari teknologi komunikasi canggih.

Cara Mengatur Keuangan untuk Kebutuhan Sekunder

Cara Mengatur Keuangan untuk Kebutuhan Sekunder

Penghasilan yang didapatkan pasti diprioritaskan untuk mencukupi kebutuhan primer terlebih dahulu.

Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa kebutuhan pelengkap pasti akan mengikuti sehingga perlu menyiapkan budget yang cukup.

Terlebih, harga kebutuhan penunjang tersebut tidaklah murah, misalnya lemari es, mesin cuci, AC, kitchen set, sepeda motor, mobil dan biaya liburan.

Kemampuan untuk mengatur keuangan sangat diperlukan untuk mengontrol pengeluaran sehingga kebutuhan primer dan sekunder tercukupi.

Terdapat 3 strategi yang dapat diterapkan untuk mengatur keuangan agar pengeluaran tidak membengkak.

Berikut penjelasan lebih detailnya:

1. Membuat Daftar Kebutuhan Sekunder

Awali dengan membuat list pengeluaran dan kelompokkan jenis kebutuhan berdasarkan tingkatannya.

Mengatur keuangan dengan rinci apa saja kebutuhan sekunder yang perlu dipenuhi akan membuat Anda lebih mudah dan fokus dalam prosesnya.

Kebutuhan setiap rumah tangga pastilah berbeda, maka pastikan untuk mencermati dengan bijak mengenai apa saja yang memang masuk dalam list kebutuhan tambahan.

Sebaiknya, jangan mengedepankan gengsi, tetapi nilai guna dari hal tersebut sehingga tidak rugi nantinya.

Pertimbangkan untuk menambahkan perkiraan harga dan target waktu tercapainya kebutuhan tersebut.

Misalnya menginginkan sepeda motor, maka tulis estimasi harga motor yang ingin dibeli dan kapan sekiranya ingin mewujudkan kebutuhan penunjang tersebut.

Selama membuat list kebutuhan pelengkap, jangan sampai terlalu ambisius sehingga melupakan kebutuhan pokok.

Bagaimana pun, kebutuhan pokok wajib diutamakan sebelum berusaha keras untuk mencukupi kebutuhan pelengkap tersebut.

2. Menyusun Skala Prioritas

Skala prioritas merupakan sebuah daftar yang berisi kebutuhan-kebutuhan manusia yang disusun sesuai dengan tingkatan pemenuhan.

Tujuan pembuatan skala prioritas yaitu menentukan kebutuhan yang harus didahulukan terlebih dahulu sehingga pemenuhannya tidak kacau.

Pembuatan skala prioritas yang bagus akan menjaga keuangan tetap stabil karena mengurangi pembengkakan dalam pengeluaran.

Ukuran kebutuhan juga efektif untuk mencegah seseorang dari pola hidup yang konsumtif atau lebih mengesampingkan kebutuhan primer untuk sekunder.

Apa yang harus dilakukan dalam penyusunan skala prioritas? Perhatikan beberapa hal penting berikut ini:

a. Membuat Pos Keuangan

Pada dasarnya, pos pengeluaran keuangan penting dibuat untuk menjaga kestabilan kondisi finansial.

Dengan begitu, penghasilan yang didapat akan mencukupi untuk pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder.

Setiap pos pengeluaran, harus memiliki alokasi dana yang jelas.

Jika masih sulit menentukan, maka setidaknya buat perkiraan dana sekian persen untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Dengan begitu, pengaturan keuangan akan berjalan lebih efisien.

Apa saja pos-pos pengeluaran yang dimaksud? Sebagai gambaran untuk memudahkan pembuatannya, setidaknya terdapat 8 pos pengeluaran yang perlu diperhatikan, antara lain:

