Suku bunga acuan adalah salah satu istilah yang sering dibicarakan dalam dunia keuangan dan perbankan.
Sebagai indikator utama dalam menentukan tingkat suku bunga yang diterapkan oleh bank, suku bunga ini memegang peranan penting dalam perekonomian suatu negara.
Namun, banyak di antara kita yang mungkin belum sepenuhnya memahami apa sebenarnya suku bunga acuan dan bagaimana fungsi serta pengaruhnya terhadap kebijakan moneter dan ekonomi.
Oleh karena itu, artikel ini akan membahas secara lebih rinci mengenai pengertian, fungsi dan dampaknya..
Pengertian Suku Bunga Acuan
Suku bunga acuan merupakan tingkat suku bunga yang ditetapkan oleh bank sentral untuk mengatur jumlah uang yang beredar di masyarakat.
Kebijakan ini menjadi pedoman bagi bank dan lembaga keuangan dalam menentukan bunga produk pinjaman atau simpanan.
Dalam produk pinjaman, istilah ini juga disebut sebagai acuan bunga. Berbagai faktor yang mempengaruhinya antara lain tingkat inflasi, permintaan barang, kondisi ekonomi, dan jumlah uang yang beredar.
Misalnya, kenaikan harga bahan bakar dapat menyebabkan inflasi volatile food atau kenaikan harga bahan makanan dalam jangka waktu tertentu.
Bank sentral, dalam hal ini Bank Indonesia, bertanggung jawab untuk menjaga stabilitas nilai mata uang dan memperkuat sistem keuangan melalui penetapan suku bunga acuan yang tepat.
Dengan demikian, suku bunga acuan berfungsi sebagai alat untuk mengatur kebijakan moneter dan menjaga stabilitas ekonomi.
Baca Juga: Pengertian Pinjaman
Fungsi Suku Bunga Acuan
Setelah mengetahui apa itu suku bunga acuan, cukup penting juga untuk paham apa saja fungsinya? Berikut akan dijelaskan sejumlah fungsi atau manfaat tersebut:
1. Untuk Mengatur Peredaran Mata Uang
Penetapan kebijakan ini berperan penting dalam mengatur jumlah uang yang beredar di masyarakat.
Apabila suku bunga naik, masyarakat akan lebih cenderung untuk menyimpan uang dan menabung sehingga jumlah uang beredar akan berkurang.
Sebaliknya, apabila suku bunga turun, masyarakat akan lebih cenderung untuk meminjam uang di bank sehingga jumlah uang yang beredar di masyarakat akan bertambah.
2. Untuk Mengendalikan Inflasi
Kebijakan bank sentral dapat berperan dalam menstabilkan tingkat inflasi yang tinggi.
Ketika harga barang-barang utama seperti bahan makanan dan energi mengalami kenaikan, perlu dilakukan upaya untuk mengendalikan jumlah uang yang beredar di masyarakat.
Sebagai bank sentral, BI membuat acuan khusus untuk memastikan bahwa tingkat inflasi tidak naik terlalu tinggi.
3. Sebagai Pengatur Daya Beli Masyarakat
Ketika bunga acuan meningkat, suku bunga simpanan dan deposito juga ikut naik. Dalam kondisi seperti itu, masyarakat lebih cenderung menabung daripada mengambil kredit pinjaman.
Masyarakat dapat termotivasi untuk menyimpan uangnya. Akibatnya, uang yang beredar di masyarakat dapat menurun.
Seiring dengan itu, harga barang dan jasa juga dapat berkurang. Dengan demikian, daya beli masyarakat dapat membaik.
4. Mencegah Fraud
Untuk menangkal adanya fraud di bank dan lembaga keuangan tertentu, bank sentral menetapkan suku bunga acuan yang harus dijalankan.
Jadi, bank konvensional tidak bisa menetapkan bunga seenaknya. Jika besaran yang bank konvensional tetapkan itu tidak sesuai dengan acuan, maka pihak berwenang dapat mengungkap adanya fraud.
5. Memberikan Dukungan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Berikutnya, Bank sentral juga menerapkan kebijakan tersebut dalam mendorong ekonomi supaya tumbuh di masyarakat.
Caranya, dilakukan dengan menurunkan besar bunga supaya menambah jumlah peredaran uang di masyarakat. Sehingga, masyarakat lebih mudah untuk melakukan pinjaman dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Misalnya, ketika terjadi pandemi covid-19, maka diberikan kemudahan pinjaman untuk pelaku usaha kecil dengan cara penurunan bunga kredit. Dengan begitu, para pelaku usaha diharapkan tetap bisa bertahan.
