Memahami kebutuhan tersier merupakan hal yang penting agar tidak keliru saat membuat skala prioritas kebutuhan.
Sebab, kebutuhan manusia pasti akan bertambah seiring dengan perkembangan hidupnya sehingga tidak berhenti hanya pada kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder.
Dilihat dari intensitasnya, kebutuhan dalam kategori tersier menduduki tingkat urgensi yang paling bawah setelah primer dan sekunder.
Membedakannya dengan jenis kebutuhan lain sangat diperlukan agar pemenuhannya tidak tercampur dan tertata sesuai prioritas yang sudah disusun.
Pemahaman yang baik tentang jenis kebutuhan paling terakhir ini juga berguna untuk memudahkan pengelolaan keuangan. Lalu, apa saja yang termasuk dalam kebutuhan ini? Jawaban beserta penjelasan detail lainnya termuat di bawah ini.
Pengertian Kebutuhan Tersier
Berdasarkan ukuran intensnya, kebutuhan manusia terbagi menjadi 3 yakni primer, sekunder dan tersier.
Adanya tingkatan tersebut menjadi patokan bagi seseorang untuk memprioritaskan pemenuhan kebutuhan paling intens atau tinggi yakni primer kemudian baru kebutuhan di bawahnya.
Dalam KBBI, tersier merupakan kata benda yang merujuk pada yang ketiga.
Dapat dipahami bahwa definisi kebutuhan tersier adalah kebutuhan akan berbagai macam barang mewah yang membutuhkan banyak uang untuk mendapatkannya.
Segala sesuatu yang mewah, bernilai tinggi dan berlebihan memang masuk dalam kebutuhan tingkat paling terakhir ini.
Barang-barang tersier sebenarnya tidak berpengaruh pada keberlangsungan hidup seseorang dan pemenuhannya hanya didasarkan pada kesenangan pribadi semata.
Dengan memenuhi kebutuhan primer, seperti makan 3 kali sehari, tinggal di rumah yang nyaman dan memakai pakaian yang layak, sebenarnya sudah cukup bagi manusia untuk bertahan hidup.
Namun, sebagian dari mereka merasa belum puas sehingga terdorong untuk mewujudkan kebutuhan lain.
Bagi yang mengejar gengsi, ketenaran dan derajat yang tinggi, maka merasa perlu untuk memenuhi kebutuhan sampai tingkat tersier.
Sebab, segala sesuatu yang mewah, serba glamor dan harganya mahal dinilai mampu membuktikan martabat yang tinggi sang pemilik di mata umum.
Tidak seperti kebutuhan primer yang lebih mudah untuk dipenuhi, kebutuhan kategori tersier ini hanya mampu dipenuhi oleh segelintir orang.
Pemenuhannya sangat bergantung pada kemampuan finansial dan kedudukan seseorang di dalam masyarakat.
5 Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Tersier
Pemenuhan kebutuhan primer dipengaruhi oleh naluri untuk terus bertahan hidup.
Alhasil, semua orang terdorong untuk memenuhi kebutuhan utama yakni makanan, tempat tinggal dan pakaian demi keberlangsungan hidup.
Dalam kegiatan pemenuhan kebutuhan, memang terdapat faktor yang berpengaruh. Begitu juga saat seseorang merasa butuh untuk mewujudkan kebutuhan yang masuk dalam level tersier.
Setidaknya, terdapat 5 faktor yang memiliki pengaruh, antara lain:
1. Status Sosial
Adapun status sosial merujuk pada posisi, peringkat atau kedudukan yang disandang oleh seseorang dalam masyarakat.
Kedudukan sosial tersebut biasanya didapat dengan sendirinya karena berasal dari garis keturunan, misal anak bangsawan dan anak kyai.
Namun, status sosial juga bisa diperoleh melalui proses perjuangan yang panjang sehingga mampu berada di titik tersebut.
Status sosial yang melekat pada seseorang dapat dilihat secara jelas dari perlakuan dan penghormatan yang diberikan orang lain.
Semakin kuat dan tinggi status sosialnya, maka seseorang semakin dihormati, disegani dan diperlakukan lebih istimewa dibandingkan orang lain.
Lalu, apa hubungannya dengan pemenuhan kebutuhan level tersier?
Seseorang yang kedudukannya tinggi dalam masyarakat, pasti akan dipandang sebagai orang yang sejahtera, berwibawa dan kaya raya.
Secara naluriah, demi menjaga image tersebut, salah satu hal yang dilakukan seseorang adalah menggunakan barang-barang mewah.
Semakin mewah mobil yang digunakan, semakin banyak perhiasan yang dipakai dan semakin canggih gadget yang dimiliki akan membuat dirinya dinilai lebih tinggi oleh orang lain.
