Mitigasi Risiko dalam Bisnis: Ini Penyebab & Cara Melakukannya

Pengertian, Jenis-Jenis, Manfaat, dan Tips Melakukan Mitigasi Risiko Bisnis

Dalam menjalankan sebuah usaha, tentu tidak pernah terlepas dari risiko. Risiko ini merupakan konsekuensi dari dampak adanya ketidakpastian yang dapat merugikan pelaku usaha. Untuk mengatasi hal tersebut, perlu adanya mitigasi risiko.

Mitigasi adalah tindakan yang dapat meminimalisir dampak dari sebuah bencana, baik yang terjadi pada alam, usaha, investasi, dan lain sebagainya.

Tindakan-tindakan tersebut harus disusun secara terencana agar pelaksanaannya menjadi tepat sasaran.

Perusahaan biasanya mengidentifikasi risiko terlebih dahulu, mengukur tingkat kerugian, membuat strategi, hingga mengalihkan kerugian pada perusahaan asuransi.

Semakin efektif mitigasi yang telah dibuat, maka semakin kecil kerugian yang akan terjadi.

Pengertian Mitigasi, Risiko, dan Mitigasi Risiko

Pengertian Mitigasi, Risiko, dan Mitigasi Risiko

Mitigasi adalah upaya mengenali, memahami, dan membuat perencanaan untuk mencegah meminimalisir sebuah risiko.

Sementara itu, risiko merupakan dampak atau akibat dari sebuah proses yang sedang berlangsung atau akan terjadi di kemudian hari.

Jadi, mitigasi risiko adalah upaya mengenali, memahami, dan membuat perencanaan untuk meminimalisir dampak dari sebuah proses, baik yang sedang atau akan terjadi.

Upaya cenderung berbeda setiap perusahaan tergantung faktor yang mempengaruhinya.

Penyebab Terjadinya Risiko

Penyebab Terjadinya Risiko

Secara umum, faktor penyebab terjadinya risiko ada 2, yaitu bencana (perils) dan bahaya (hazard).

Risiko yang disebabkan karena bencana, antara lain gempa, banjir, tanah longsong, dan peristiwa lain yang terjadi pada alam. Sementara itu, risiko dari faktor bahaya terdiri dari beberapa jenis, seperti:

1. Bahaya fisik (physical hazard)

Faktor bahaya fisik berhubungan dengan peralatan dan fasilitas kantor yang gagal.

Misalnya, pesawat terbang yang jatuh, tabung gas meledak, mobil mogok tiba-tiba, kapal yang tenggelam, dan lain-lain.

2. Bahaya moral (moral hazard)

Faktor bahaya moral merujuk pada pihak-pihak tertentu yang bersikap tidak jujur, tidak disiplin, dan tidak berhati-hati sehingga berdampak pada perusahaan. Faktor ini mencerminkan tingkat profesional kerja seseorang

3. Bahaya karena peraturan atau hukum (legal hazard)

Faktor ini muncul karena adanya sikap tidak patuh terhadap regulasi atau undang-undang yang berlaku, baik pada tingkat negara maupun pada daerah setempat.

Jenis-Jenis Risiko Bisnis

Jenis-Jenis Risiko Bisnis

Setiap bisnis, memiliki tingkat dan jenis risiko masing-masing. Risiko ini bisa berupa skala kecil yang tidak terlalu mengganggu hingga skala besar yang dapat mendatangkan kerugian bagi perusahaan.

Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis dari risiko bisnis, silakan baca uraian berikut.

1. Risiko Strategik

Risiko strategik adalah ketidakpastian yang muncul akibat strategi yang tidak matang dan objektif dalam menjalankan sebuah bisnis.

Sebuah strategi sangat dibutuhkan untuk mengatasi berbagai hal yang terjadi pada perusahaan, termasuk munculnya pesaing (kompetitor).

