Salah satu hal yang perlu dipersiapkan dan dikerjakan dengan baik ketik berbisnis adalah biaya produksi.
Biaya produksi atau production cost adalah salah satu aspek yang penting dan harus mendapatkan perhatian serius.
Jika tidak, bisnis yang Anda bangun tidak akan menghasilkan profit yang diinginkan.
Dalam penyusunan harga jual dari produk yang Anda produksi, Biaya produksi memegang peran penting.
Dengan perhitungan yang baik, Anda bisa menetapkan harga jual yang tepat untuk setiap produk yang diproduksi.
Lakukan dengan benar, maka keuntungan yang akan didapatkan akan maksimal.
Biaya produksi merupakan aspek penting yang menarik untuk dibahas lebih jauh.
Ada banyak hal yang bisa digali dari hal tersebut, termasuk di dalamnya unsur, teori, jenis, komponen, dan contohnya.
Untuk mendapatkan pemahaman yang baik mengenai biaya produksi, Anda bisa menyimak penjelasannya di sini.
Apa Itu Biaya Produksi?
Biaya produksi dapat diartikan sebagai biaya yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan untuk melakukan dan menyelesaikan semua proses produksi, dari mulai pembelian bahan baku, pengolahan, sampai produk berhasil diproduksi, dipasarkan, dan dijual.
Jenis biaya ini mutlak ada pada kegiatan produksi produk.
Semua perusahaan yang beroperasi di bidang produksi (pabrik contohnya) pasti mengeluarkan jenis biaya ini.
Penghitungan dilakukan bukan hanya dengan tujuan mengetahui berapa modal yang diperlukan untuk memproduksi sebuah produk, tetapi juga untuk menentukan harga jual dari produk.
Setelah biaya dihitung dengan baik, perusahaan kemudian akan bisa menentukan harga jual produk yang tentu bisa menutupi biaya yang dikeluarkan ditambah persentase keuntungan yang didapat.
Biaya produksi juga akan digunakan sebagai bahan evaluasi dan analisis proses produksi dan profit.
Dan bisa mengalami penurunan maupun peningkatan sesuai dengan situasi dan keuntungan yang diinginkan.
Jika memang mungkin, Biaya produksi bisa dibuat seoptimal mungkin dengan tujuan peningkatan profit. Serta bisa ditingkatkan untuk meningkatkan kualitas produk yang dijual.
Biaya ini dihitung dengan menjumlahkan semua biaya yang diperlukan dari awal proses produksi sampai akhir proses produksi.
Biaya-biaya yang umumnya dihitung dalam proses produksi adalah biaya tetap (sewa gedung, gaji karyawan), material, dan biaya penunjang (operasional, perawatan mesin, dll).
Baca Juga : Pengertian Manajemen Biaya
Unsur Biaya Produksi
Terdapat 3 unsur yang memberi pengaruh besar. Ketiga unsur tersebut adalah bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik.
Masing-masing unsur memiliki kekhususannya masing-masing.
Berikut adalah penjelasan 3 unsur biaya produksi yang harus diketahui.
1. Bahan Baku Langsung
Bahan baku langsung atau direct material adalah bahan yang berbentuk fisik (jelas rupanya) dan diproses menjadi bagian barang jadi.
Jenis bahan baku ini juga dapat dilihat asal muasalnya sebagai barang jadi dengan cara yang simpel dan ekonomis.
Bahan baku langsung mudah untuk diidentifikasi dan terlihat jelas.
Biaya bahan baku adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku atau material yang digunakan untuk memproduksi sebuah produk.
Bahan baku ini bentuknya cukup beragam, dari yang berbentuk mentah atau raw material. Biaya bahan sudah termasuk biaya pengiriman dan biaya penunjang lainnya.
2. Tenaga Kerja Langsung
Bahan baku tidak mungkin bisa diproses menjadi barang jadi tanpa kerja dari tenaga kerja langsung atau direct labor.
Para pekerja ini melakukan kegiatan produksi dengan tujuan mengokonversi bahan baku menjadi produk jadi. Pada bahan baku, biaya yang dikeluarkan adalah biaya pembelian bahan/material.
Sementara di sini, biaya yang dikeluarkan berupa gaji dengan tujuan ganti dan apresiasi dari hasil kerjanya dalam proses produksi.
Tenaga kerja langsung masuk dalam kategori biaya sumber daya manusia (SDM).
