3 Risiko Investasi Reksadana, Strategi dan Cara Meminimalisirnya

Pengertian, Jenis, dan Risiko Investasi Reksadana

Mengetahui apa saja pengertian, keunggulan serta risiko investasi reksadana penting bagi Anda yang ingin mulai berinvestasi.

Di masa sekarang, masyarakat sudah semakin sadar dan memahami bagaimana mengatur uang maupun pendapatan dengan baik. Salah satu caranya yaitu berinvestasi.

Reksadana merupakan salah satu instrumen yang paling banyak diminati sekarang karena kabarnya bisa memberikan keuntungan yang cukup besar.

Namun, tentunya penting juga bagi siapapun untuk mengetahui apa saja keunggulan dan resiko reksadana. Oleh karena itu, akan dibahas lebih lanjut pada artikel kali ini.

Pengertian Reksadana

Pengertian Reksadana

Sebelum membahas tentang apa saja risiko investasi reksadana, penting juga untuk paham apa pengertiannya.

Reksadana merupakan wadah yang dikelola manajer investasi dalam rangka menghimpun dana dari investor atau masyarakat pemodal.

Selanjutnya, dana tersebut diinvestasikan ke banyak instrumen keuangan mulai dari obligasi, saham, maupun pasar uang. Obligasi, saham, dan pasar uang disebut juga dengan portofolio efek yang dikelola atau dipegang manajer investasi.

Tugas manajer investasi sendiri yaitu untuk mengelola investasi reksadana yang telah disepakati. Selain itu, memiliki tanggung jawab untuk kinerja reksadana yang dikelolanya.

Reksadana memang menjadi sebuah alternatif investasi untuk masyarakat atau pemberi modal.

Khususnya, pemodal kecil serta para pemuda yang tidak punya banyak waktu serta keahlian untuk mengelola maupun menghitung risiko investasi reksadana mereka.

Jenis-Jenis Reksadana

Jenis-Jenis Reksadana

Mengetahui risiko investasi reksadana memang penting, sama halnya dengan memahami apa saja jenis reksadana yang ada sekarang.

Tujuannya, supaya memperoleh gambaran ingin mulai menanamkan modal di mana. Berikut ini penjelasannya:

1. Reksadana Pasar Uang

Jenis Reksadana pasar uang dinamakan juga money market funds. Ini adalah jenis yang mana investasinya dilakukan pada efek bersifat hutang dan punya jatuh tempo kurang dari setahun.

Tujuannya sendiri agar menjaga pemeliharaan modal dan likuiditas.

Alokasi investasinya mencapai 100% berupa instrumen pasar uang misalnya deposito, obligasi, atau SBI (sertifikat Bank Indonesia).

Keunggulan jenis investasi ini yaitu punya imbal hasil stabil, sehingga cocok untuk investasi kurang dari 1 tahun.

Resikonya juga kecil dan tidak ada biaya baik untuk pembelian maupun penjualan.

2. Reksadana Pendapatan Tetap

Nama lain dari jenis Reksadana ini yaitu fixed income funds. Reksadana Pendapatan Tetap adalah salah satu jenis reksadana yang memfokuskan investasinya pada efek bersifat utang, seperti obligasi dan surat utang.

Setidaknya 80% dari dana yang diinvestasikan akan dialokasikan pada instrumen tersebut. Selain itu, reksadana ini juga dapat menginvestasikan dana pada surat berharga dengan jangka waktu menengah atau panjang.

3. Reksadana Saham

Jenis reksadana saham sering juga disebut dengan equity funds. Reksadana Saham adalah investasi yang alokasinya minimal 80% di efek ekuitas.

Sebanyak 80% akan diinvestasikan ke saham dan sisanya ke instrumen pasar uang/obligasi. Cocok untuk investasi jangka panjang 5-10 tahun dengan risiko tinggi, namun return yang tinggi pula.

Baca Juga : Apa itu Saham?

4. Reksadana Campuran

Jenis reksadana campuran dinamakan juga dengan Discretionary Funds.

Reksadana Campuran adalah investasi yang mengalokasikan dana investor ke efek ekuitas dan efek utang, seperti saham, obligasi, dan pasar uang.

Masing-masing instrumen diberikan alokasi maksimal 79%. Cocok untuk investasi jangka menengah 3-5 tahun dengan risiko lebih rendah dari reksadana saham, namun return lebih tinggi dari reksadana pendapatan tetap.

Resiko Berinvestasi Reksadana

Resiko Berinvestasi Reksadana

Setelah mengetahui apa itu pengertian dan jenisnya, akan dibahas 10 tentang apa saja risiko investasi reksadana?

Memang, apapun jenis investasinya tetap memiliki resiko tersendiri. Berikut diantaranya:

1. Risiko Nilai Unit Penyertaan yang Berkurang

Risiko investasi reksadana adalah berkurangnya nilai unit penyertaan, disebabkan oleh berbagai faktor seperti penurunan kinerja pasar, fluktuasi nilai tukar, dan kesalahan manajemen investasi.