Misalnya, perusahaan Anda memproduksi air mineral kemasan botol merek A dengan keunggulan pada kemasan yang ramah lingkungan.

Dalam hal ini, jika muncul produk dengan branding yang sama, Anda wajib memiliki strategi untuk mengatasi hal tersebut.

Solusinya yang paling umum dilakukan adalah analisis SWOT untuk mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, kesempatan, hingga ancaman yang berpotensi untuk mengancam keberlangsungan bisnis.

Setelah itu, tentukan cara mengatasinya dan jalankan sesuai dengan rencana.

2. Risiko Operasional

Risiko operasional merujuk pada kegiatan sehari-hari perusahaan, baik secara perseorangan, teknis maupun tim.

Misalnya, karyawan salah dalam menulis jumlah dalam pembukuan. Angka yang seharusnya ditulis adalah Rp200.000.000, namun yang terbaca Rp20.000.000.

Risiko ini juga dapat terlihat saat terjadinya error pada website sehingga beberapa pelanggan tidak dapat mengakses pesanan mereka.

Atas kejadian tersebut, keduanya berpotensi mendatangkan kerugian bagi perusahaan dan mampu menghambat beberapa kerja operasional lainnya.

Cara mengatasi risiko operasional adalah menggunakan sumber daya manusia yang telah terlatih dan profesional.

Selain itu, perusahaan juga dapat melakukan revitalisasi terhadap aspek-aspek yang berhubungan dengan kegiatan operasional secara rutin dalam jangka waktu tertentu.

3. Risiko Kepatuhan

Risiko kepatuhan biasanya muncul karena adanya permasalahan antara perusahaan terhadap aturan yang ditetapkan oleh pemerintah.

Hal ini dapat menyebabkan adanya sanksi ringan (teguran atau denda) hingga sanksi berat (penutupan perusahaan atau hukuman penjara).

Contoh dari kasus ini adalah pembukaan bisnis minuman beralkohol pada suatu daerah yang telah dilarang.

Jika Anda memutuskan untuk menjualnya, tentu akan bertentangan dengan regulasi setempat. Oleh karena itu, perusahaan bisa terkena sanksi atas tindakan tersebut.

Solusi untuk mengatasi risiko kepatuhan adalah mengenali dan mempelajari dengan baik setiap aturan yang berlaku dalam daerah setempat.

Usahakan untuk mendapatkan surat mendirikan usaha terlebih dahulu sehingga bisnis ada bisa dijalankan dengan baik tanpa halangan apapun.

4. Risiko Finansial

Risiko finansial terkait dengan keuangan perusahaan, baik biaya ekstra maupun kerugian akibat kondisi tertentu.

Perlu diketahui, ini cukup berbahaya karena bisa mendatangkan hutang produktif atau non-produktif dalam jumlah yang besar. Jika tidak berhasil teratasi, maka berpotensi kebangkrutan.

Misalnya, sebagian besar pemasukan perusahaan XY berasal dari pungutan kredit beberapa klien setiap bulannya.

Namun, karena terjadi krisis, klien-klien tersebut tidak membayar dalam beberapa bulan. Akibatnya, perusahaan XY akan mengalami krisis finansial.

Mitigasi risiko finansial dapat dilakukan dengan menentukan besar risiko terlebih dahulu. Lakukan transaksi dengan bunga atau jumlah kredit yang standar.

Selain itu, semaksimal mungkin untuk menghindari pengambilan utang dalam bentuk apapun, terlebih dalam jumlah besar.

5. Risiko Reputasional

Risiko reputasional adalah hal-hal yang dapat mengancam nama baik sebuah perusahaan. Jika reputasi perusahaan baik, maka nilai jualnya di mata masyarakat menjadi tinggi yang secara langsung dapat menarik banyak pelanggan.

Sementara itu, jika reputasinya buruk, maka para pelanggan menjadi tidak tertarik untuk menggunakan produk atau jasa dari perusahaan itu.