Gaji dan upah lain yang diberikan perusahaan kepada pekerjanya bisa per jam, hari, minggu, atau bulan.
3. Overhead Pabrik
Dalam produksi, terdapat unsur biaya manufaktur yang tidak terlihat langsung pada pengeluaran tertentu.
Dalam laporan keuangan, umumnya terdapat overhead pabrik atau factory overhead yang umumnya menyertakan seluruh biaya manufaktur tanpa menyertakan unsur bahan baku dan SDM dalam produksi.
Overhead pabrik bisa dilihat sebagai biaya hal yang tidak termasuk dalam kedua unsur sebelumnya.
Contohnya pemeliharaan mesin, asuransi, operasional, amortisasi, depresiasi, dan reparasi mesin.
Semakin besar biaya overhead pabriknya, maka semakin besar pula biaya produksi sebuah perusahaan.
Baca Juga : Pengertian dan Jenis Biaya Overhead
Jenis Biaya Produksi
Terdapat banyak jenis biaya produksi yang pada akhirnya akan dipertimbangkan untuk menentukan harga jual produk.
Jenis ini bervariasi, dari mulai mulai biaya tetap sampai biaya marjinal.
Penting bagi Anda untuk mengetahui dan mempelajari jenis-jenisnya. Berikut penjelasannya lebih jauh.
1. Biaya Tetap
Biaya tetap atau fixed cost adalah biaya yang dikeluarkan dalam jangka waktu tertentu (umumnya bulanan) oleh perusahaan dengan jumlah yang tidak mengalami perubahan.
Karena relatif tidak mengalami perubahan, maka biaya ini disebut biaya tetap.
Biaya tetap memiliki sifat pasti dan jadi biaya yang reguler.
Selalu terdapat ruang di anggaran untuk membayar biaya tetap.
Biaya tetap bisa mengalami penurunan, namun umumnya memiliki kecenderungan mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya proses produksi di pabrik.
Contoh dari fixed cost adalah gaji karyawan, biaya sewa alat, dan biaya sewa gedung.
2. Biaya Variabel
Pengertian biaya variabel atau variable cost adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan dengan besaran yang bergantung pada jumlah produksi barang yang diinginkan.
Biaya variabel ini akan mengikuti jumlah produksi dari produk yang diminta.
Semakin tinggi produksinya, maka semakin besar biaya produksinya.
Sebaliknya, semakin rendah produksinya, maka biaya produksi akan semakin rendah.
Biaya variabel merupakan salah satu biaya yang umumnya dijadikan pertimbangan utama memberikan harga produk dalam hitungan per unitnya.
Contoh terbaik dari biaya variabel adalah biaya bahan baku dan material.
Pada praktiknya, sebuah perusahaan akan melakukan bahan baku dan material sesuai dengan permintaan.
Bahan baku dan material yang dibeli akan bergantung pada kebutuhan jumlah produksi.
Pada satu momen, Anda bisa memproduksi produk-produk dalam jumlah banyak dengan biaya variabel tinggi.
Di momen lain, Anda bisa memproduksi produk dalam kuantitas rendah, pembelian material rendah, dan biaya variabel pasti menurun.
Biaya variabel akan selalu mengalami perubahan, bahkan dinamikanya bisa tinggi dan cepat. Perusahaan harus mampu membuat kalkulasi akurat mengenai biaya variabel produksi.
3. Biaya Marjinal
Biaya marjinal atau marginal cost adalah biaya ekstra yang dikeluarkan perusahaan untuk membuat proses produksi mengalami peningkatan.
Jenis biaya marjinal didapatkan dengan menambahkan biaya variabel ketika proses produksi dan bisa ditentukan setelah biaya tetap dan variabel sudah diketahui sebelumnya.
Biaya marjinal dihitung dengan cara peningkatan biaya dibagi dengan perubahan jumlah pada target produksi.
Jenis biaya ini umumnya berfungsi memaksimalkan kegiatan operasional.
Biaya ini membuat perusahaan beroperasi lebih efektif dalam produksi produk dengan profit lebih maksimal.
4. Biaya Rata-rata
Biaya rata-rata atau average cost adalah biaya dimana barang per unit berasal dari seluruh biaya produksi kemudian dibagi jumlah barang yang dihasilkan dari proses produksi.
Jenis biaya ini diperlukan untuk menentukan persentase profit yang ingin dicapai.