  • Pos kebutuhan harian. Sebagai kebutuhan primer, alokasi dana untuk pos ini harus lebih banyak dibandingkan pos pengeluaran yang lain. Sisihkan penghasilan yang diperoleh maksimal sekitar 60% untuk mencukupi kebutuhan pokok harian ini;
  • Pos pendidikan. Semua pasti setuju bahwa pendidikan masuk dalam kebutuhan pokok yang menjadi tanggung jawab orang tua kepada anak-anaknya. Maka, alokasikan dana yang cukup sekitar 10 – 15% untuk memberikan pendidikan terbaik bagi anak;
  • Pos utang dan cicilan. Walaupun memiliki keinginan untuk membeli barang sekunder, misalnya mobil, pastikan untuk tetap mengalokasikan dana untuk membayar cicilan. Jika diabaikan, cicilan hanya akan membebani dan menghambat pemenuhan kebutuhan lain;
  • Pos beramal. Menyisihkan uang untuk tujuan amal juga diperlukan. Contohnya, bagi umat Islam, tentu wajib mengeluarkan zakat dan sangat dianjurkan untuk bersedekah sehingga penting untuk mengalokasikan dana dari penghasilan;
  • Pos asuransi. Walaupun bukan termasuk kebutuhan mendesak, namun pos pengeluaran untuk asuransi perlu dipertimbangkan. Cukup alokasikan sekitar 5 – 10% saja untuk dana asuransi. Dengan begitu, jika terjadi hal buruk, sudah ada pihak yang akan menanggung;
  • Pos hiburan. Termasuk dalam kebutuhan pelengkap atau sekunder, pengeluaran untuk hiburan perlu dialokasikan. Persentasenya tergantung dari pendapatan masing-masing, namun sebaiknya maksimal 5% saja agar kebutuhan lain tidak terbengkalai;
  • Pos liburan. Sama halnya dengan hiburan, kegiatan liburan juga masuk dalam kebutuhan pelengkap. Liburan memang penting untuk membuang kebosanan, melepas kepenatan dan menyegarkan tubuh serta pikiran. Anda dapat menyiapkan sekitar 5% dari penghasilan;
  • Pos investasi. Apabila memungkinkan, pertimbangkan juga untuk membuat pos pengeluaran untuk investasi. Jumlah persentasenya dapat disesuaikan dengan kemampuan finansial, misalnya 5% – 10%. Dengan berinvestasi, peluang untuk untung cukup besar.

b. Memahami Tingkat Urgensi

Dalam penyusunan skala prioritas, pemahaman akan tingkat urgensi sangat dibutuhkan.

Sebab, pemahaman yang baik akan menghindarkan seseorang dari pengambilan keputusan yang buruk dan pola hidup yang konsumtif.

Perlu dipahami bahwa kebutuhan yang menduduki tingkat urgensi tertinggi yaitu kebutuhan primer, sedangkan sekunder dan tersier berada di bawahnya.

Dengan begitu, selalu prioritaskan pengeluaran untuk kebutuhan pokok.

Dalam kaitannya dengan kebutuhan penunjang atau sekunder, tingkat urgensi juga perlu dimainkan.

Misalnya, tabungan untuk liburan keluarga sudah siap digunakan, namun di saat yang bersamaan, ternyata lemari es rusak parah sehingga perlu diganti dengan yang baru.

Keduanya merupakan sama-sama kebutuhan penunjang, namun tetap harus diprioritaskan yang lebih mendesak yakni mengganti kulkas.

Sebab, kulkas menyimpan banyak bahan makanan yang akan busuk jika tidak segera dipindahkan ke kulkas yang baru.

Sedangkan liburan memiliki tingkat urgensi yang lebih rendah karena dapat dilakukan di waktu lain.

Jika tidak berangkat liburan pada saat itu, tidak ada masalah besar yang akan dihadapi. Kegiatan menabung pun dapat dimulai kembali hingga uangnya mencukupi.

c. Mempertimbangkan Kebutuhan Masa Mendatang

Saat menyusun skala prioritas untuk mengatur kebutuhan pelengkap, sangat penting untuk mempertimbangkan kebutuhan yang akan datang.

Setiap orang pasti memiliki rencana jangka panjang yang ingin diwujudkan sehingga perlu menyiapkan uang dari jauh-jauh hari.

Apabila timbul keinginan untuk membeli mobil, maka pikirkan kembali apakah terdapat kebutuhan masa mendatang yang juga perlu dipenuhi.

Misalnya, anak pertama yang akan melanjutkan kuliah sehingga sebagai orang tua tidak boleh sembarangan memakai uang dulu.

Dengan mempertimbangkan hal tersebut, maka pengalokasian dana untuk pos-pos pengeluaran akan dilakukan dengan bijak.

Estimasinya pun lebih tertata sehingga mengurangi risiko pembengkakan dana di masa mendatang.

d. Menyesuaikan dengan Tingkat Pendapatan

Selanjutnya, jangan lupa untuk selalu menyesuaikan dengan pendapatan yang dimiliki.

Tidak disarankan untuk menggunakan prestise sebagai patokan karena hanya akan berakibat pada kondisi finansial yang buruk.

Dalam menyusun skala prioritas, sesuaikan dengan uang yang dipunyai.

Apabila penghasilan yang diperoleh hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan primer, maka tahanlah diri untuk membuat pos pengeluaran kebutuhan tambahan.