Apabila hal ini terjadi secara berkelanjutan, tingkat kerugian menjadi sangat tinggi baik secara operasional maupun finansial.

Contoh dari kasus ini adalah adanya karyawan yang bersikap tidak sopan atau jujur terhadap pelanggan.

Akibatnya, pelanggan tersebut merasa rugi dan mengunggahnya ke sosial media. Selain menyoroti pelaku, tentu nama perusahaan tempat pelaku bekerja juga ikut terseret.

Akibatnya, reputasi buruk akan terpasang untuk perusahaan. Pemasukan menjadi minim, para investor kemungkinan besar akan mencabut investasi dananya, hingga karyawan yang tidak nyaman memutuskan untuk mengundurkan diri.

Tindakan efektif untuk mencegah terjadinya risiko reputasional adalah menegaskan kepada setiap karyawan untuk berlaku jujur dan baik.

Jaga kualitas produk agar tetap terjamin dan berikan pelayanan terbaik kepada setiap pelanggan yang berkunjung.

Baca Juga: Risiko Usaha : Pengertian, Jenis dan Cara Mengidentifikasinya

Manfaat Mitigasi Risiko

Manfaat Mitigasi Risiko

Dalam sebuah bisnis, mitigasi menjadi salah satu hal yang membantu perusahaan agar terlindungi dari berbagai masalah.

Tindakan yang diambil berdasarkan faktor penyebab dan diproses sesegera mungkin. Nah, berikut ini terdapat beberapa manfaat dari mitigasi risiko sebuah bisnis.

1. Membantu perusahaan mencapai visi, misi, dan tujuan

Tujuan, visi, serta misi setiap perusahaan dapat dicapai jika seluruh elemen yang ada didalamnya bekerja dengan baik dan konsisten.

Dengan adanya mitigasi, maka segala masalah yang sedang atau akan muncul dapat segera teratasi sebelum akhirnya berakibat fatal.

2. Mencegah kebangkrutan

Ancaman kebangkrutan dalam sebuah bisnis dapat disebabkan oleh berbagai hal, baik manusia, teknis, maupun keuangan (finansial).

Jika melakukan mitigasi terlebih dahulu, maka perusahaan akan lebih berhati-hati dalam mengelola bisnisnya untuk meminimalisir kerugian yang ada.

3. Meningkatkan keuntungan

Tujuan utama dari sebuah bisnis adalah mendapatkan untung sebanyak mungkin. Namun, hal ini tentu berbanding lurus dengan mutu produk dan pelayanan oleh sumber daya manusianya.

Mitigasi risiko dapat menjadi solusi untuk meningkatkan keuntungan perusahaan dengan analisis objektifnya.

4. Menjaga kepercayaan stakeholder dan pelanggan

Stakeholder merupakan pihak pemangku kepentingan yang memberikan pengaruh besar dalam perusahaan.

Dengan menjaga kepercayaan pelanggan serta orang-orang tersebut, maka reputasi bisnis Anda menjadi bagus dan produk menjadi bernilai jual tinggi.

5. Menjadi pedoman dalam penyusunan strategi

Setelah menganalisis risiko yang mungkin muncul, maka perusahaan dapat menjadikan hal tersebut sebagai acuan atau pedoman untuk penyusunan strategi di masa mendatang.

Misalnya, kasus yang terjadi saat ini tidak akan terjadi lagi kedepannya karena upaya pencegahannya sudah ada.

6. Meningkatkan kualitas pengambilan keputusan

Dengan melakukan mitigasi, setiap risiko yang ada dapat membuat setiap orang yang terlibat dalam bisnis untuk lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan.

Tidak ada keputusan mendadak yang berpotensi mendatangkan risiko yang lebih besar. Semuanya dikelola dengan matang terlebih dahulu.