Dengan adanya prestise semacam itu, seseorang akan merasa sangat bangga dan puas akan diri sendiri.
2. Lingkungan Tempat Tinggal
Tanpa disadari, kebutuhan tersier dipengaruhi oleh lingkungan tempat tinggal seseorang.
Tidak dapat dipungkiri bahwa lingkungan memiliki pengaruh pada kehidupan seseorang, baik yang mengarah ke hal positif maupun negatif.
Dalam kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan tersier ini, para tetangga memainkan peranan yang cukup penting.
Seseorang yang tinggal di lingkungan yang sebagian besar warganya memiliki mobil bagus, pasti lama kelamaan akan terdorong untuk membeli.
Contoh lain, seseorang yang hidup berdampingan dengan para tetangga yang selalu membeli barang mahal seperti furniture murah dan perhiasan, pasti menginginkan barang yang sama.
Hal tersebut wajar karena naluri manusia memang tidak ingin kalah dan tertinggal dari yang lain.
Terlebih, jika tinggal di lingkungan yang memandang seseorang dari sisi materinya.
Seseorang akan dianggap dan dihargai apabila memiliki barang mewah, namun akan disepelekan apabila tidak mampu memenuhi kebutuhan tersebut.
3. Penghasilan
Benda maupun aktivitas yang masuk dalam kebutuhan kategori tersier memang menuntut uang yang banyak.
Maka, pemenuhannya juga sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan seseorang.
Semakin tinggi penghasilannya, tentu semakin mampu untuk membeli segala yang diinginkan.
Dengan penghasilan yang tinggi, pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder sangatlah mudah.
Sangat wajar apabila memiliki keinginan untuk mewujudkan kebutuhan berupa barang yang mewah dan mahal demi kesenangan, kepuasan serta prestise.
Sebagai contoh, seorang pebisnis sukses yang ingin membeli mansion di luar negeri atau mobil limited edition di dunia.
Keduanya masuk dalam barang tersier karena dibeli bukan karena urgensinya tinggi tetapi demi meningkatkan prestise dan memenuhi gaya hidup.
Selain itu, seseorang berpenghasilan banyak akan terdorong untuk mewujudkan barang mewah impian untuk memberikan hadiah kepada diri sendiri.
Orang tersebut merasa kerja kerasnya selama ini perlu dihargai dengan membeli barang yang diinginkan untuk diri sendiri alias self-reward.
Jenis barang, jenis kegiatan dan biaya yang dikeluarkan tentu akan berbeda antar individu karena nominal penghasilan mereka pun tidaklah sama.
4. Tingkat Pendidikan
Selanjutnya, faktor lain yang memiliki pengaruh yaitu tingkat pendidikan.
Umumnya, semakin tinggi tingkat pendidikan, maka kebutuhan akan semakin beragam. Keinginan seseorang untuk memenuhi kebutuhan tersebut pun semakin kuat.
Sebagai contoh, seorang mahasiswa yang membutuhkan laptop mahal demi mendapatkan spesifikasi yang canggih.
Selain untuk melancarkan proses perkuliahan, kepemilikan laptop mewah tersebut dipenuhi untuk kebanggaan diri karena tidak semua mahasiswa mampu membelinya.
Contoh lain yaitu siswa yang memiliki smartphone dari brand ternama di dunia untuk melancarkan kegiatan pembelajaran online.
Tidak hanya itu, smartphone dari brand populer tersebut dibeli untuk menunjukkan prestise siswa yang bersangkutan kepada teman-temannya di sekolah.
Sebenarnya, mereka bisa tetap mengikuti proses pembelajaran dengan gadget yang tidak terlalu mewah dan mahal.
Namun, keinginan kuat untuk membanggakan diri lebih berpengaruh dalam pemenuhan kebutuhan yang urgensinya rendah tersebut.
5. Lingkungan Pergaulan
Bukan hanya lingkungan tempat tinggal, lingkungan pergaulan juga termasuk faktor kebutuhan tersier yang terkadang tidak disadari oleh kebanyakan orang.
Konsep lingkungan pergaulan merujuk pada tempat seseorang berbaur dengan orang lain sehingga terjadi interaksi yang intens.
Dari interaksi yang terjalin tersebut, pribadi seseorang akan terpengaruh secara langsung maupun tidak langsung.
Sebagai contoh, individu yang bergaul dengan kelompok yang konsumtif, maka cenderung akan terpengaruh untuk berperilaku konsumtif juga.
Sebab, seseorang pasti memiliki keinginan yang kuat untuk sama seperti teman-teman dalam circle yang dimiliki.
Jadi, saat mereka gemar mengoleksi perhiasan mahal, tas bermerk atau jam tangan mewah, maka mendorong seseorang untuk memiliki barang-barang sejenis agar diakui.