Di sini, peran bank sentral adalah mendukung pertumbuhan ekonomi dengan memberikan kesempatan bagi para pelaku UKM.
Mereka diberikan kemudahan pinjaman agar segala usaha mereka makin besar.
Bagaimana Cara Kerja Suku Bunga Acuan?
Bank Indonesia mempertimbangkan beberapa faktor dalam menetapkan suku bunga acuan.
Faktor-faktor tersebut diantaranya tingkat inflasi, kondisi perekonomian, permintaan barang, jumlah uang yang beredar di masyarakat, dan lain sebagainya.
Sistemnya, bekerja dengan cara mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat apabila terlalu banyak.
Ini dapat menyebabkan tingkat inflasi meningkat dan harga produk di pasaran menjadi mahal.
Oleh karena itu, Bank Indonesia dapat menaikkan suku bunga acuan untuk mendorong masyarakat menyimpan uang mereka di bank atau lembaga keuangan lainnya.
Jadi, uang yang beredar di masyarakat jumlahnya bisa berkurang.
Apa Pengaruh Suku Bunga Acuan?
Suku bunga acuan BI yang telah ditentukan Bank Indonesia juga menjadi bentuk upaya pengawasan untuk menjaga stabilitas ekonomi sebuah negara.
Ada beberapa pengaruh dari suku bunga ini, diantaranya sebagai berikut:
1. Kenaikan KPR dan Suku Bunga Pinjaman
Dampak dari suku bunga acuan yang mengalami kenaikan yaitu penyesuaian suku bunga kredit pemilikan rumah atau KPR.
Seperti yang diketahui, bank konvensional biasanya membuat perjanjian suku bunga KPR floating yang perubahannya mengikuti suku bunga acuan.
Saat terjadi kenaikan, biasanya bank memberikan respons dengan cara menaikkan juga suku bunga deposito agar bisa menarik likuiditas nasabah.
Suku bunga deposito yang naik tersebut bisa membuat bank melakukan penyesuaian suku bunga kredit supaya margin bunga bersih tetap terjaga.
Baca Juga : Cara Menghitung Bunga Deposito, Apakah Ada Rumusnya?
2. Bisa Memicu Terjadinya Resesi
Dengan naiknya suku bunga, biaya pinjaman akan meningkat dan dapat menyebabkan sebuah negara tergelincir ke dalam jurang resesi. Contohnya terjadi pada tahun 1980 dan 1981 di Amerika Serikat.
Saat itu, tingkat inflasi mencapai 14 persen dan The Fed memutuskan untuk menaikkan suku bunga menjadi 19 persen.
Meskipun keputusan tersebut memicu resesi, namun berhasil menstabilkan laju inflasi yang saat itu sedang melonjak tinggi.
3. Kontraksi Penyaluran Kredit
Ada hubungan yang erat antara penyaluran kredit dengan kenaikan suku bunga. Jika suku bunga naik, maka penyaluran kredit akan menurun.
Sebagai akibatnya, masyarakat akan berpikir ulang untuk mengambil pinjaman jika suku bunga yang ditawarkan tinggi.
Baca Juga: Pengertian Kredit
4. Menumbuhkan Kesadaran Agar Menabung
Ketika suku bunga naik, masyarakat akan lebih cenderung untuk menabung dan memperhatikan pengeluarannya dengan lebih hati-hati, sehingga tingkat konsumsinya dapat menurun.
Namun, dalam situasi saat ini di mana kita sedang mengalami pemulihan ekonomi pasca pandemi, hal ini justru dapat menjadi ancaman. Alasannya, dapat mempengaruhi daya beli masyarakat yang semakin mengecil.
Suku bunga ini merupakan salah satu instrumen penting dalam kebijakan moneter suatu negara.
Menetapkan suku bunga yang tepat dapat mempengaruhi berbagai aspek dalam perekonomian, seperti tingkat inflasi, permintaan barang, investasi, dan pertumbuhan ekonomi.
Bank Indonesia mengambil berbagai faktor dalam menentukan suku bunga, termasuk tingkat inflasi dan kondisi perekonomian saat ini. Kebijakan besarannya dapat berdampak pada daya beli masyarakat dan sektor usaha.
Sehingga, diperlukan kebijakan yang tepat untuk menjaga keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan stabilitas harga.
Baca Juga: 7 Cara Menabung dengan Cepat Sesuai Target dan Konsisten!