Strategi Disaster Recovery untuk Database

Strategi Disaster Recovery untuk Database

Disaster recovery (DR) adalah proses yang merujuk pada pemulihan sistem IT setelah terjadinya kegagalan atau bencana.

Dalam konteks database, strategi disaster recovery sangat penting untuk memastikan bahwa data yang disimpan dalam basis data tetap aman dan dapat dipulihkan setelah kejadian tak terduga seperti kegagalan perangkat keras, bencana alam, serangan siber, atau kesalahan manusia.

Baca Juga : 7 Manfaat Manajemen Kinerja Berbasis Data dalam Dunia Bisnis

Strategi Disaster Recovery untuk Database

Berikut ini adalah strategi disaster recovery yang umum digunakan untuk database:

1. Backup dan Restore

Backup dan restore adalah salah satu strategi DR yang paling dasar.

Dalam hal ini, salinan data (backup) disimpan di tempat yang aman di luar lokasi fisik database utama.

Backup dilakukan secara teratur, baik secara harian, mingguan, atau sesuai kebutuhan.

Saat terjadi kegagalan, data dapat dipulihkan dari salinan cadangan terbaru. Meskipun strategi ini sederhana, tetapi waktu pemulihan dapat memakan waktu, terutama jika jumlah data yang besar perlu dipulihkan.

Selain itu, ada risiko kehilangan data terkini jika interval backup tidak sesuai dengan frekuensi perubahan data.

2. Replication

Replication melibatkan penggandaan data secara real-time dari basis data utama ke lokasi cadangan.

Strategi ini membantu memastikan ketersediaan data yang lebih cepat saat terjadi kegagalan.

Ada beberapa jenis replikasi, termasuk replikasi sinkronis dan asinkronis. Replikasi sinkronis menjamin bahwa data di kedua lokasi tetap konsisten setiap saat, sementara replikasi asinkronis mungkin memungkinkan adanya sedikit perbedaan antara kedua lokasi.

Replication dapat meningkatkan ketersediaan data tetapi juga meningkatkan biaya dan kompleksitas sistem.

3. Clustering

Clustering melibatkan penggunaan beberapa server database yang bekerja secara bersama-sama dan terhubung satu sama lain.

Jika salah satu server mengalami kegagalan, server lain dapat mengambil alih pekerjaan tersebut.

Strategi ini memungkinkan untuk ketersediaan yang tinggi dan pemulihan yang cepat, karena basis data akan tetap aktif meskipun ada kegagalan pada salah satu server.

Namun, strategi clustering juga memiliki biaya yang tinggi karena melibatkan penggunaan perangkat keras dan perangkat lunak yang canggih. Pemeliharaan dan pengelolaan klaster juga memerlukan keahlian khusus.

4. Pengelolaan Data Center yang Terdistribusi

Pendekatan ini melibatkan penempatan pusat data atau data center di lokasi yang berbeda secara geografis.

Dengan demikian, jika terjadi bencana atau kegagalan di satu lokasi, data masih dapat diakses dari lokasi lain.

Pengelolaan data center yang terdistribusi memastikan redundansi fisik yang signifikan, yang secara efektif meningkatkan ketersediaan data dan meminimalkan risiko kehilangan data akibat bencana lokal.

5. Penggunaan Cloud Disaster Recovery

Dengan meningkatnya popularitas cloud computing, banyak organisasi yang beralih ke solusi disaster recovery berbasis cloud.

Melalui penggunaan layanan cloud, organisasi dapat menyimpan salinan data mereka di infrastruktur cloud yang aman dan andal. Hal ini memungkinkan akses yang cepat dan efisien saat pemulihan diperlukan.

Cloud disaster recovery juga mengurangi biaya infrastruktur fisik yang diperlukan untuk membangun dan menjaga pusat data internal.

6. Penggunaan Teknologi Virtualisasi

Virtualisasi memungkinkan pengelolaan basis data dan aplikasi dalam lingkungan virtual, yang memungkinkan untuk replikasi yang lebih mudah dan pemulihan yang cepat.