Biasanya, ada yang berperan sebagai trendsetter atau influencer dalam lingkup pergaulan tersebut.
Disebut demikian karena mereka selalu memiliki benda mahal atau berwisata mewah ke luar negeri terlebih dahulu sehingga memengaruhi teman lain dalam kelompok tersebut.
Lingkungan pergaulan yang semacam itu, tentu memunculkan sifat kompetitif antar anggota.
Jika salah satu dari mereka memamerkan kebutuhan dalam kategori tersier, pasti anggota lain tidak ingin kalah sehingga berusaha untuk melakukan hal yang sama, bahkan dengan nilai yang lebih tinggi.
Apa Saja Ciri-Ciri Kebutuhan Tersier?
Dalam memenuhi kebutuhan, baik itu primer, sekunder maupun tersier, seseorang harus melakukannya sesuai skala prioritas.
Sebab, setiap jenis kebutuhan memiliki tingkat urgensi yang berbeda yang merupakan bagian dari ciri khas kebutuhan tersebut.
Pemahaman yang baik mengenai jenis-jenis kebutuhan, termasuk tersier akan mendorong seseorang untuk lebih bijak dalam pengambilan keputusan.
Ciri khas yang dipunyai kebutuhan primer dan sekunder tentu berbeda dengan tersier.
Berikut 3 ciri yang paling menonjol dari kebutuhan pada tingkat ketiga alias tersier:
1. Mendapatkan Prestise
Kebutuhan tersier dipenuhi untuk memperoleh prestise sehingga seseorang akan dipandang lebih tinggi dan istimewa dibandingkan dengan orang lain di lingkungan sekitarnya.
Prestise memang suatu konsep yang berhubungan dengan kehormatan, wibawa dan kemampuan.
Adapun kemampuan yang dimaksud dapat berupa kemampuan finansial yang stabil, kemampuan dalam berprestasi maupun kemampuan lain yang menonjolkan eksistensi seseorang.
Dalam hubungannya dengan pemenuhan kebutuhan ini, prestise dapat dilihat secara ekonomi dan sosial.
Berdasarkan kacamata ekonomi, prestise akan didapatkan oleh seseorang dengan cara menunjukkan kekayaan.
Orang yang kaya, pasti mampu melakukan segala sesuatu dalam kategori tersier seperti membeli perhiasan dan kendaraan mahal serta berwisata ke banyak negara.
Dengan memiliki barang serba mewah dan melakukan hal-hal yang serba mahal, maka menegaskan bahwa orang tersebut lebih terhormat, berwibawa serta istimewa.
Pada dasarnya, naluri manusia memang mendambakan hidup yang serba mewah, enak dan terpandang.
Sedangkan dari segi sosial, prestise yang berhasil didapatkan oleh seseorang akan menjadikannya dihormati dan disegani oleh orang lain.
Sebab, tidak semua orang mampu mewujudkan keinginan berbiaya mahal yang membuat mereka berbeda dari yang lain.
2. Tingkat Urgensi Rendah
Dibandingkan dengan kebutuhan primer dan sekunder, tersier memiliki tingkat urgensi yang paling rendah.
Adapun definisi tingkat urgensi adalah tingkat kepentingan suatu kebutuhan yang harus didahulukan karena sifatnya sangat mendesak.
Artinya, kebutuhan dalam kategori tersier sifatnya sama sekali tidak mendesak sehingga pemenuhannya tidak wajib didahulukan.
Manusia wajib mendahulukan pemenuhan kebutuhan primer yang kemudian disusul dengan kebutuhan sekunder jika memang diperlukan.
Contoh nyatanya, seseorang akan mampu bertahan hidup dengan mencukupi kebutuhan makan, minum, pakaian dan tempat tinggal yang layak.
Keberadaan barang bermerk yang harganya mahal seperti tas, mobil dan perhiasan sebenarnya tidak penting karena bukan kebutuhan dasar.
Namun, faktor lingkungan, pergaulan, status sosial dan pendapatanlah yang mendorong seseorang untuk memenuhi kebutuhan lain yakni tersier.
Sekalipun tingkat urgensinya rendah, pemenuhan kebutuhan ini tetap dilakukan karena mengutamakan pada kesenangan dan kebanggan diri.
3. Dapat Dijadikan Investasi
Apa lagi hal yang mencirikan jenis kebutuhan ini?
Kebutuhan tersier cirinya adalah bisa menjadi investasi bagi si pemilik.
Ciri yang satu ini memiliki kesan yang positif karena memberikan keuntungan yang nilainya kemungkinan cukup tinggi.
Barang-barang mewah yang dibanderol super mahal bukan tanpa alasan.
Sebab, barang tersebut dibuat dari bahan baku kualitas nomor satu dan proses pembuatan yang ketat sehingga lebih awet dibandingkan barang yang lebih murah.