Biaya rata-rata akan dibandingkan dengan biaya tetap.
Perbandingan biaya rata-rata dengan biaya tetap dilakukan untuk memberi pertimbangan ketika pengambilan keputusan.
Setelah perbandingan dilakukan dan diketahui hasilnya antara biaya rata-rata dengan biaya tetap, perusahaan kemudian bisa menentukan berapa profit ideal yang ingin didapatkan.
5. Biaya Total
Sesuai dengan namanya, biaya total adalah jumlah dari biaya tetap dan biaya variabel.
Biaya total merupakan semua biaya yang harus dikeluarkan selama proses dilakukan.
Biaya total tentu baru akan diketahui ketika proses sesudah mampu menghasilkan produk yang sudah siap dijual.
Dalam perhitungannya, biaya total sudah mengandung semua jenis biaya, dari biaya bahan baku, operasional, sampai biaya pemasaran.
Semuanya akan dijumlah dan ditetapkan sebagai biaya total.
Semua jenis biaya tersebut pasti Anda temukan dan akan Anda hitung dalam proses produksi.
Teori Biaya Produksi
Terdapat 2 teori yang wajib Anda ketahui. Keduanya adalah Full Costing dan Variable Costing.
Mengetahui kedua teori produksi tersebut akan membuat Anda bisa melakukan perhitungan dengan baik dan akurat.
Berikut adalah penjelasan lebih jauh dari kedua teori tersebut.
1. Variable Costing
Perhitungan yang hanya melibatkan variabel dengan unsur production yang sama disebut variable costing.
Dalam praktiknya, tidak banyak perusahaan yang menggunakan teori yang satu ini.
Alasannya adalah biaya tetap tidak akan muncul nantinya. Teori satu ini memang tidak begitu populer.
2. Full Costing
Jika variable costing tidak populer dan jarang digunakan perusahaan bisnis dalam perhitungan biaya produksi, maka hal berbeda terjadi pada teori full costing.
Teori ini merupakan teori yang populer dan banyak digunakan.
Menghitung Biaya produksi dengan full costing memang lebih aman dan nyaman.
Full costing adalah sebuah metode perhitungan Biaya produksi dengan menjumlahkan semua unsur yang ada dalam perilaku tetap dan variabel.
Sederhananya, semua biaya bahan baku, SDM (tenaga kerja/karyawan), dan overhead pabrik akan dijumlahkan sehingga muncul biaya full costing.
Dalam menghitungnya, Anda bisa menggunakan salah satu teori atau metode di atas. Full costing memang sederhana dan jadi favorit dalam perhitungan biaya produksi.
Di sini, Anda bisa melihat ilustrasi perhitungan dengan teori di atas untuk mendapat gambaran yang lebih jelas.
Contoh Perhitungan Biaya Produksi
Di antara tujuan menetapkan biaya produksi adalah sebagai acuan besaran harga pokok.
Perhitungan dilakukan selama proses pengolahan produk berlangsung.
Untuk memahami lebih jauh dan penerapannya di dunia bisnis, Anda bis menyimak contoh penerapannya di sini.
Contoh penerapan biaya produksi di sini terjadi di industri makanan dan minuman, dengan keluaran (output) berupa serbuk minuman rasa jeruk.
Sebuah perusahaan minuman rasa-rasa memproduksi minuman serbuk rasa jeruk Garut dengan keluaran barang jadi dalam waktu 1 bulan sebanyak 5.000 pack.
Berikut adalah rincian dari biaya produksi pembuatan serbuk minuman rasa jeruk tersebut.
- Biaya SDM langsung: Rp 3.000.000.
- Biaya upah keamanan selama proses produksi: Rp 1.500.000.
- Biaya bahan baku: Rp 10.000.000.
- Biaya sewa pabrik: Rp 1.500.000.
Untuk menghasilkan 1.000 pack serbuk minuman rasa jeruk diperlukan biaya sebesar Rp 16.000.000.
Biaya produksi yang diperlukan per unit adalah Rp 16.000.000 dibagi 5.000 pack (16.000.000:5.000) yang hasilnya adalah Rp 3.200.
Harga jual dari serbuk rasa jeruk tersebut bisa ditentukan dari biaya per unit.
Biaya per unit tersebut bisa ditambah persentase keuntungan.