Hal tersebut bisa membuat para investor mengalami kerugian secara finansial.

Oleh karena itu, investor perlu mempertimbangkan faktor risiko sebelum memutuskan untuk berinvestasi dalam reksadana.

Kemudian, ada baiknya juga melakukan diversifikasi investasi untuk meminimalkan risiko tersebut.

2. Risiko Likuiditas

Risiko Likuiditas Reksadana terjadi ketika investor ingin menjual unit penyertaannya. Namun, tidak ada pembeli di pasar atau tidak ada dana tunai yang tersedia untuk menebusnya.

Hal ini dapat menyebabkan investor kesulitan dalam menjual unit penyertaannya dengan harga yang diharapkan atau bahkan terpaksa menjual dengan harga yang lebih rendah.

Risiko likuiditas dapat mempengaruhi nilai unit penyertaan dan mengurangi potensi keuntungan investasi.

Oleh karena itu, investor perlu mempertimbangkan faktor likuiditas saat memilih jenis reksadana untuk investasi mereka.

3. Risiko Wanprestasi

Risiko wanprestasi atau cidera janji dalam investasi reksadana merujuk pada situasi ketika salah satu pihak yang terlibat dalam transaksi, gagal memenuhi kewajiban yang telah disepakati dalam kontrak. Ini dapat mengakibatkan hilangnya nilai investasi.

Risiko ini dapat melibatkan reksadana, pialang, bank kustodian, agen pembayaran, atau faktor eksternal. Misalnya bencana alam, dan dapat mengakibatkan penurunan nilai NAB dari reksadana.

Baca Juga : Pengertian Wanprestasi

Strategi dalam Meminimalisir Kerugian Investasi Reksadana

Strategi dalam Meminimalisir Kerugian Investasi Reksadana

Setelah mengetahui apa saja resiko dalam investasi reksadana, penting juga untuk paham bagaimana tips untuk meminimalisir kerugian tersebut.

Ada beberapa jarak yang dapat dilakukan oleh Anda sebagai investor, diantaranya sebagai berikut:

1. Memastikan Legalitas

Sebelum berinvestasi, langkah penting yang harus dilakukan untuk menghindari kerugian adalah memeriksa legalitas Manajer Investasi.

Cek juga legalitas produk reksadana yang akan dipilih, pastikan sudah memiliki izin dan terdaftar di OJK.

Selanjutnya, periksa pengalaman dan track record Manajer Investasi melalui prospektus, fund fact sheet, dan media massa atau internet.

Hindari manajer investasi yang menjanjikan imbal hasil tertentu. Kinerja reksadana perlu dipelajari sebelum memilih investasi.

2. Diversifikasi Investasi

Diversifikasi dalam investasi berarti membagi risiko dengan melakukan investasi pada beberapa jenis produk reksadana. Artinya, strategi ini melibatkan penambahan investasi pada jenis produk yang berbeda.

Sebagai contoh, ketika kita berinvestasi pada reksadana saham yang memiliki risiko tinggi. Maka, dapat menambah investasi pada reksadana pasar uang yang resikonya lebih rendah.

Tujuannya, agar meminimalkan risiko dan kerugian dalam investasi.

Dengan diversifikasi, ketika salah satu produk reksadana mengalami penurunan nilai atau kerugian, kita masih memiliki back-up pada produk reksadana yang lain yang nilainya lebih stabil.

3. Memilih Reksadana yang Minim Resiko

Investor pemula atau konservatif disarankan untuk memilih jenis reksadana yang minim risiko, seperti pasar uang.

Alasannya, pasar uang memiliki potensi imbal hasil yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan saham.

Akan tetapi, jenis investasi ini sangat sesuai bagi investor pemula. Terutama, yang belum berpengalaman atau baru memulai belajar investasi, serta memiliki tujuan keuangan jangka pendek.

Dalam berinvestasi di reksadana, ada banyak hal yang perlu diperhatikan agar dapat meminimalisir risiko kerugian.

Mulai dari memahami jenis-jenis reksadana yang ada, memilih Manajer Investasi yang terpercaya, hingga melakukan diversifikasi investasi untuk membagi risiko.

Namun, yang paling penting adalah selalu berinvestasi secara rasional dan jangan terjebak dalam iming-iming imbal hasil yang terlalu tinggi atau janji-janji yang tidak realistis.

Sebagai investor, perlu tahu apa saja risiko investasi reksadana dan punya pemahaman yang cukup sebelum berinvestasi.

Bagikan:

Tags

Joko Warino

Seorang praktisi SEO (Search Engine Optimization) dari tahun 2013 yang selalu berusaha meningkatkan kemampuan seiring dengan perubahan logaritma yang dilakukan oleh Google.

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.