Hal tersebut menjadikan barang-barang mewah mempunyai nilai jual yang tinggi.
Bahkan, barang limited edition di dunia seperti mobil dan motor nilainya bisa sangat fantastis melebihi ekspektasi atau bayangan pemilik.
Selain itu, tingginya nilai jual barang mewah nan mahal juga disebabkan oleh histori dari barang tersebut. Misalnya, lukisan, pahatan, patung, ukiran atau bahkan koleksi perangko.
Wajar apabila benda-benda tersebut menjadi instrumen investasi yang menjanjikan bagi pemilik.
Baca Juga : Apakah Investasi Emas Menguntungkan?
Contoh Kebutuhan Tersier
Pada kategori kebutuhan primer, jenisnya berupa kebutuhan seputar pangan, sandang dan papan.
Sedangkan jenis kebutuhan sekunder lebih beragam karena tergantung dari keinginan orang masing-masing, seperti perabot rumah, sepeda, handphone dan barang elektronik.
Setiap kategori kebutuhan memang memiliki jenisnya masing-masing.
Tujuan pengelompokkan tersebut untuk memudahkan seseorang dalam penyusunan skala prioritas kebutuhan dalam hidup.
Lalu, apa saja yang termasuk dalam kategori tersier?
Setelah mengetahui definisinya, pasti Anda sudah dapat memahami bahwa tersier berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan yang serba mewah. Pemenuhannya dilakukan bukan atas dasar kegunaan, tetapi kesenangan semata.
Contoh-contohnya dapat dilihat pada penjelasan di bawah ini:
1. Mobil Mewah
Dalam keseharian, mobilitas seseorang dimudahkan oleh hadirnya kendaraan.
Jenis kendaraan yang diproduksi di pasaran sangat banyak dengan harga yang bervariasi, salah satunya adalah mobil mewah.
Kendaraan memang dapat dimasukkan dalam kebutuhan sekunder sebab bertujuan untuk menunjang kehidupan seseorang.
Artinya, orang tersebut membutuhkan kendaraan berupa sepeda motor atau mobil untuk berdagang, bepergian jauh maupun hal lain yang memudahkan hidup.
Berbeda halnya dengan kendaraan dalam tingkat tersier yang dipilih bukan karena nilai gunanya, tetapi mengejar prestise.
Banyak orang kaya yang rela mengeluarkan uang miliaran untuk membeli mobil mewah, misalnya Ferrari, Lamborghini, Porsche, Bugatti dan Rolls-Royce.
Deretan mobil mewah tersebut menonjolkan kecanggihan masing-masing yang tidak dapat ditemukan pada mobil-mobil biasa. Desainnya pun sangat unik, stylish dan mewah sehingga terlihat superior.
Alasan kesenangan lebih diutamakan dibanding kegunaan saat membeli mobil mewah.
Seseorang yang mampu membeli mobil seharga miliaran rupiah tentu akan dipandang tinggi oleh orang lain.
Sebab, barang super mewah tersebut membuktikan tingkat pendapatan yang fantastis yang tidak semua orang dapat menjangkaunya.
2. Perhiasan
Selanjutnya, kebutuhan tersier contohnya adalah perhiasan.
Termasuk dalam kebutuhan yang urgensinya terakhir karena perhiasan tidak bukanlah kebutuhan pokok maupun penunjang yang diperlukan dalam hidup seseorang.
Fungsi perhiasan hanya untuk mempercantik penampilan dan menunjukkan kedudukan sosial yang lebih tinggi dibandingkan orang lain.
Sering terlihat orang yang memakai perhiasan berlebihan hanya demi prestise dan kepuasan diri.
Perhiasan merupakan barang yang mahal, terlebih jika berasal dari produk ternama di dunia, misalnya Bvlgari, Tiffany & Co, Buccellati dan Harry Winston.
Deretan brand populer tersebut membanderol perhiasannya dengan harga yang fantastis.
Walaupun super mahal, tetap saja banyak yang mau membeli untuk membuktikan bahwa dirinya memiliki kemampuan finansial yang lebih dari orang lain.
Semakin mahal harga perhiasan yang dipakai, maka pemilik akan semakin bangga dan puas.
3. Hunian Mewah
Jika membahas mengenai tempat tinggal, maka pasti langsung terpikir tentang kebutuhan primer.
Hunian atau tempat tinggal memang masuk dalam kebutuhan pokok yang wajib didahulukan demi keberlangsungan hidup setiap orang.
Namun, rumah yang dimaksud yaitu bangunan yang secukupnya saja dan layak dihuni.
Tidak harus membangun rumah yang berlebihan sampai mengabaikan kebutuhan pokok lain yang penting untuk bertahan hidup.
Maka, jenis hunian mewah yang berharga fantastis masuk dalam tingkat tersier yang urgensinya lebih rendah.