7. Meningkatkan rasa aman bagi pemimpin dan seluruh karyawan

Mitigasi risiko dapat meningkatkan rasa aman bagi pemimpin dan seluruh karyawan yang bekerja. Hal ini terjadi karena kondisi perusahaan cenderung stabil dan telah siap menghadapi segala risiko.

Oleh karena itu, kekhawatiran akan terjadinya hal-hal diluar kendali menjadi kecil.

Tips Melakukan Mitigasi Risiko

Tips Melakukan Mitigasi Risiko

Untuk melakukan mitigasi risiko, Anda perlu memperhatikan beberapa tips agar mendapatkan hasil yang maksimal dan efektif.

Dengan demikian, saat menghadapi permasalahan tertentu, bisnis akan lebih siap dan tidak memberikan dampak yang sangat besar. Tips-tips tersebut diantaranya:

1. Mengidentifikasi risiko

Anda harus mengidentifikasi dan membuat gambaran terkait risiko apa saja yang mungkin terjadi pada perusahaan. Risiko tersebut harus dilihat dari segala sisi, baik operasional, finansial, sumber daya manusia, produksi, pemasaran, dan lain-lain.

Setiap orang yang bertanggung jawab pada divisi masing-masing bisa melaporkan kendala yang sedang atau mungkin akan terjadi. Hasil dari identifikasi yang telah dilakukan berupa daftar setiap risiko.

2. Mengurutkan risiko

Setelah memiliki daftar, tips selanjutnya adalah mengurutkan risiko tersebut berdasarkan tingkat kerugian.

Mulailah dari dampak terburuk agar lebih fokus untuk menganalisa dan mencari solusi alas dampak apa saja yang membahayakan bagi bisnis, karyawan, maupun lingkungan.

Jika satu risiko sudah selesai, maka perhatikan risiko lain hingga yang berdampak paling kecil. Hindari untuk mengabaikan risiko sekecil apapun karena akan berpotensi untuk terjadi lagi untuk kedepannya.

3. Mengontrol risiko

Untuk melakukan mitigasi risiko, Anda dapat mengontrolnya dengan 4 cara, yaitu acceptance, avoidance, limitation, dan transference. Keempat cara ini merupakan bentuk respon dari setiap perusahaan saat menghadapi risiko tertentu.

  • Acceptance (menerima)

Langkah mitigasi pertama adalah acceptance (menerima). Umumnya risiko yang mungkin akan terjadi tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perusahaan. Oleh karena itu, hanya diterima dan dibiarkan saja untuk terjadi.

Contoh mitigasi risiko acceptance adalah adanya kesalahan perhitungan untuk pembayaran produk pelanggan dalam jumlah kecil.

Setelah mencari tahu, ternyata kesalahan tersebut murni dari karyawan, sehingga mau tidak mau risikonya harus tetap diterima.

  • Avoidance (menghindari)

Perusahaan akan melakukan berbagai cara untuk menghindari terjadinya resiko ini. Dampak yang ditimbulkan cukup besar terhadap perusahaan, termasuk kerugian keuangan. Secara sederhana, risiko seperti ini tidak diharapkan untuk terjadi.

Dampak buruk dari sikap avoidance ini adalah membuat seseorang atau bisnis menjadi tidak berkembang. Misalnya, Anda tidak ingin menghadapi risiko apapun, jadi memutuskan untuk tidak memulai bisnis.

Contoh lain, saat terjadi masalah besar pada bisnis yang mengancam kebangkrutan. Oleh karena tidak ingin terkena dampaknya, Anda langsung memutuskan untuk menutup atau menjual usaha kepada orang lain dengan harga yang murah.

  • Limitation (terbatas)

Langkah mitigasi risiko selanjutnya adalah limitation (terbatas). Perusahaan mengetahui bahwa risiko tersebut pasti akan terjadi, memiliki dampak yang cukup besar, dan tidak dapat dihindari.

Langkah tepat untuk menghadapinya yaitu meminimalisir efek yang ditimbulkan.