Apabila sudah mengantongi uang yang lebih dari cukup, barulah alokasikan untuk kebutuhan pelengkap dalam persentase yang wajar.

Sebab, terlalu ambisius untuk membeli barang sekunder tanpa mempertimbangkan kebutuhan lain akan berdampak buruk nantinya.

3. Menabung

Penting untuk ditanamkan dalam pikiran bahwa kebutuhan sekunder dipenuhi dengan cara menabung.

Kegiatan menabung merupakan hal positif yang memberikan manfaat baik bagi kondisi keuangan dan memperlancar pemenuhan kebutuhan penunjang hidup.

Awalnya memang terkesan berat, apalagi jika kebutuhan pokok pun cukup banyak.

Namun, semakin dini Anda memulainya, maka semakin cepat kemungkinan kebutuhan tambahan dapat dipenuhi.

Berikut 4 tips yang dijamin membuat kegiatan menabung sukses anti gagal:

  • Tentukan Tujuan Menabung

Sebelum memulai menabung, tentukan terlebih dahulu tujuan pengumpulan uang yang dilakukan.

Dengan adanya tujuan yang jelas, maka seseorang akan menjadikannya sebagai pegangan agar tetap konsisten untuk menyisihkan sebagian penghasilan.

Tujuan menabung tentu tergantung dari kebutuhan masing-masing.

Misalnya, menabung untuk membeli handphone, mengganti sepeda yang rusak atau mengunjungi destinasi wisata impian. Selain jenis barangnya, tentukan juga jangka waktu menabung.

Gambarannya, menabung dalam jangka waktu pendek untuk memenuhi kebutuhan tambahan yang tidak memakan biaya besar, seperti liburan di dalam kota dan DP Sepeda motor.

Sedangkan tabungan jangka panjang diprioritaskan untuk kebutuhan yang biayanya tinggi.

Contohnya menabung untuk membeli mobil pribadi, pick up truck untuk keperluan dagang atau membeli furniture set yang cukup mahal.

  • Bulatkan Tekad dan Selalu Catat Pengeluaran

Setelah menentukan tujuan, kemudian bulatkan tekad untuk mewujudkan hal tersebut dan mulailah untuk menyisihkan uang.

Usahakan untuk konsisten mencatat pengeluaran, baik harian, mingguan maupun bulanan.

Selain pengeluaran, pencatatan cicilan dan biaya lain juga diperlukan sehingga lebih mudah untuk mengatur keuangan.

Sebaiknya, hindari melakukan pencatatan secara manual. Sebagai gantinya, manfaatkan aplikasi komputer atau handphone sehingga lebih praktis dan akurat.

  • Batasi Pengeluaran

Ketika kegiatan menabung sudah berjalan, maka sebisa mungkin untuk membatasi pengeluaran.

Cobalah untuk mencari cara agar tidak mengeluarkan banyak uang sehingga pemenuhan kebutuhan penunjang dapat terwujud sesuai target.

Cara-cara yang dapat dilakukan yakni mempertimbangkan kegunaan barang sebelum membeli, memanfaatkan kupon gratisan atau promo, mengikuti kegiatan gratis yang berhadiah, menghindari nongkrong di tempat mahal dan membiasakan diri memasak di rumah.

  • Pilih Produk yang Paling Tepat

Bagi yang memilih untuk menabung di lembaga perbankan, maka perhatikan dengan cermat produk yang ditawarkan.

Pastikan memilih produk perbankan yang sesuai dengan tujuan menabung, baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek.

Rinciannya juga perlu dicermati mulai dari ketentuan suku bunga, saldo minimum, biaya administrasi, risiko dan ketentuan lainnya.

Jangan sungkan untuk bertanya secara detail kepada CS bank demi mendapatkan jawaban yang jelas dan memuaskan.

Membahas mengenai kebutuhan manusia memang seakan tidak ada ujungnya.

Setelah mampu memenuhi kebutuhan primer, seseorang masih menginginkan hal lain yang masuk dalam kebutuhan tambahan atau sekunder.

Pemenuhan kebutuhan sekunder sifatnya tidaklah mendesak, dipengaruhi oleh faktor tertentu dan menimbulkan kebahagiaan dalam hidup seseorang.

Perlu pemahaman yang baik dalam manajemen keuangan yang bijak sehingga kebutuhan penunjang hidup tersebut dapat dipenuhi.

Bagikan:

Tags

Rita Elfianis

Menyukai hal yang berkaitan dengan bisnis dan strategi marketing. Semoga artikel yang disajikan bermanfaat ya...

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.