Sebab, dengan rumah yang biasa, sebenarnya manusia bisa tetap hidup. Hanya saja, sebagian dari mereka menginginkan kelayakan yang lebih tinggi dari orang di sekitarnya.
Dengan pendapatan yang banyak, tentu membangun rumah mewah yang jumlahnya lebih dari satu sangatlah mudah.
Bahkan tidak hanya rumah, jenis hunian lain seperti apartemen, penthouse, mansion dan villa pribadi juga mampu dibeli demi kesenangan semata.
4. Furnitur Mewah
Barang apa lagi yang masuk dalam contoh?
Sekarang, saatnya membahas mengenai furniture yang tentunya lebih istimewa dibandingkan furniture biasa.
Kehadiran perabot memang penting untuk memaksimalkan fungsi rumah, memudahkan kegiatan di dalam rumah dan mempercantik rumah.
Namun, pembelian furniture yang mengutamakan kepuasan dan gengsi dibandingkan nilai kegunaan, maka tergolong dalam gaya hidup hedonisme.
Sebab, furniture semacam itu pasti memiliki harga yang fantastis mulai dari puluhan juta rupiah hingga miliaran rupiah.
Beberapa contoh kebutuhan tersier rumah tangga berupa furniture mewah yaitu tempat tidur berlapis emas, ubin dengan lapisan berlian premium, bathtub emas 24 karat dan lemari yang dilapisi emas serta bubuk berlian premium.
Apabila mengutamakan fungsinya, pasti lebih memilih lemari kayu biasa yang sama-sama bagus sebagai tempat penyimpanan.
Pemilihan bathtub pun tidak harus yang dilapisi emas karena bahan non-emas dengan harga yang normal tidak kalah bagus kualitasnya.
Pembelian barang mewah semacam itu dilakukan oleh seseorang untuk menunjukkan bahwa hidupnya tidak pernah kekurangan.
Terdapat perasaan bangga, puas dan bahagia yang intens saat menunjukkan furniture mewah tersebut kepada para tamu.
5. Wisata Luar Negeri
Berlibur merupakan kebutuhan setiap orang untuk melepas penat dan menyegarkan kembali pikiran serta raga.
Berwisata ke luar negeri merupakan salah satu contoh kebutuhan tingkat tersier yang hanya dilakukan oleh orang berkemampuan finansial tinggi.
Perjalanan ke luar negeri membutuhkan banyak biaya, mulai dari transportasi, penginapan, makan, tiket masuk destinasi, belanja, oleh-oleh hingga biaya cadangan.
Tentu, orang yang kondisi keuangannya pas-pasan tidak akan mampu untuk menghandle biaya-biaya tersebut.
Rekreasi ke destinasi wisata di luar negeri menunjukkan tingginya kemampuan finansial seseorang.
Selain memperoleh kepuasan pribadi, orang tersebut juga akan mendapatkan pengakuan dari orang sekitar bahwa derajatnya lebih tinggi.
Berbeda halnya dengan orang yang hanya berwisata di dalam kota, misalnya pantai atau kebun binatang. Kebutuhan wisata semacam itu pasti sanggup dipenuhi oleh kebanyakan orang sehingga bukan hal yang istimewa.
6. Investasi
Salah satu cara yang efektif untuk menghasilkan keuntungan banyak di masa mendatang yaitu berinvestasi.
Adapun investasi merupakan contoh kebutuhan tersier yang dikejar oleh banyak orang demi memperoleh jaminan masa depan yang bagus.
Walaupun terdapat risiko kerugian, namun dengan pengelolaan yang baik, maka investasi berpeluang besar untuk mendatangkan banyak keuntungan nantinya.
Pilihan instrumen investasinya seperti apartemen, tanah, rumah, villa dan emas.
Baca Juga : Apa itu Investasi?
Apakah Penting untuk Memenuhi Kebutuhan Tersier?
Setiap orang pasti mempunyai kebutuhan dalam hidupnya untuk mendapatkan kelayakan dan kesejahteraan.
Hal yang membedakan adalah jenis kebutuhan dan cara pemenuhan kebutuhan tersebut yang bergantung pada pribadi masing-masing.
Apabila membahas mengenai kebutuhan primer, pasti semua orang setuju mengenai jenis yang sama yaitu papan, pangan dan sandang.
Namun, cara pemenuhannya yang beragam, misalnya ada orang yang cukup hanya makan 3 kali sehari, tetapi ada yang butuh 4 hingga 5 kali sehari.
Sebagian orang mungkin cukup dengan lauk yang seadanya dan rumah yang sederhana, tapi sebagian yang lain merasa belum puas.
Pada dasarnya, rasa belum merasa cukup dan tidak puaslah yang mendorong seseorang untuk terus melakukan pemenuhan kebutuhan ke tingkat yang lain.