Misalnya, keberadaan alarm kebakaran dalam sebuah gedung. Bunyi alarm tidak dapat menghentikan kebakaran tersebut, namun dapat memberikan peringatan agar orang-orang yang ada di tempat itu bisa segera menyelamatkan diri dan menghubungi pemadam kebakaran.

  • Sharing (membagi)

Tidak semua risiko dalam bisnis harus ditanggung oleh satu orang saja. Akan tetapi, seluruh orang yang terlibat memiliki kewajiban untuk berkontribusi dalam menghadapi risiko yang akan terjadi.

Membagi juga akan membuat pekerjaan menjadi lebih mudah dan terkontrol.

Bentuk dari sharing dapat dilihat saat usaha terkena kendala untuk meningkatkan nilai jual produk.

Anda bisa mencari partner yang ahli dalam bidang desain untuk membuat kemasan baru yang lebih menarik. Jangan lupa untuk meminta anak pemasaran melakukan branding secara maksimal.

Pemilihan partner juga harus tepat, sesuai dengan visi dan misi bisnis. Hindari partner yang tidak dapat bekerja secara tim atau pasif. Dalam menjalankan kegiatan, ciptakan suasana kerja yang menyenangkan dan bersahabat.

  • Transference (pengalihan)

Selain tiga hal sebelumnya, langkah yang ditempuh perusahaan saat adanya risiko adalah transference (mentransfer).

Dengan cara ini, perusahaan tidak akan menyelesaikannya sendiri, namun meminta pihak lain yang mau dan mampu untuk melakukannya.

Misalnya, barang yang mudah pecah akan dikirim ke pelanggan ke alamat yang cukup jauh.

Perusahaan memutuskan untuk menggunakan jasa pengantar yang memiliki asuransi daripada mengantarnya sendiri. Hal ini bertujuan untuk menghindari kerugian akibat barang yang pecah.

Contoh lain yaitu pada penggunaan asuransi kesehatan. Anda mempercayakan kepada pihak asuransi untuk memberikan layanan kesehatan dengan cara membayar dalam jumlah tertentu secara rutin.

Apabila Anda sakit, maka polis tersebut yang akan menutupi biaya pengobatan.

4. Monitoring dan review risiko

Setelah berhasil mengidentifikasi dan menentukan strategi pada risiko, tips selanjutnya adalah melakukan monitoring dan review. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah mitigasi yang telah dibuat tepat sasaran atau tidak.

Apabila daftar risiko tersebut benar-benar terjadi dan bisnis Anda bisa melewatinya dengan baik, maka dapat disimpulkan bahwa langkah mitigasi tersebut telah benar.

Dengan demikian, dapat menjadi acuan atau pembelajaran saat terjadi kendala yang sama nantinya.

Namun, jika bisnis Anda terkena dampak yang cukup besar dari strategi yang telah dijalankan, maka mitigasi tersebut kurang tepat.

Segera lakukan identifikasi dan strategi baru untuk mempertahankan keberlangsungan bisnis. Jangan lupa meminta bantuan kepada orang yang profesional.

Melakukan mitigasi adalah upaya untuk menyusun strategi agar bisnis tetap bisa bertahan dalam kondisi apapun.

Upaya ini bisa bermacam-macam mulai dari paling berisiko hingga kurang berisiko. Meskipun demikian, segala sesuatu yang berhubungan dengan risiko tetap menjadi perhatian.

Tips-tips melakukan mitigasi risiko yaitu mengidentifikasi, mengurutkan dari kerugian terbesar, mengontrol, serta monitoring dan review. Adapun untuk mengontrol risiko dapat dilakukan dengan acceptance, avoidance, limitation, dan transference.

Bagikan:

Tags

Joko Warino

Seorang praktisi SEO (Search Engine Optimization) dari tahun 2013 yang selalu berusaha meningkatkan kemampuan seiring dengan perubahan logaritma yang dilakukan oleh Google.

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.