Dengan menggunakan teknologi virtualisasi, organisasi dapat memindahkan beban kerja dari satu server ke server lainnya secara instan jika terjadi kegagalan atau bencana.

Teknologi virtualisasi juga dapat mengurangi biaya dan kompleksitas infrastruktur, karena memungkinkan penggunaan sumber daya secara lebih efisien.

7. Penggunaan Teknologi Snapshot

Teknologi snapshot memungkinkan pembuatan salinan cepat dari data yang ada pada titik waktu tertentu.

Dengan menggunakan snapshot, organisasi dapat membuat salinan data yang konsisten tanpa mengganggu operasi yang sedang berlangsung.

Teknologi ini memungkinkan pemulihan cepat dan efisien dengan mengembalikan data ke titik waktu yang tepat sebelum terjadinya kegagalan atau bencana.

8. Penggunaan Point-in-Time Recovery

Strategi ini melibatkan pembuatan salinan data pada waktu tertentu, yang memungkinkan pemulihan basis data ke titik waktu spesifik di masa lalu.

Dengan point-in-time recovery, organisasi dapat memulihkan data ke kondisi yang konsisten sebelum terjadinya kegagalan, serangan, atau kesalahan.

Hal ini memungkinkan pemulihan data tanpa kehilangan perubahan yang terjadi setelah titik waktu pemulihan terakhir.

9. Penggunaan Data Mirroring

Data mirroring melibatkan pembuatan salinan data secara real-time ke sistem atau lokasi cadangan yang berbeda.

Strategi ini memastikan bahwa data tetap tersedia secara instan jika terjadi kegagalan atau bencana.

Dengan menggunakan data mirroring, organisasi dapat mengurangi waktu henti sistem dan mempercepat waktu pemulihan, karena data yang disalin secara real-time akan selalu siap digunakan.

10. Penggunaan Disaster Recovery as a Service (DRaaS)

DRaaS merupakan layanan cloud yang menyediakan solusi disaster recovery yang lengkap.

Dengan menggunakan DRaaS, organisasi dapat menyimpan salinan data mereka di infrastruktur cloud yang andal dan aman.

Layanan ini juga dapat mencakup proses otomatis untuk pemulihan data dan sistem, memastikan waktu henti minimum dan ketersediaan data yang cepat saat terjadi bencana atau kegagalan.

Setiap strategi tersebut memiliki kelebihan dan keterbatasan sendiri. Pemilihan strategi terbaik harus didasarkan pada kebutuhan unik dan persyaratan bisnis dari organisasi, sambil mempertimbangkan anggaran dan sumber daya yang tersedia.

Selain itu, rencana disaster recovery harus selalu diperbarui secara teratur untuk memastikan bahwa mereka tetap relevan dan efektif terhadap perubahan lingkungan bisnis dan teknologi.

Baca Juga : Agar Aman, Inilah Strategi Backup yang Efektif untuk Database

Penutup

Secara keseluruhan, implementasi strategi disaster recovery yang efektif untuk database merupakan bagian integral dari perencanaan dan manajemen risiko dalam setiap organisasi.

Melalui pemilihan dan penerapan strategi yang tepat, organisasi dapat memastikan keamanan, ketersediaan, dan integritas data mereka, bahkan dalam situasi darurat atau bencana yang tidak terduga.

Poin penting yang perlu diingat dari pembahasan di atas adalah bahwa tidak ada pendekatan tunggal yang cocok untuk setiap organisasi.

Keputusan terkait dengan strategi disaster recovery harus didasarkan pada analisis mendalam terhadap kebutuhan bisnis, tingkat kritisitas data, anggaran yang tersedia, dan peraturan kepatuhan yang relevan.

Baca Juga : 9 Strategi Memilih Lokasi Usaha yang Tepat agar Laris Manis

Bagikan:

Rita Elfianis

Menyukai hal yang berkaitan dengan bisnis dan strategi marketing. Semoga artikel yang disajikan bermanfaat ya...

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.