Pada tingkat sekunder, seseorang akan berusaha mewujudkan keinginan untuk membeli barang-barang penunjang hidup seperti TV, lemari es, mesin cuci dan sepeda motor.
Alasannya beragam, namun kebutuhan sekunder memang melengkapi dan memudahkan kehidupan seseorang.
Walaupun sama-sama terkesan penting, kebutuhan primer wajib didahulukan pemenuhannya dibandingkan kebutuhan sekunder.
Pemenuhan kebutuhan sekunder dapat ditunda apabila memang belum mampu karena tingkat urgensinya lebih rendah dari kebutuhan pokok.
Lalu, bagaimana dengan kebutuhan pada tingkat ketiga ini?
Apakah benar-benar penting untuk dipenuhi?
Jawabannya tergantung dari kondisi setiap orang dan faktor yang mempengaruhinya untuk melakukan pemenuhan barang yang cenderung mewah.
Sebagai gambaran, terdapat dua hal yang menjadikan pemenuhan kebutuhan tersier cukup penting, antara lain:
1. Meningkatkan Keamanan Diri
Bagi sebagian orang, pemenuhan kebutuhan tersier sangat penting untuk menjamin keamanan orang yang bersangkutan.
Setiap orang pasti ingin menjalani kehidupan yang aman sehingga mengurangi risiko terkena bahaya, bukan?
Sebagai contoh, seseorang membeli mobil kelas atas yang harganya mahal dengan alasan keamanan.
Sebab, semakin tinggi kelas dan harga sebuah mobil, maka semakin lengkap fitur canggihnya, termasuk keamanan bagi pengemudi serta penumpangnya.
Seseorang yang membutuhkan keamanan ekstra di dalam rumah, maka memilih untuk menambahkan fitur-fitur canggih dan memakai material yang solid.
Alasan keamanan inilah yang membuat orang lain merasa harus memenuhi kebutuhan tersier.
2. Menunjang Produktivitas
Pentingnya pemenuhan kebutuhan tersier juga dapat dilihat dari sisi produktivitas. Adapun konsep produktivitas merujuk pada daya produksi atau kemampuan untuk menghasilkan sesuatu yang memiliki dampak positif.
Misalnya, seseorang memilih untuk berlibur ke destinasi favorit yang ada di luar negeri demi meningkatkan produktivitas kerja.
Sebab, pilihan liburan tersebut efektif untuk menyegarkan pikiran, menghibur diri, memperoleh energi baru dan mengembalikan mood bagus.
Seseorang juga merasa perlu untuk membeli barang elektronik yang mewah atau alat komunikasi yang mahal untuk meningkatkan produktivitas dalam hidup.
Penting atau tidaknya pemenuhan kebutuhan tersier tergantung pada tingkat kebutuhan setiap individu.
Kriteria mengenai keamanan, kenyamanan, kelayakan dan kesenangan dalam hidup yang berbeda antar individu juga andil dalam hal ini.
Tips Mengatur Keuangan untuk Memenuhi Kebutuhan Tersier
Berkaitan erat dengan barang-barang mewah menjadikan pemenuhannya harus dengan banyak uang.
Sekaya apapun seseorang, tetap memerlukan pengelolaan keuangan yang baik sehingga pemenuhan kebutuhan ini tidak membuatnya bangkrut di kemudian hari.
Pada dasarnya, pengaturan keuangan memang penting bagi semua orang untuk mengendalikan pos-pos pengeluaran dan menjamin kestabilan kondisi finansial secara kontinyu.
Dengan pengelolaan yang baik, maka resiko pembengkakan pengeluaran atau kebangkrutan dapat dikurangi.
Dalam kaitannya dengan kebutuhan tersier, terdapat 5 tips yang perlu diterapkan.
Berikut penjelasan detailnya agar lebih mudah dipahami dan dipraktekkan:
1. Menabung
Konsep menabung terkesan tidak penting bagi orang yang secara finansial sudah mampu membeli barang mewah seketika itu juga.
Namun perlu disadari bahwa pemenuhan kebutuhan tersier menimbulkan efek nagih pada seseorang.
Jika satu atau dua barang mewah berhasil dibeli, maka orang tersebut akan semakin ketagihan untuk mewujudkan keinginan lainnya.
Terlebih, jika didorong oleh salah satu dari 5 faktor yang sudah dijelaskan sebelumnya.
Pengaturan keuangan tetap perlu dilakukan untuk menjaga kestabilan keuangan dan menjamin kelancaran dalam pemenuhan kebutuhan tersier di masa mendatang.
Salah satu cara yang efektif namun sederhana yaitu menabung.