Contohnya, harga jual ditentukan dari biaya per unit (Rp 3.200) ditambah persentase keuntungan (50%), maka harga jual per unitnya adalah Rp 3.200 + (50% x Rp 3.200) = Rp 4.800. Harga jual per unitnya minuman serbuk rasa jeruk adalah Rp 4.800.
Cara Menghitung dan Rumus Biaya Produksi
Untuk memahami bagaimana menghitung sebuah biaya produksi, sebuah contoh atau ilustrasi harus kembali digunakan.
Hal tersebut dilakukan untuk mempermudah Anda memahami rumus dan perhitungannya.
Biaya produksi sendiri bisa dihitung dalam beberapa tahapan, contoh di sini ada 4 tahap.
Sebuah perusahaan bernama PT Sentosa Jaya akan melakukan perhitungan biaya produksi selama satu bulan.
PT Sentosa Jaya adalah perusahaan yang bergerak di bidang sandang, khususnya dalam produksi baju tidur anak.
Perusahaan tersebut mampu memproduksi sebanyak 6.000 unit baju tidur anak per bulan.
Agar lebih jelas, berikut adalah laporan pengeluaran dari produksi baju tidur anak di PT Sentosa Jaya.
- Persediaan bahan-bahan: Rp 25.000.000.
- Bahan baku kondisi setengah jadi: Rp 45.000.000.
- Barang jadi siap jual: Rp 75.000.000.
- Pembelian persediaan material: Rp 45.000.000.
- Biaya pengiriman: Rp 6.000.000.
- Pemeliharaan peralatan: Rp 6.000.000.
- Gaji pegawai langsung: Rp 40.000.000.
- Sisa bahan baku dan bahan setengah jadi: Rp 35.000.000.
- Sisa bahan setengah jadi: Rp 6.000.000.
- Baju tidur anak siap jual: Rp 30.000.000.
Berdasarkan laporan pengeluaran di atas, biaya produksi dapat dibayar dalam 4 tahap berikut ini.
Tahap 1
Rumus:
Biaya Bahan Baku = Saldo Awal Bahan Baku + Pembelian Bahan Baku – Saldo Akhir Bahan
Perhitungan:
Biaya Bahan Baku = Rp 25.000.000 + (Rp 45.000.000 + Rp 6.000.000) – Rp 35.000.000 = Rp 41.000.000. Berdasarkan perhitungan tersebut, biaya bahan bakunya adalah Rp 41.000.000.
Tahap 2
Rumus:
BP = Bahan Baku + Gaji Pegawai Langsung + Biaya Overhead
Perhitungan:
BP = Rp 41.000.000 + Rp 40.000.000 + Rp 6.000.000 = Rp 87.000.000. Berdasarkan perhitungan tersebut, BP nya adalah Rp 87.000.000.
Rumus:
BP per Unit = BP : Total Unit.
Perhitungan:
BP per Unit = Rp 87.000.000 : 6.000 = Rp 14.500. Berdasarkan perhitungan tersebut, BP per unitnya adalah Rp 14.500.
Tahap 3
Rumus:
Harga Pokok Produksi = Total BP + Saldo Awal Persediaan – Saldo Akhir
Perhitungan:
Harga Pokok Produksi = Rp 87.000.000 + Rp 45.000.000 – Rp 6.000.000 = Rp 126.000.000. Berdasarkan perhitungan tersebut, harga pokok produksinya adalah Rp 126.000.000.
Tahap 4
Rumus:
Harga Pokok Penjualan = Harga Pokok Produksi + Persediaan Barang Awal – Persediaan Akhir
Perhitungan:
Harga Pokok Penjualan = Rp 87.000.000 + Rp 75.000.000 – Rp 45.000.000 = Rp 117.000.000. Berdasarkan perhitungan tersebut, harga pokok penjualannya adalah Rp 117.000.000.
Keterangan
- BP : Biaya Produksi
Berdasarkan rumus dan ilustrasi perhitungan di atas, Anda bisa membayangkan bagaimana caranya menghitung hal tersebut pada perusahaan atau bisnis yang akan Anda kerjakan.
Ilustrasi tersebut bisa membantu Anda dalam melakukan perhitungan biaya produksi dengan baik.
Melakukan perhitungan dengan baik bisa membuat usaha yang Anda kerjakan memiliki hasil yang baik. Perhitungan yang dilakukan harus akurat dan tidak meleset.
Kesalahan perhitungan bisa mengakibatkan kerugian yang akan berdampak pada peberlangsungan bisnis Anda.