Agar memudahkan untuk memulai dan konsisten dalam menabung, berikut tips menabung untuk memenuhi kebutuhan tersier dalam hidup:
a. Tentukan Tujuan Menabung
Tujuan merupakan sesuatu yang sangat penting untuk ditentukan di awal.
Dengan adanya tujuan, maka seseorang akan lebih fokus dan bersemangat untuk menjaga kebiasaan menabung hingga apa yang diinginkannya dapat tercapai.
Jenis kebutuhan dalam tingkat tersier cukup beragam sehingga perlu untuk memilih salah satu terlebih dahulu, misalnya mobil sport.
Tentukan mobil sport merk apa yang akan dibeli dan harganya untuk memperjelas tujuan menabung.
Apabila memulai menabung tanpa ada tujuan yang jelas mengenai barang yang ingin dibeli atau kegiatan yang ingin dilakukan, maka cenderung akan terhambat di tengah jalan.
Uang kemungkinan dipakai untuk hal lain yang memancing perhatian.
b. Tentukan Jumlah dan Jangka Waktu
Setelah menentukan jenis barang yang dibeli, maka tentukan juga jumlahnya.
Hal ini berkaitan dengan jangka waktu tabungan karena semakin banyak jumlah barangnya, maka semakin mahal total harganya.
Misalnya, hanya ingin membeli mobil sport seharga 1 miliar rupiah.
Dengan begitu, Anda akan lebih mudah untuk menyusun jangka waktu dan persentase dana yang ditabung. Sesuaikan dengan tingkat penghasilan sehingga kebutuhan lain tetap bisa terpenuhi.
Apabila memiliki penghasilan tinggi dan hidup serba berkecukupan, maka bisa mengalokasikan persentase yang besar untuk ditabung.
Persentase yang besar akan mempercepat terkumpulnya uang sehingga bisa membeli mobil sport impian dalam waktu dekat.
c. Manfaatkan Aplikasi Keuangan
Hidup di zaman serba canggih memang sangat memudahkan kegiatan, salah satunya perkara menabung.
Terdapat banyak aplikasi keuangan yang dilengkapi fitur lengkap dan menunjang seseorang untuk mengelola keuangannya, termasuk menabung.
Seseorang tidak perlu lagi mencatat secara manual karena pencatatan pemasukan, pengeluaran dan pos-pos lain dapat dilakukan via aplikasi.
Pekerjaan mulai dari penghitungan dana, penyimpanan data, pengelompokan dan pengaksesan data menjadi sangat sederhana.
d. Hindari Membawa Uang Tunai Berlebihan
Apakah masih sering membawa banyak uang tunai?
Cobalah untuk mengurangi kebiasaan tersebut mulai sekarang. Seseorang yang memegang banyak uang tunai akan cenderung ingin membelanjakannya terus menerus.
Sebagai gantinya, bawalah uang tunai secukupnya saja sesuai harga barang yang akan dibeli.
Anda bisa mengalokasikan penggunaan uang tunai untuk seminggu atau sebulan. Selebihnya, tetap simpan uang dalam rekening agar lebih aman.
2. Memakai Kartu Kredit secara Bijak
Tidak dapat dipungkiri bahwa kartu kredit merupakan produk perbankan yang sangat menggiurkan, terutama bagi yang gemar berbelanja.
Sebab, kartu kredit menawarkan kemudahan berupa pembayaran barang dengan mencicil.
Wajar, banyak yang menggunakan kartu kredit untuk memenuhi kebutuhan akan barang-barang mewah dalam jumlah banyak sekaligus.
Tetapi perlu disadari bahwa sebanyak apapun penghasilan, tetap harus bijak dalam memakai kartu kredit agar tidak terjerat tagihan yang menumpuk.
Bagaimana cara agar tidak sembrono dalam menggunakan kartu kredit? Berikut beberapa cara yang efektif untuk diterapkan:
- Membayar tagihan kartu kredit tepat waktu agar beban biaya tidak bertambah. Sebab, keterlambatan pembayaran berakibat pada semakin membengkaknya total tagihan berikutnya karena adanya sistem bunga dan terkena denda;
- Mencicil tagihan kartu kredit secara rutin setiap bulan. Tujuannya untuk menghindari keterlambatan yang akan memperburuk kondisi keuangan. Penundaan pembayaran cicilan kartu kredit sangat tidak disarankan dalam pengaturan keuangan yang baik;
- Mempertimbangkan dengan matang sebelum membeli barang dengan kartu kredit. Hindari juga untuk membuat banyak kartu kredit agar lebih mudah mengontrol pengeluaran.
3. Membuat Anggaran Bulanan
Kebutuhan tersier dipenuhi dengan cara menyusun anggaran bulanan dengan baik dan benar.
Penyusunan anggaran terkesan sepele bagi beberapa orang, terutama yang sudah mengantongi penghasilan tinggi.
Namun kenyataannya, membuat anggaran bulanan memiliki manfaat yang signifikan untuk mengontrol pengeluaran dan menjaga kondisi keuangan.
Bagi yang memperoleh gaji kecil, sedang maupun tinggi, manfaat tersebut sama-sama bisa dirasakan.
Berikut tips untuk menyusun anggaran bulanan agar kebutuhan tersier dapat dipenuhi dengan mudah tanpa menyisihkan kebutuhan lain:
a. Menghitung Jumlah Pemasukan
Dasar untuk membuat anggaran bulanan yaitu jumlah pemasukan yang didapat.
Maka, perhatikan apa saja sumber penghasilan yang dimiliki, kemudian jumlahkan seluruhnya sehingga muncul total pemasukannya.
Berdasarkan penghitungan tersebut, maka mulailah untuk membuat anggaran bulanan.
Dengan begitu, alokasi dana untuk setiap kebutuhan akan menyesuaikan dengan kemampuan finansial yang dimiliki.
b. Membuat Pos-Pos Pengeluaran
Setelah itu, buatlah daftar yang berisi pos-pos pengeluaran. Dalam penyusunan pos-pos pengeluaran, pastikan untuk memakai skala prioritas.
Jadi, tempatkan kebutuhan pokok di bagian paling atas karena sifatnya yang wajib dan sangat mendesak.
Sedangkan kebutuhan sekunder dan tersier baru ditulis setelah semua kebutuhan pokok mendapatkan alokasi dana masing-masing.
Prioritas semacam ini sangat penting demi keberlangsungan hidup dan menjaga keuangan agar tetap stabil.
Sebagai contoh, pos pengeluaran kebutuhan konsumsi, kebutuhan rumah tangga, kebutuhan transportasi, kebutuhan biaya pendidikan, kebutuhan asuransi, kebutuhan tabungan, kebutuhan hiburan dan kebutuhan dana darurat.
Anda bisa menerapkan pola 50-20-30 untuk mewujudkan kebutuhan tersier.
Dalam pola tersebut, berarti 50% untuk kebutuhan pokok dan cicilan, 20% untuk tabungan dan investasi, kemudian 30% untuk kebutuhan yang diinginkan (sekunder dan tersier).
c. Menyusun Alokasi Pengeluaran Lebih Rinci
Tips selanjutnya yaitu membuat rincian tiap pos pengeluaran.
Semakin rinci besaran dana yang dikeluarkan untuk tiap kebutuhan, maka semakin bagus anggaran bulanan yang dimiliki.
Alhasil, keuangan pun dapat dikontrol dengan lebih bijak.
Cobalah untuk merinci alokasi dana sekian persen dan jumlah uang sekian rupiah untuk tiap-tiap pos pengeluaran.
Apabila kesulitan menghitung, maka gunakan aplikasi atau software yang mampu menghitung secara otomatis dan akurat.
4. Membayar Tagihan Tepat Waktu
Jika pernah mendapat nasihat untuk tidak berhutang atau menumpuk cicilan, maka jangan abaikan nasihat bagus tersebut.
Sebab, tagihan memang akan membebani, terlebih jika jumlahnya banyak dan sistem bunga yang diberlakukan cukup tinggi.
Usahakan untuk selalu membayar tagihan tepat waktu, tanpa menunda. Maka dari itu, pos pengeluaran untuk tagihan wajib dimasukkan agar tidak terbengkalai.
Semakin rajin membayar tagihan, maka semakin besar kesempatan untuk membeli lebih banyak barang-barang mewah.
5. Membuka Dua Rekening
Masih ada lagi tips untuk mengatur keuangan yakni dengan membuka dua rekening atau lebih.
Hal ini disarankan bagi Anda yang berpenghasilan banyak dan berkeinginan besar untuk selalu memenuhi kebutuhan tingkat ketiga atau tersier.
Cobalah untuk mengelompokkan uang dalam beberapa rekening.
Misalnya, rekening A khusus untuk dana kebutuhan pokok dan rekening B untuk dana pemenuhan keinginan termasuk tersier.
Dengan pembagian yang jelas, maka semua kebutuhan dalam hidup sama-sama terpenuhi.
Dibandingkan dengan kebutuhan primer dan sekunder, tingkat urgensi tersier paling rendah.
Pemenuhannya tidak berdasarkan pada kegunaan, tetapi kesenangan pribadi dan peningkatan kedudukan sosial.
Pemenuhan kebutuhan tersier seperti barang branded, perhiasan dan mobil mewah sifatnya tidak mendesak sehingga dapat ditunda terlebih dahulu.
Orang-orang yang sudah sampai pada pemenuhan kebutuhan tersebut, umumnya hanya ingin memenuhi gaya hidup yang mewah.